Senja di Pelabuhan Kecil

18 0 0
                                    

Aku tidak ingin jadi Chairil Anwar pada 'Senja di Pelabuhan Kecil.'
Chairil yang setiap melewati gudang, rumah tua, kapal, perahu, dan pantai keempat, selalu berhadapan dengan latar-latar tempat, waktu, dan suasana yang seolah-olah bicara sendiri. Chairil yang menyisir semenanjung dalam pengap harap pada Sri Ajati. Kemudian, hanya disisakan ketiadaan dan penghabisan dari harapnya sendiri. Tapi, Senja di Pelabuhan Kecil justru sajak yang memilinku kini.

Tidak bisa dibohongi, aku adalah Chairil.

Chairil yang keras kepala dengan kerawanan hatinya. Sampai Sri Ajati yang begitu sabar akhirnya mengusir Chairil saat emosinya sudah di puncak. Sri berkata, "Ril, janganlah kau datang-datang lagi ke rumahku. Aku sudah ada yang punya."
Jika Sri yang begitu sabar bahkan dinobatkan sebagai Ken Dedes dalam karya Muhammad Yamin berjudul Ken Dedes dan Ken Arok, dan hingga kini masih menjadi wanita panutan semua wanita, bisa mengatakan selamat tinggal pada seorang sastrawan heroik seperti Chairil Anwar. Jika seorang Sri yang begitu sempurna saja bisa melepas kesabarannya, bagaimana kesabarannya itu bisa berlaku pada seorang manusia biasa yang membuat gadis berkacamata melankolis menobatkan ia sebagai Senja di Pelabuhan Kecil? Ada komparasi di antara keduanya. Pasti tidak akan sama. Manusia biasa itu tidak akan bisa sesabar Sri. Dia, bisa saja mengusir gadis ini lebih cepat dan lebih kejam.

Jadi, sebelum kata-kata selamat jalan itu terucap seharusnya gadis melankolis menelan mentah-mentah petuah banyak orang tanpa memikirkannya lagi. Seharusnya gadis melankolis memakan hatinya, membuka pikirannya, dan menerima orang lain yang sudah berusaha penuh untuknya.
Seharusnya begitu.
Seharusnya, tidak begini.
Dan masalah utamanya sebentar lagi akan menghampiri gadis melankolis ini. Gedung, rumah tua, kapal, perahu, dan pantai keempat, akan menghidupkan kembali suasana hatinya. Waktu sedang membawanya berjalan ke sana. Dan jika ia sudah ada di sana, di tempatnya menemukan Senja-nya, dia pasti akan terjebak di antara; rindu dan lara.

Membuat latar-latar pada kisah asmara Chairil Anwar ke tingkat universal, bahwa kisah Senja di Pelabuhan Kecil ini seolah-olah adalah pengalamannya sendiri.

- 09.04. Hei, Sri Ajati-ku. Seharusnya, kamulah yang menjadi Chairil.
Ini, ironi sekali.

Mate in YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang