Artikulasi Bulan mulai membaik seiring bertambahnya waktu dan berkurangnya waktu untuk tampil. Hampir seluruh kelas memuji suaranya, karena mereka kini bukan hanya berlatih sepulang sekolah, pada jam istirahat pertama dan kedua pun mereka lakoni untuk latihan.
Kalian masih ingat janji Bumi, untuk mengajarinya bermain gitar sampai bisa? Bumi belum melaksanakannya, ya walaupun alasannya masuk akal: agar fokus pada latihan sekarang dulu.
Tapi tak apa. Bulan akan menunggu.
Suasana kelas senyap seketika saat petikan gitar Bumi mengalun, memasuki gendang telinga orang-orang. Aletta juga menyiapkan napasnya dan jari-jarinya lancar bermain gitar – mengiringi Bumi.
Suara Bulan mengalun, langsung disambut riuh tepuk tangan. Bulan tersenyum kecil – senang. Setelahnya kembali fokus dengan lirik dan nada-nada. Suara Aletta hadir mengiringinya sesaat setelah ia mengambil napas secara singkat.
Tangan Bulan menggenggam satu sama lain yang diletakkan di atas kaki kanan yang bertumpu pada kaki kiri – berusaha menampilkan dengan santai. Tapi mata dan jantungnya tak bisa berbohong.
Bulan rasa matanya kini sudah punya pemilik selain dirinya sendiri. Pemuda yang sedang bermain gitar di sampingnya ini lah pemilik matanya setelah dirinya sendiri.
Bukan, jantung Bulan bukan berdetak kencang karena ia nyanyi di depan orang banyak. Namun karena pemuda itu baru saja tersenyum kecil. Dan entah kenapa ia yakin senyum itu untuknya.
__
Sudah menjadi rutinitas beberapa minggu belakangan ini, pulang lebih sore daripada teman-teman yang lain. Alasannya karena latihan, latihan, dan latihan.
Kala istirahat sejenak mereka berlangsung, hujan turun tiba-tiba. Bulan yang sedang asyik berbicara dengan Bumi bahkan tidak menyadari bahwa hujan telah turun beberapa menit lalu.
"Kenapa ya kodok dibenci banyak orang?" Pertanyaan absurd yang keluar dari mulut Bulan, jelas saja Bumi abaikan. "Bumi, kamu tau nggak? Padahal kodok lucu. Suaranya lucu."
Aletta yang sedang duduk di pojok ruangan, ikut menoleh karena pertanyaan dan pernyataan aneh milik Bulan. Dia yang biasanya khusyuk jika chattingan sama doi saja langsung menoleh dan mengernyit dalam. "Apanya yang lucu sih? Geli tau."
Bulan berbalik, menatap Aletta. "Enggak, Al. Kodok itu lucu, serius deh."
Aletta menghela napas, mengalah. Ia melihat ke luar jendela. "Bulan, hujan!"
Tanpa disuruh dua kali Bulan langsung memalingkan wajahnya dari pemuda itu. "Ih, kok aku bisa-bisanya nggak nyadar?"
Bulan melangkahkan kakinya keluar kelas. Rintik hujan mengguyur pohon-pohon yang mengelilingi lapangan. Dari lantai tiga – kelasnya – hujan terlihat lebih bagus, sebab karena ia dapat melihat apa saja yang diguyur oleh hujan. Atmosfernya tiba-tiba berubah menjadi sejuk, menyeruak ke dalam kulit. Serta bau tanah yang mengudara.
"Kenapa emang sama hujan?" Bulan tertegun, matanya menangkap sosok Bumi yang entah kenapa sudah berada di sampingnya. "Ada kenangan?"
"Kepo."
"Dih."
Bulan terkekeh. "Enggak. Nggak ada kenangan khusus. Cuma suka aja."
Bumi terdiam. Keduanya terdiam. Berenang dalam pikirannya masing-masing.
"Kamu tau filosofi hujan nggak?" Tanya Bulan.
Bumi menggelengkan kepalanya.
"Hujan itu... dia nggak pernah marah meski orang-orang selalu nyumpahin dia, ngejek dia, atau maki-maki dia. Hujan bakal tetap ada."
"Hujan datang karena tahu bumi membutuhkannya."
Senyap sesaat.
Bulan merutuki dirinya yang membuat ambigu kalimat tadi.
Ya sudahlah.
[🌕⛪🕌🌍
To be continued...]
Apa kabar kalian? Aku harap baik, ya.Maaf banget nggak bisa nepatin janji update 3 kali seminggu, hiks. Bumi dan Bulan dikit lagi ending, percaya tidak? Percaya aja ya, heheheh. Beneran aku nggak bohong, tinggal beberapa chapter utama sama chapter bonus, terus outro, dan kelar deh. Tapi sebelum ending aku mau upload cerita baru, maka dari itu aku umumkan bahwa Bumi dan Bulan lebih slow update karena biar cerita barunya rampung dulu aku kerjain, biar kalian tetap bucin Jungri di akun ini, jadi aku tidak biarkan tidak ada cerita:D
Setelah chapter ini aku updatenya agak slow, ya. Belum tentu seminggu sekali. Harap maklum yap♡ kalau cerita barunya udah publish, mungkin ini bisa cepet update lagi kayak biasa.
Love you all,
from Deer.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️BUMI DAN BULAN
FanficSebagai manusia, mereka tak pernah sanggup mengatur perasaan mereka, Tuhan mereka yang mengatur. Lantas kalau begitu, kenapa dua makhluk yang Tuhan-nya pun berbeda disatukan dengan perasaan yang sama? Bulan harus mengikhlaskan ketenangan di masa SMA...