| bonus : Binar Seperti Namanya

566 78 5
                                    

Bumi sudah sejak kelas tujuh menekuni ekskul Palang Merah Remaja dan hari ini ia tertulis di list anggota PMR yang akan menyumbang tenaga untuk perlombaan penting – perlombaan karate.

Detik ini, ada seorang anak perempuan yang terkulai lemah saat ingin melawan, ia tersungkur jatuh. Buru-buru Bumi dan teman-teman yang lain membawakan tandu menghampiri gadis tadi.

Saat ingin mengangkat tandu, tangannya tergores bagian tandu yang tidak rata – karena terbuat dari logam. Perih sekali, namun ia tetap paksakan mengangkat itu.

Melewati kerumunan yang ingin tahu kondisi gadis mungil ini.

Mereka sudah sampai di ruang khusus kontestan yang cedera. Gadis itu penderita anemia, makanya dengan mudahnya jatuh tersungkur begitu saja.

Ia sedikit terkagum pada kegigihan gadis ini yang tetap ingin lomba saat kondisinya tak memungkinan, bahkan ia bisa melihat pancaran binar yang memancar melalui matanya. Gadis ini memiliki aura positif, selalu bisa membuat orang sekitarnya aman, terbukti karena sekarang teman-teman perempuannya sudah langsung akrab dengannya meski belum pernah bertemu sebelumnya.

"Kamu yang cowok." Bumi menoleh, agak kaget, mengingat dia satu-satunya cowok yang berada di ruangan ini.

"Ya?"

"Kamu tadi luka kan tangannya? Sini deh."

Dia lihat?

Bumi mengambil langkah, mendekati brankar. Gadis itu mengulurkan sebuah sapu tangan warna merah jambu. "Nih, nanti infeksi kalau dibiarin. Gimana sih, kamu kan anak PMR, masa orang doang yang ditolongin?"

Lantas ia tersenyum. Terlalu tulus, sampai-sampai Bumi tak melihat kebohongan di matanya.

.
.

Suasana ramai karena upacara penerimaan murid baru belum dimulai. Rata-rata mereka berbincang dengan teman dari SMP yang sama.

Bumi menatap seorang gadis dari kejauhan. Ia sedang berbaris sebagai murid baru di sekolah baru.

Ah, dia. Gadis itu, sekolah di sini juga.


















Kita berjumpa lagi, gadis mata berbinar.

✔️BUMI DAN BULANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang