G A P A P A , Y A .

28 0 0
                                    

Gapapa, ya.
Sudah tahu kok endingnya bagaimana, sekalian saja nyebur. Toh juga bisa kering lagi setelah basah, kan?
Gapapa, ya.
Jalanin dulu saja. Yang penting sekarang bahagia dulu. Sedih-sedihannya dipikirkan nanti.

"Bodoh, ya?"
Tidak bodoh. Semua orang ingin merasakan bahagia, lovey dovey, have a crush, butterflies in your stomach, head over heels, match made in heaven, made for each other, you are the apple of my eyes, whisper sweet nothings, one and only, dan istilah romansa lainnya, walaupun hanya sementara.
Taruhannya? Hati. Tapi kadang, hati juga egois. Hati yang dipertaruhkan sudah tahu endingnya seburuk dan seberantakan apa. Tapi, masih saja mengambil bahagia semu itu.

Gapapa, ya.
Sudah pilihanmu. Jalani saja. Risiko dipikir nanti. Selama kamu punya cukup tenaga untuk menghandle dirimu.
Karna sejak awal tahu konsekuensinya bagaimana, andai kita sudah di tahap mengalami risiko itu, sedihnya akan sangat parah di awal, tapi tidak akan bertahan lama.

Aku belajar dari pengalaman dan beberapa cerita kawan. Kita yang bisa mengontrol hati kita sendiri. Mau sedih, senang, atau apa pun itu, ya sudah jalani saja. Aku, sudah pernah mengalaminya. Aku menulis ini, tidak mentah-mentah.

Aku beritahu satu hal yang sangat menolong.
Tanamkan pada dirimu, "Bahwa cinta tidak berada di strata teratas jiwamu. Masih banyak prioritas yang ingin digapai, selain mengutamakan hati."
Garis bawahi. "Yang penting hati senang pikiran tenang, ya sudah jalani saja."

Anehnya, meski di awal sudah memasang muka tembok, hati baja, kenapa orang-orang sedih ketika patah hati? Padahal di dalam proses menuju patah hati, mereka juga merasakan pengalaman yang tidak melulu soal kesedihan.

Bersyukurlah.
Jangan terlalu tamak.

Mate in YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang