Sepertinya memang jalan takdir mereka tidak memihak pada mereka – diralat, tidak memihak padanya.
Sehabis pengambilan rapot, mereka benar-benar sudah jauh. Sangat jauh. Sejauh matahari dan bumi, mungkin?
Lucu ya, tadinya sedekat bumi dan bulan, sekarang sejauh matahari dan bumi.
Gadis itu berada di kelas A dan dia berada di kelas B. Tidak bisa menatap gadis itu saat pelajaran, tidak ada curi-curi pandang lagi.
Benar-benar selesai.
Rasanya kesal bukan main ketika tau Jeffri malah mengencani sahabat Bulan, Aletta. Rasanya igin meneriakinya di depan muka. Tetapi urung dia lakukan, karena dia sendiri yang membiarkan dirinya menjauh dengan Bulan. Dirinya sendiri yang tidak jujur dengan perasaannya sendiri dan berdalih masalah gadis yang tidak percaya Tuhannya. Meski itu memang benar.
Hubungan mereka sudah benar-benar renggang dan mustahil untuk diperbaiki. Sebab jika diperbaiki pun, sepertinya hanya Bumi yang ingin itu terjadi.
Berpapasan di kantin saja seperti orang asing yang tak pernah mengenal. Bulan melengos begitu saja jika melihat dirinya. Enggan menyapanya seperti dahulu kala, jangan diharap menyapa, menatap matanya saja tidak lagi pernah.
Bumi tidak benar-benar tahu mengapa Bulan sejauh ini sekarang.
Dari lubuk hati kecilnya, ia mengharapkan Bulan yang bertanya-tanya mengapa ia menjauh, tapi sepertinya mustahil, ya? Karena Bulan sendiri yang mengambil langkah paling besar untuk menjauh.
Seperti dipermainkan rasanya, dia yang ingin menjauh, malah dia yang dijauhi.
__
Bumi baru saja melangkah melewati gerbang sekolah. Menangkap suara tak asing yang mengundang rasa penasarannya, sosoknya tertutup dengan teman yang berada di depannya. Namun Bumi langsung mengetahui siapa gadis kecil itu.
Samar-samar percakapan mereka terdengar.
"Lo saudaraan sama Bumi atau gimana?"
"Enggak."
"Kok namanya bisa mirip gitu? Lo kenal Bumi sebelas IPS B, kan?"
"Tau, tapi nggak kenal."
Kenapa jantungnya seperti mencelos dari tempatnya? Kenapa ia merasa kata-kata itu menyakitkan?
Ah, mereka kan memang belum pernah betul-betul saling mengenal. Mengapa dia harus kecewa?
"Oh, gitu."
Seolah ada sinyal, Bulan menoleh, mata mereka bertemu. Lantas setelahnya gadis itu membuang muka,
Dan berkata, "Ganti topik aja, deh. Aku nggak tertarik ngomongin dia."
Bumi bahkan tidak bisa berkata-kata. Tangannya mengepal kuat. Dia diselimuti perasaan kecewa yang seharusnya tak boleh ia rasakan.
Hanya satu alasannya.
Kalau perkataan "sepele" dari seseorang mampu mengubah mood-mu secara drastis, itu tandanya dia orang yang kau harapkan. Meski kau tidak pernah sadar.
Dan bagi Bumi,
Bulan sosok yang (ternyata) dia harapkan.
Ternyata gadis itu sudah mengambil separuh dari seluruh ruangan di dalam hatinya.
Ternyata jatuh cinta tak butuh waktu lama untuk saling mengenal, kalau hati sudah berkata waktunya untuk jatuh, dia akan jatuh kapanpun, tanpa mengenal siapa, dimana, dan apa.
[🌕⛪🕌🌍
To be continued...]Ada yang pernah ngalamin kayak Bumi?
Ada lagu begini, tapi mengapa cinta datang terlambat~
Aduh, Bumii🤧
Udah mau tamat nih. Terima kasih partisipasi kalian meramaikan buku ini, sangat berharga bagi aku yang baru belajar dan banyak kekurangan ini.
Love you all,
From Deer.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️BUMI DAN BULAN
FanfictionSebagai manusia, mereka tak pernah sanggup mengatur perasaan mereka, Tuhan mereka yang mengatur. Lantas kalau begitu, kenapa dua makhluk yang Tuhan-nya pun berbeda disatukan dengan perasaan yang sama? Bulan harus mengikhlaskan ketenangan di masa SMA...