Outro

404 76 16
                                    

Di antara hal-hal bodoh yang dia lakukan, ada satu yang terbodoh, mencintai orang yang ia tahu tak akan pernah bisa menjadi miliknya. Perasaannya terlalu bebal untuk diberitahu.

Kepalanya berkata untuk jangan suka, tapi perasaan itu mengalir bagai air. Air terjun bahkan, deras sekali.

Jika Bulan tahu resiko mencintai seseorang adalah patah hati, Bulan lebih baik tidak merasakannya. Jika saja dia tahu, dia takkan mungkin membiarkan dirinya jatuh pada orang yang takkan bisa digapai. Jika itu dapat dikontrol, ia tak mungkin menyukai orang sampai sedalam ini.

Konyol sekali. Sudah berapa lama, ya? Bahkan Bulan enggan menyebutkan angkanya. Setiap tahun memang selalu baru, kegiatan baru, pengalaman baru, tapi kenapa perasaan yang hadir selalu sama? Sampai usang.

Lebih anehnya lagi, dia bahkan tidak tertarik pada siapapun yang ditemui setelah Bumi.

Bumi yang pertama dan masih terus jadi yang pertama.

Terlepas dari itu, ia menyadari satu hal. Bahwa kepercayaan memang harus berada di atas segalanya. Dia tidak mungkin mengubah kepercayaan yang dianut dari kecil hanya karena orang yang ia temui di masa depan.

Mencintai Bumi membuat Bulan sadar bahwa ada hal yang tidak di takdirkan meski dilakukan sepenuh hati.

Seperti halnya bulan yang selalu mengelilingi bumi walau ia tahu bumi tidak akan hadir untuknya. Mulai sekarang ia harus menerima matahari yang selalu bersamanya.


[END.]

Hai! Ada yang mau kalian tanyakan tentang endingnya? By the way, ini ending dari awal aku tulis, nggak aku ubah sama sekali, emang ini ending yang aku rencanakan.

Kecewa atau biasa aja atau gimana?

Aku membuka QnA untuk Behind The Scene, tanyakan di tulisannya ya!

Bumi

Bulan

Deer Authornim

Tentang cerita (jalan cerita, pemain, dan plot cerita)

Kesan dan pesan

Kritik dan saran

Sampai jumpa di lain cerita!

Love you all,
From Deer.

✔️BUMI DAN BULANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang