Bulan dengan kaus oblongnya malah asyik menggambar di papan tulis.
Hari ini adalah puncak dari jerih payahnya beberapa minggu belakangan ini. Hari ini adalah Bulan Bahasa.
Karena adanya acara ini, membuat kegiatan kbm digantikan dengan banyak lomba. Katelyn sudah jadi supporter sekaligus penonton lomba debat yang diikuti Caca dan Jeffri. Pokoknya semua teman-temannya sudah sibuk menjelajah, ada yang ikut menonton debat seperti Katelyn, ada juga yang melipir ke kantin.
Bulan, Bumi, dan Aletta mendapat nomor urutan 17 dari 21 kelas. Masih sangat lama. Itu sebabnya Bulan masih memakai kaos biasa.
Mereka sudah berlatih sering sekali, makanya hari ini mereka hanya menunggu giliran saja, menenangkan dan menyiapkan mental. Terutama mengistirahatkan suara Bulan dan juga Aletta yang sering sekali digunakan belakangan ini. Mengingat mereka akan tampil sedikit lagi, membuat Bulan senang bukan main, dikarenakan selama masa pelatihan dirinya tidak boleh makan es krim atau pun gorengan untuk menjaga suaranya. Dua pasang mata Aletta ada di mana-mana, selalu mengawasinya.
"Bumi, foto yuk!" Bulan menghampiri Bumi yang masih sibuk dengan gitarnya dan selalu sibuk dengan gitarnya.
"Ngapain? Nggak ah. Lagi latihan."
"Ih, ayo! Bentar aja! Kita belum punya foto bareng. Ayo buat kenang-kenangan."
Kenang-kenangan? Bumi agak negative thinking dengan kata-kata itu, seolah mereka akan berpisah. Padahal kan tidak.
"Lihat, aku udah gambar." Bulan menunjuk papan tulis. "Lagian kita udah latihan terus, sekarang udah chill aja."
Bulan menarik tangan Bumi, membuat pemuda itu mau tak mau meletakkan gitarnya di atas meja dan mengikuti langkah gadis yang memegang tangannya.
"Ale! Fotoin!"
Aletta menghela napas. Lagi-lagi jadi tukang foto, tadi saat ia pergi ke kantin untuk membeli camilan, Katelyn memintanya untuk jadi tukang foto. Katelyn berdua bersama Caca, parahnya ia tidak diajak foto bareng, bikin jengkel. Ah, mereka dapat nomor urut lebih cepat dibanding tim musikalisasi puisi.
"1, 2, 3." Aletta berujar, menghitung.
__
Bulan melalukan inhale-exhale untuk menetralkan degup jantungnya yang semakin meliar. Bulan sudah berganti baju, tentu saja! Sudah siap di belakang panggung dengan mikrofon. Aletta juga sudah siap dengan gitar dan standing mic.
"Kita sambut tim musikalisasi puisi dari kelas X IPS A! Beri tepuk tangannya!" suara MC menggelegar memasuki telinganya dengan cepat. Membuat jantung Bulan bertambah dua kali lipat.
Bulan memandang pemandangan di depannya - puluhan bahkan mungkin ratusan pasang mata. Bulan menoleh ke arah Aletta yang mengangguk yakin, juga Bumi yang tersenyum kecil kepadanya - ah, sungguh, jika bukan dipanggung Bulan pasti akan loncat-loncat karena senyum Bumi manis sekali. Huhu.
Bait pertama mengalun indah di telinga audiens membuat sorakan. Semakin ke penghujung lagu, sorakannya semakin bertambah meriah.
Falsetto yang keluar dari suara Bulan menutup penampilan mewah mereka. Otomatis mendapat tepukan meriah dari semuanya.
Layaknya buah ceri untuk menutup dekorasi kue, Bulan tersenyum untuk menutup hebatnya penampilan mereka. Membuat banyak orang berteriak, terutama kaum adam.
Ya, popularitas Bulan melonjak drastis dari anak yang tidak dikenal, menjadi anak paling dikenal.
[🌕⛪🕌🌍
To be continued...]Menurut kalian Bumi suka ngga sih sama Bulan? Aku mau tau opini kalian nih.
Aku kasih bonus manips mereka, ihiy~
Masih ancoor banget adooh🙃 tapi gapapa, aku juga lagi belajar lagi wkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️BUMI DAN BULAN
FanfictionSebagai manusia, mereka tak pernah sanggup mengatur perasaan mereka, Tuhan mereka yang mengatur. Lantas kalau begitu, kenapa dua makhluk yang Tuhan-nya pun berbeda disatukan dengan perasaan yang sama? Bulan harus mengikhlaskan ketenangan di masa SMA...