Bunyi notifikasi dari ponsel membuatnya sedikit tersentak. Ia mengalihkan pandangannya dari kumpulan kertas berisikan gambar-gambar, mengecek ponselnya, lalu mengerenyit heran. Lantas kembali membiarkan ponselnya tergeletak.
Belakangan ini seseorang di kelasnya sering mengiriminya sms, entah menanyakan tugas atau sekedar bertanya hal-hal remeh. Lama-lama Bulan jengkel juga.
Beberapa lagu dari playlist terputar otomatis, Bulan terdiam sejenak dan meresapi setiap kata dari lagu-lagu itu. Sesekali tersenyum atau terdiam karena lagu yang terputar menyesakkan. Entahlah, Bulan memang suka begitu kalau sendirian, menikmati lagu hingga meresapi lirik, bahkan bisa menangis hanya karena membayangkan dirinya berada di posisi itu - yang disebutkan dalam lagu.
Ia kembali melakukan hal kesukaannya - membuat ilustrator untuk tulisan-tulisannya. Namun tiba-tiba saja satu lagu terputar, membuat gerakannya terhenti lagi. Kali ini lebih lama. Tak lama senyum kecut menghiasi wajahnya.
Ia menutup wajahnya - Bulan menangis.
Lagu Peri Cintaku yang dinyanyikan oleh Marcell mampu membuat mood yang sedang dibangun hancur seketika.
Pikirannya melayang pada pemuda itu. Bodoh, Bulan. Dia aja nggak anggap kamu ada!
Sudah beda agama, beda perasaan pula. Maunya apa sih?!
__
Saking sunyinya suasana sekarang ini, sampai-sampai bunyi gemerisik dari daun yang bergesek karena angin terdengar.
Bulan benar-benar merasa perutnya tidak bisa dikompromi, sakit sekali. Sakit perutnya waktu itu ternyata memang benar pertanda bahwa akan ada tamu yang datang. Tak butuh waktu lama, hanya sekita seminggu setelahnya Bulan benar-benar kedatangan tamu. Dan sakit perutnya kali ini benar-benar seperti parasit. Bayangkan saja, sekarang mereka sudah menjadwalkan latihan untuk musikalisasi puisi. Aletta sudah menyuruhnya pulang, tapi Bulan menolak.
Aletta sedang mencari teh hangat di kantin, tersisalah dia dan Bumi yang sedang asyik dengan gitarnya di ujung ruang kelas.
Bulan rasa dia hampir gila karena merasa sakitnya sedikit berkurang saat melihat Bumi ada di dekatnya.
Ah iya, Bulan benar-benar sudah gila.
"Udah mendingan belum sakitnya sampe ngelihatin guenya kayak gitu?"
Bulan hanya tersenyum kikuk sekaligus menahan sakit. Gelengan muncul setelah senyumnya pudar. "Belum."
"Ya udah, lo pulang aja. Biar gue sama Aletta dulu yang latihan hari ini."
"Nanti gue ngerepotin lagi karena Aletta harus jelasin lagi."
"Kalau kayak gini malah lebih ngerepotin, Lan. Nanti pas lomba lo lebih sakit gimana?"
Hah, gimana-gimana?
Bulan kan hanya sedang haid, bukan sakit perut yang lain-lain. Masa iya haid-nya bertahan sampai tiga minggu, jangan mengada-ada, deh.
"Kan aku cuma sakit perut menstruasi," ujar Bulan seperti mencicit.
"Oh, emang apa bedanya?" Bulan memutar bola matanya jengah, menatap pemuda itu kesal, dan akhirnya hanya melenguh kesal. Malas menjelaskan.
Hening sejenak.
"Bumi, ajarin aku main gitar dong." Bulan sempat-sempatnya sedang sakit perut malah minta diajari main gitar.
"Boleh," ujar Bumi, membuat mata Bulan melek 100 watt. "Tapi, ada syaratnya."
"Apa?" Tanyanya antusias.
"Lo pulang sekarang. Istirahat di rumah."
Bulan menghela napas. "Nggak jadi deh."
"Ada garansinya." Bumi nampaknya masih berusaha menawarkan Bulan agar pulang ke rumah. Bukan apa-apa, tapi gadis itu nampak sangat kesakitan.
"Garansi?"
"Iya, garansinya, gue bakal ngajarin lo sampai bener-bener bisa."
Bulan tidak percaya bahwa yang biacara padanya adalah Bumi. "Janji, ya?"
"Janji."
"Oke, aku pulang sekarang."
Bumi tersenyum dengan leluasa dikarenakan ia duduk membelakangi Bulan. Ya, sedari tadi Bulan hanya melihat punggung pemuda itu.
[🌕⛪🕌🌍
To be continued...]
Gimanaaaaa??Makin hari makin-makin Bubu kita ini🙂 Aduh kalo Bubu aku malah inget taeyong, hahaha.
Hari ini aku double update!
Sejauh ini suka sama mereka nggak?
Aku pas nulis senyum-senyun sendiri karena ngebayangin Jungri:( please, kayaknya aku bucin banget sama mereka.
Kalian udah denger berita yang kurang mengenakan belakangan ini? Semoga beritanya cepat surut dan kembali seperti semula. We always be here for Bae Leader, right?
Love you all,
From Deer.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️BUMI DAN BULAN
FanficSebagai manusia, mereka tak pernah sanggup mengatur perasaan mereka, Tuhan mereka yang mengatur. Lantas kalau begitu, kenapa dua makhluk yang Tuhan-nya pun berbeda disatukan dengan perasaan yang sama? Bulan harus mengikhlaskan ketenangan di masa SMA...