Revisi ✓
Selamat membaca ❤️
•••
27 : Malaikat Kecil Yang Manis
H-16 :)
Flian keluar dari kamarnya, sudah tiga hari Flori tidak pulang ke rumah, dan itulah penyebab sekarang penampilan Flian kacau.
Baik Bi Ani maupun Flori tidak ada yang menampakan batang hidungnya. Mereka berdua seolah hilang seperti ditelan bumi.
Selama tiga hari ini Flian masih mendapatkan sticky notes yang seharusnya tidak ada. Karena yang dia tahu Flori lah yang menempelnya, tapi selama tiga hari ini Flori tidak ada di rumah.
Lalu ... siapa yang menempelkan sticky notes ini?
Flian berjalan menuju meja makan, dia makan sendirian, dia makan dengan selera dan tidak selera. Jujur saja sekarang entah karena apa dia sangat malas untuk berangkat sekolah!
Dia hanya ingin menunggu kepulangan adiknya. Tapi ... sampai kapan?
Kapan adiknya akan kembali ke rumah ini?
Ah, apakah rumah ini masih pantas dibilang rumah?
Karena selama ini, rumah inilah yang menjadi saksi bisu kekejaman keluarganya terhadap Flori. Dan dinding-dinding ini menjadi saksi air mata Flori yang selalu menetes karena keluarganya. Bantalnya yang menjadi saksi kalau Flori yang sedang menangis dengan mengigit bantal.
Flian hanya memakan beberapa roti saja, setelah itu dia mengambil tasnya dan pergi ke sekolah dengan motornya. Flian juga tidak tahu apa yang akan dia lakukan saat disekolah. Entah di rumah maupun di sekolah sama-sama membosankan!
Bahkan dia sampai bosan bernafas!
Ya Flian ingin mati!
•••
Selama dirawat Flori selalu ceria, Bi Ani yang melihat itu hanya bisa tersenyum. Flori bermain di taman dengan anak-anak yang lainnya. Sekarang Flori berada di taman rumah sakit, dia duduk di salah bangku yang tersedia.
Bi Ani sedang mengambilkan makanan, siang nanti mungkin dia sudah berada di rumah.
Flori merasa tiga hari dia berada di rumah sakit begitu cepat, sekarang sudah 16 hari lagi. Dia juga tidak tahu apa yang akan terjadi saat dia sudah sampai di rumah.
Dia tidak tahu apa respon kakaknya saat bertemu dengannya. Dia sungguh-sungguh tidak tahu.
Seorang anak laki-laki yang berada di kursi roda tak jauh dari bangku yang saat ini dia duduk itu mencuri perhatiannya.
Flori berjalan ke arah anak laki-laki itu, anak laki-laki itu masih terbilang sangat kecil.
"Hai," sapa Flori. Namun tidak ada jawaban dari anak laki-laki itu. Flori hanya tersenyum kemudian berjongkok di depan anak laki-laki itu.
"Berapa usiamu?" tanya Flori.
"Kakak kau sangat aneh!" ujar bocah laki-laki itu.
"Aku? Aneh?" tanya Flori yang tak mengerti maksud dari ucapan bocah laki-laki itu.
"Ya! Kau sangat aneh! Kalau mau kenalan itu yang ditanyain itu nama dulu bukan usia!" kata bocah laki-laki itu. Flori menyadari akan kesalahannya kemudian tertawa.
"Ahahahaha, ah iya aku lupa. Jangan salahkan aku, salahkan saja mulutku ini. Dia yang berbicara bukan aku," ucap Flori. Bocah laki-laki itu memutar bola matanya kemudian menatap bunga-bunga yang berada di taman.
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Hari Menuju Kematian [✓]
Teen FictionFlori dan Flian Si pecinta senja, dan si malam yang tidak bisa hidup tanpa rembulannya. - Ini kisah Flori Altrian Bastara, 30 hari menuju kematiannya. Tidak banyak waktu yang dia miliki, tapi dia akan selalu berusaha mengambil hati Kakak dan keluarg...