Seandainya

19 1 0
                                    

Aku adalah penggemar beratnya.

Dia meminta bertemu, untuk menunjukkan kepada dirinya sendiri betapa aku mengaguminya.
Aku mendapat sebuah pujian saat kami masih dekat.
Aku ingat itu satu-satunya pujian darinya.
Kami pergi ke jalan besar yang sepi dalam perjalanan pulang, dan katanya dia ingin pergi ke sebuah pantai. Dan dia ingin berkendara ke sana.
Rasanya sangat nyaman saat dia mengatakan, "Yuk pergi ke sana sama saya." Lalu, dia bertanya apa aku bisa ke sana bersamanya.

Seandainya itu terjadi, dia akan membawa motor gunungnya, dan berkendara ke barat tanpa akhir. Kami menghadapi terik matahari saat mengarah ke barat, jadi udaranya sangat panas, dan sinarnya akan membakar kulit kami. Itu jelas tidak menjadi masalah baginya.
Kami berkendara selama dua jam, dan aku bertanya kenapa dia mengambil rute tersebut.
Kurasa dia ingin melihat apa padang bunga matahari sungguh ada?
Apa berkendara menuju arah matahari sungguh lebih panas daripada matahari itu sendiri?
Akankah kami bisa mencium aroma bunga violet dari embusan angin di ujung barat?
Dia akan melakukan semua itu untukku. Seolah-olah dia ingin melacak jejakku.
Sebesar itulah kekagumannya akan diriku.
Lombok adalah kampung halamannya. Bukan, aku. Jadi mungkin itulah alasan dia makin ingin mengajakku berkelana.

Ah, jangan terlalu larut dalam ceritaku. Itu belum pernah terjadi, sejak aku memulai kata 'seandainya.'


- 22.17, encounter dengan perubahan besar dariku.

Mate in YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang