| sebelas : Risih

323 91 10
                                    

"Intensitas suaranya harus sesuai sama kalimat yang diucap, Lan. Aksen lo juga harus benar, biar jelas." Aletta terus mengulangi kata yang sama setiap Bulan tak sengaja membuat kesalahan yang sama.

Bulan hanya mengiyakan dan mencoba mengulangi part-nya. Sebenarnya ada alasan mengapa Bulan tidak begitu leluasa mengeluarkan suaranya, karena keberadaan pemuda di samping Bumi – sedang menatapnya seperti tatapan menerkam, tapi ada senyum di wajahnya. Bula menggerutu pelan, kenapa juga dia ikut padahal pemuda itu tidak terpilih untuk mewakilkan kelas.

Jeffri namanya – teman Bumi dan bisa dibilang sahabat, entahlah. Dia yang belakangan ini mengirimi Bulan pesan secara random. Pemuda itu kini tengah menatapnya sambil tersenyum. Ya walaupun begitu, Bulan akui memang Jeffri sedikit tampan. Oh tidak, sangat tampan bahkan.

"Kamu kenapa ada di sini sih?" Ujar Bulan pada akhirnya menyuarakan isi kepalanya. Bulan sudah kesal, bukan karena dia sedang salah tingkah atau bagaimana, tapi siapa sih yang suka dilihat sampai segitunya?

Aletta dan Bumi sedikit terperanjat. Mata mereka menuju ke arah Bulan, seolah mengatakan siapa yang lo maksud.

"Siapa? Gue?" Jeffri menunjuk dirinya sendiri. "Maksud lo gue, Lan?"

Bulan mengangguk dan mengiyakan pertanyaan Sang Pemuda. "Iya, kamu kan nggak ikut lomba."

Seluruh penghuni kelasnya sudah dari setengah jam yang lalu kembali ke rumah masing-masing, tapi Jeffri ini tak kunjung kembali. Malah asyik menontonnya.

"Emang kenapa kalau gue mau nonton?"

"Iya, Lan, emang kenapa?" Aletta kini buka suara, menerawang maksud Bulan sekaligus membaca air wajahnya.

Bulan menghela napas. "Nggak mau aja kalau ada yang lain. Maksud aku, kan kamu bisa nonton pas pentasnya."

Jeffri mengerenyitkan dahi, sebelum akhirnya mengalah, ia keluar dari kelas. Ya, Jeffri baru saja menuruti keingina Bulan – langsung, tanpa berlama-lama.

"Ya udah, gue pulang dulu ya, Mi." Jeffri menepuk pundak Bumi. Bumi hanya mengangguk dan melontarkan kata hati-hati di jalan.

Aletta mendekati Bulan. "Emang kenapa sih, Lan?" Ujarnya setengah berbisik.

"Nanti aku ceritain." Aletta mengangguk setelahnya.

__

"Lo kenapa kayak nggak suka sama Jeffri?" Tanya Bumi seraya melangkah menuju gerbang sekolah.

Kini Bulan dan Bumi tengah menyusuri jalanan untuk sampai ke gerbang sekolah. Hanya mereka berdua, sebab Aletta sudah lebih dulu berlari pulang, karena gebetannya sudah menunggu di depan sekolah. Dasar.

"Nggak apa-apa."

Bumi mengangkat alisnya – heran. "Kalau ditanya kenapa jawabnya itu karena, Bulan."

"Kamu kepo banget, sih!" Bulan pada akhirnya kesal dan berjalan lebih cepat, menghampiri ojeknya yang kali ini tepat waktu.

Mungkin suasana hati Bulan sedang murung. Biarkan saja, nanti juga kembali. Namanya juga Bulan.

[🌕⛪🕌🌍
To be continued...]

Hai! Gimana kabar kalian hari ini? Aku harap baik-baik, ya♡.

By the way, kalau ngerasa nggak ada temen cerita atau susah mau cerita, kalian boleh kirim pesan ke akunku di wattpad, kok. Mungkin reply-nya memang nggak cepet, tapi pasti aku bales:)

Aku selalu ada kalau kalian mau cerita. Aku welcome, jadi kalau mau cerita, cerita aja ya! Karena aku udah anggep kalian temen aku xixixi:D jangan sungkan!

Gimana episode kali ini? Semoga suka♡♡

Love you all,
from Deer.

✔️BUMI DAN BULANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang