30 : Tidak! (Terbongkar)

35.5K 4.5K 652
                                    

Revisi ✓

Selamat membaca ❤️

•••

30 Tidak! (Terbongkar)

"Riqo!" ucap Dokter Raka dengan wajah terkejutnya. Dokter Raka terkejut sekaligus heran dan bingung, mengapa Dokter Riqo berada disini?

Apa perlu apa? Atau jangan-jangan Dokter Riqo mengikutinya, tapi ... kalau Dokter Riqo mengikutinya seharusnya dia yang sampai terlebih dahulu, bukan Dokter Riqo.

Bukan kah ini aneh?

Dokter Riqo refleks menoleh ke arah Dokter Raka, dia juga sama terkejutnya dengan Dokter Raka! Mengapa Dokter Raka kesini?

Atau jangan-jangan Dokter Raka sudah mengetahui keadaan Flori. Bela yang sudah keluar dari mobil, menatap suaminya yang tatap-tatapan dengan Dokter Riqo pikirannya mulai berpikir yang tidak-tidak.

Jangan-jangan suaminya jatuh ke dalam pesona Dokter Riqo?

"Mas!" teriak Bela. Dokter Raka menoleh ke arah Bela yang sedang cemburu.

Ah sial! Istrinya cemburu dalam waktu yang tidak tepat! Dokter Raka kembali menatap Dokter Riqo garang.

"Jangan kabur lu! Lu hutang penjelasan sama gue!" ucap Dokter Raka tegas.

Dokter Raka berjalan menuju istrinya kemudian memeluk istrinya supaya cepat-cepat keluar dari dalam mode cemburunya itu.

"Jangan ngambek, tadi Mas mau ngomelin Riqo tapi kamu nya teriak. Jangan marah ya ... Mas cuma cinta kamu kok, bener deh," ucap Dokter Raka membujuk istrinya. Dokter Riqo yang menyaksikan kejadian itu hanya bisa memutar bola matanya.

Dari pada dia melihat drama live siang ini yang sangat memuakkan, lebih baik dia langsung bergegas ke dalam rumah Flori. Dia rasa, sudah tidak perlu lagi untuk ditutupi dari sahabatnya ini.

Toh, Dokter Raka pamannya Flori. Tapi ... dia tidak tahu apa tanggapan dan apa yang akan terjadi setelah Flori mengetahui ini.

•••

Dokter Riqo memasuki rumah itu tanpa memperdulikan pelayan-pelayan yang menatapnya aneh. Mata Dokter Riqo mengelilingi seisi rumah, masalahnya dia tidak tahu dimana kamar Flori. Dokter Riqo menunduk, dan di lantai terdapat bercak darah.

Dia jamin pasti itu darah milik Flori. Dokter Riqo menghampiri salah satu pelayan yang sedang membersihkan jendela.

"Kamar Flori dimana Bi?" tanya Dokter Riqo. Pelayan itu tidak menjawab dan itu membuatnya kesal. Ah sial! Pasti mulut Mereke ditutup karena ancaman atau karena uang.

"Saya Dokter yang menangani Flori. Dan depan ada Raka pamannya Flori. Saya dan Raka bisa menuntut Bibi kapan saja," ancam Dokter Riqo dengan nada tegas.

"A–ah i–iya mari saya antarkan," ucap pelayan tersebut dengan tergagap. Dokter Riqo mengikuti langkah pelayan tersebut hingga dia berhenti didepan sebuah pintu kamar.

"I–ini Mas kamarnya Non Flori," ucap pelayan tersebut setelah itu pergi. Dokter Riqo membuka pintu itu hingga di sana terdapat Flori dan Bi Ani yang berpelukan.

Sepertinya mereka berdua habis menangis. Karena kehadirannya lah pelukan itu terputus. Flori menatapnya dengan wajah polosnya, sedangkan Bi Ani menatapnya dengan wajah sembab.

Dengan perlahan Dokter Riqo menghampiri Flori yang masih terduduk di pinggir ranjang. Dia berjongkok menyamai tingginya dengan tinggi Flori sekarang.

30 Hari Menuju Kematian [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang