01 : Hanya Tersisa 30 Hari

78.8K 8.2K 317
                                    

Revisi ✓

Selamat membaca ❤️

•••

01 : Hanya Tersisa 30 Hari

Kini di ruang pribadi seorang Dokter terdapat tiga orang. Salah satunya adalah Flori Alrian Bastara, seorang pria dengan jas putih khas seorang Dokter, dan seorang wanita paruh baya dengan pakaian khas pengurus.

Kini Flori duduk dengan tenang dan wanita paruh baya yang berdiri di belakannya. Pengurusnya biasa di panggil dengan Bi Ani. Dan Dokternya biasa di panggil Dokter Riqo.

Dokter Riqo menatap gadis dengan usia 13 tahunnya yang duduk di depannya, menatapnya dengan tatapan santai, tidak ada ketakutan sama sekali di mata gadis itu.

Gadis itu tidak lemah, gadis itu kuat, dia sendiri yang menyaksikan gadis itu berjuang. Ya, gadis itu adalah Flori.

"Jadi sisa hidup Flori berapa lama lagi Om Dokter?" tanya Flori. Wajah pucatnya dihiasi dengan senyum manis di bibirnya.

Sedangkan Bi Ani air matanya sudah menetes dengan cepat Bi Ani menghapus air matanya agar tak terlihat oleh siapapun.

Bi Ani selalu berfikir apakah Flori tidak takut menghadapi kematian?

Bahkan dia ingin mengetahuinya. Dengan usia mudanya dia rela meninggalkan keluarganya?

Ya walupun keluarganya tidak seharmonis seperti keluarga pada umumnya. Tidak! Bahkan keluarganya jauh dari kata Harmonis.

Dokter Riqo masih diam tak menjawab pertanyaan Flori. Dokter Riqo masih menatap Flori dengan penuh tanda tanya. Dokter Riqo suka heran dengan Flori, apakah Flori ini kuat menghadapi kenyataan yang seolah menghatamnya berkali-kali?

Ini kali pertamanya dia mendapati pasien sekuat Flori.

Dokter Riqo memutuskan tatapannya. Saat menunduk sebulir air mata jatuh begitu saja. Bi Ani yang melihat itu menebak, pasti tidak akan lama lagi waktu hidup Flori dan itu lah yang ada di pikirannya.

Bi Ani pun ikut menangis tanpa isakan sekarang Bi Ani sudah tak peduli jika orang melihatnya menangis atau tidak, air matanya sudah meluncur dengan perlahan.

Flori yang melihat Dokter Riqo menangis dengan menunduk pun air matanya ikut turunz tapi bibirnya tetap tersenyum.

Ya, tersenyum.

Tersenyum adalah sesuatu yang Flori sukai. Flori akan tersenyum kepada siapapun dan dalam keadaan apapun.

Pecah sudah tangis Dokter Riqo yang menyaksikan Flori menangis tapi bibir masih tetap tersenyum. Flori mencoba menguatkan dirinya yang akan dihadapi olah kenyataan yang rasanya sangat tidak manis.

"Dokter ... jawab pertanyaan Flori," ucap Flori dengan lembut dan air matanya yang terus mengalir. Dokter Riqo pun mengelap air matanya dengan kasar dan kembali menatap Flori.

Hatinya sakit.

Dengan mata kepalanya sendiri dia menyaksikan seseorang yang sedang menguatkan diri sendiri, dan seseorang itu adalah Flori.

Flori yang sekarang sedang berada di hadapannya.

Seorang gadis yang sedang menunggu waktu kematiannya.

"Flori ... apakah kamu benar benar tidak mau menjalani pengobatan? Setidaknya kita harus usaha terlebih dahulu ...." ucap Dokter Riqo lembut tanpa melepaskan tatapan matanya dengan Flori.

"Dokter ... kalau Flori menjalani pengobatan, belum pasti Flori bakal sembuh. Jadi ... Flori cuma mau bahagia di sisa waktu hidup Flori. Flori enggak mau ngerepotin mama, papa lagi om ...." ucap Flori dengan air mata yang perlahan turun ke pipi pucatnya. Dokter Riqo menatap tak percaya kepada Flori.

30 Hari Menuju Kematian [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang