| delapan : Mimpi

361 115 8
                                    

Rasa nyeri yang menyerang perutnya lebih menyita perhatian dibanding pemandangan di depan kelas – Bumi menceritakan cerita rakyat, mengingat sekarang jam pelajaran Bahasa Indonesia. Caca juga sedari tadi menoleh ke arah Bulan karena khawatir, namun gadis itu tetap bilang ia tidak apa-apa. Tentu saja Caca tidak percaya, bagaimana bisa percaya kalau Bulan terus memegangi perutnya sambil memasang wajah kesakitan?

"Lan, ke UKS, yuk?" Tawaran Caca ditolak mentah-mentah oleh Bulan dengan alasan yang masih sama: nanti kalau nama aku dipanggil, gimana?

Caca hanya bisa menghela napas dan mengiyakan alasan Bulan, walau sesungguhnya dia ingin sekali menarik tangan Bulan dan membawanya ke UKS.

Jam pelajaran selesai, Caca mengomeli Bulan karena tidak mau menurutinya, terbukti saat nama Bulan sama sekali tidak dipanggil untuk bercerita. Akhirnya, Caca menuntun Bulan ke UKS, bersama dengan Aletta.

"Apanya yang sakit?" Tanya Katelyn sesampainya Bulan di atas ranjang UKS. Kebetulan Katelyn memang sedang bertugas menjaga UKS sejak jam pelajaran pertama. Sayangnya ia tidak bisa menemani Bulan sampai akhir istirahat, sebab jam jaga Katelyn sudah habis.

"Perut." Bulan menunjuk bagian perutnya.

"Lo udah datang bulan belum? Kemungkinan kalau sakit di bagian itu berarti lo lagi datang bulan."

"Belum, tapi emang biasanya tanggal segini udah."

"Ooh, yaudah lo tiduran aja, nanti temen gue bawain teh hangat ke sini. Ini lo pegang dulu," ujar Katelyn memberikan Bulan minyak angin.

Bulan hanya mengangguk dan berbaring sambil memejamkan kedua matanya.

__


"Woi, nih minum." Suara familiar menerobos masuk ke gendang telinganya, membuatnya reflek membuka mata. Selagi matanya menyesuaikan sinar yang masuk, ia mengubah posisi tidurnya menjadi duduk.

Dan sekarang Bulan dapat melihat jelas siapa yang berada di hadapannya – Bumi sedang berdiri sambil memegang segelas teh hangat.

"Kamu ngapain?"

"Ngapain lagi? Ya, mau kasih teh." Bulan menerima sodoran teh tersebut dengan perasaan senang sekaligus bingung. Di satu sisi ia senang Bumi menghampirinya, di satu sisi lagi ia bingung kenapa Bumi mau repot-repot mengantarkan teh hangat, dan membuatnya lagi-lagi berharap lebih.

"Oke, makasih ya." Bumi hanya bergumam kecil menjawab pernyataan Bulan.

Bulan melirik Bumi yang sedang menata rak obat-obatan yang berada dekat dari pintu masuk. Tanpa sadar, debaran jantungnya meningkat – membuatnya menahan napas, entah untuk apa.

"Biasa aja liatinnya."

Bulan langsung mengalihkan pandangannya ke arah gelas teh yang sama sekali belum diminum. Jujur saja, Bumi punya mata lebih dari dua atau bagaimana sih? Bisa-bisanya sadar Bulan sedang memperhatikannya. "Hah?"

"Lo biasa aja ngeliatin gue-nya."

"Aku?" Pertanyaan Bulan sukses membuka Bumi menghentikan kegiatannya, memfokuskan seluruh atensinya terhadap presensi Bulan yang sudah menatap gelas tehnya. Tak berapa lama, netra Bulan ikut menerobos tajam ke arah matanya, membuatnya berjengit di tempat.

"Siapa lagi?"

Bulan mendengus – sebal. "Ngapain banget." Bulan mengalihkan pandangannya dan selang waktu yang cukup singkat, ia memutuskan meneguk teh hangat – berharap cair dan hangatnya teh ini ikut menetralkan degup jantungnya.

Bumi menghampiri gadis yang mukanya hampir seperti kepiting rebus, memutus jarak antara mereka. "Tidur lagi, biar gue jagain di sini."

Bulan hendak membuka mulutnya, namun pemuda itu sudah lebih dulu mengambilnya – merebut. "Jangan mikir macem-macem. Emang kebetulan gue lagi tugas jaga UKS, kok."

Seketika harapan Bulan luntur, ia baru ingat kalau Bumi juga salah satu anggota PMR sekolah. Hah, Bulan, kau memikirkan apa sih?

Antara yakin dan tidak, saat dirinya hendak menempuh portal alam bawah sadar, ada suara familiar berbicara. Tapi, sesaat dia sadar, mungkin bukan hendak menempuh, namun sudah menempuh. Pemuda di dekatnya tak mungkin mengatakan hal serupa, bukan?

Iya, pasti bukan.

Masa iya, seorang Antare Bumidia mengucapkan satu rentet kalimat sejenis semoga cepat sembuh untuknya? Tidak masuk akal.

Pasti mimpi.


[🌕⛪🕌🌍
To be continued...]

Gimana-gimana?

Bumi tuh sebenernya gimana sih:( kasian Bulan-nya tau😭

Mulai banyak nih momennya. ehe. Ke depannya masih banyak juga, jadi stay tuned, ya!

Kalau aku update tiga kali seminggu, tapi nggak setiap minggu, kalian ngerasa kecepetan nggak?

Satu kata buat Bumi.

I hope you enjoy my story♡.

Sampai jumpa minggu depan!


Love you all,
From Deer.

✔️BUMI DAN BULANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang