| lima : Makanan

415 118 14
                                    

Perutnya sudah keroncongan, namun antrean di kantin tak mau diajak kompromi – sesak dan padat. Beruntung punya tubuh yang mungil, Bulan dengan sigap menerobos orang-orang dengan langkah pelan. Satu tarikan lembut – namun mampu membuatnya terhuyung – di bagian kerah membuatnya tersentak, ia melangkah mundur mengikuti tarikan tersebut.

"Nggak boleh nyelak," ucap Bumi dengan mata masih menatap lurus.

Bulan berdecak sebal. "Ih, padahal tadi hampir banget!"

Bumi tak menggubris omelan-omelan Bulan. Ia terus melangkah maju, berlawanan dengan Bulan yang secara otomatis mundur karena dorongan dari depan. Bulan menggerutu, ternyata dia menarik kerahnya karena dia juga ingin cepat dapat antrean. Bumi menyelaknya! Dengan tak tahu dirinya Bumi memesan makanan dan mencari tempat duduk terlebih dahulu – meninggalkan Bulan yang masih berkutat dengan antrean.

Dasar, makhluk astral!

Setelah tujuh menit menunggu, akhirnya Bulan mendapatkan giliran, sampai tak ada lagi yang menunggu di belakangnya.

"Udah abis, Neng." Bibi Kantin berujar bahkan saat Bulan belum mengatakan apapun. "Makanannya udah abis, nanti ada lagi istirahat kedua paling, mau?"

Bulan tersenyum kecut dan akhirnya menggeleng, menolak tawaran Bibi Kantin itu.

"Bulan!" Wajah sumringah Katelyn sangat berbanding terbalik dengan wajahnya yang bahkan tak sanggup untuk tersenyum. "Kok lo lama amat pesen makanannya?"

"Ngantri banget, terus aku keabisan."

"Demi apa?" Bulan hanya mengangguk lesu menjawabnya. "Ya ampun. Terus mau makan apa? Udah mau masuk lima menit lagi."

"Ya udah, aku kayaknya nggak usah makan deh." Bulan melangkah gontai meninggalkan kedai makanan favoritnya. Tiba-tiba Bibi Kantin memanggilnya, lantas ia menoleh.

"Nama Neng, Bulan?"

Bulan menatap Katelyn dan Bibi Kantin bergantian. Katelyn hanya mengangkat bahu – tidak tahu-menahu. Tak lama Bulan mengiyakan pertanyaan Sang Bibi.

"Ih, bilang atuh. Tadi ada yang pesenin makanan buat kamu, udah dibayar juga."

Bulan mengernyitkan alis. "Siapa yang mesen?"

"Tadi, anak cowok yang kasep. Dia bilang Buat Bulan yang nunggu antrean juga."

Hah? Siapa?

__

"Bumi!"

Pemuda itu menghentikan langkahnya dan menoleh, menatap gadis yang sedang berlari mengejarnya dengan tatapan bingung.

"Makasih ya makanannya!" Seru Bulan setelah kakinya berada tepat di depan kaki Bumi – di hadapan Bumi. "Kamu yang traktir, kan?"

Bumi menoyor kepala Bulan pelan, mengakibatkan aduhan keluar dari mulut mungil gadis itu, lantas gadis itu mengomel kenapa dirinya ditoyor. "Lo kebiasaan banget. Gue bilang jangan sembarangan nanya orang kayak gitu dan jangan menyimpulkan sendiri. Untung—"

"—Lo ngomong sama gue," lanjut Bulan dengan memotong omongan Bumi. Bumi sedikit tertegun, sebab omongan Bulan sama persis terhadap apa yang ia ingin utarakan. "Kamu mau bilang gitu, kan?"

Bulan sudah hafal betul. Ini bukan hanya pertama atau kedua kalinya, ini sudah hampir kesekian kali. Bumi pernah memberinya sekantung alat jahit milik pemuda itu, saat itu Bulan tidak membawa satupun alat jahit dan kebetulan Bumi mempunyai dua, jadi ia memberikan miliknya yang satu pada Bulan. Tapi yang diucapkan Bumi lagi-lagi, 'jangan berspekulasi.' Padahal jelas-jelas ia berniat menolong Bulan.

Bumi menghela napas dan mengangguk. "Bukan gue yang kasih, jadi jangan terima kasih sama gue."

Tautan antara dua alis Bulan terpampang jelas di wajahnya. Pikirannya melayang dan menebak-nebak siapa yang mentraktirnya makanan. Seketika tersadar bahwa di antara barisan antrean tadi hanya Bumi yang ia kenal, tidak ada yang lain.

"Bohong. Nggak percaya." Bulan menggenggam tali tas ranselnya, mengepalnya kuat-kuat. "Pokoknya makasih makanannya. Sampai bertemu besok lagi, Bumi!"

[🌕⛪🕌🌎
To be continued...]

Hellaw🙌🏼

Aku bener-bener update per minggu sih, tapi jadwalnya suka-suka banget AHAHAAHAHA. Maafkan saya:"D

Jadi gimana nih? Mulai ragu sama Bumi dan Bulan atau lanjut aja di gas?

Aku seneng banget bacain komen-komennya di sini, kayak kadang membuat mood aku naik dan akhirnya jadi update cepet:) terus juga kadang muncul ide buat nulis atau jadi semangat lagi.

Sesungguhnya komentar kalian sangat membangun dan menyemangati aku dan aku berterima kasih akan itu♡.

Gak usah panjang-panjang notesnya, nanti makin lama.

Enjoy cerita aku!






Love you all,
From Deer.

✔️BUMI DAN BULANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang