Gadis berambut sebahu itu berjalan menyusuri koridor sekolah yang sudah ramai oleh hiruk pikuk para siswa. Langkahnya begitu tenang, tak lupa segaris senyuman selalu tercetak di wajah cantiknya seraya membalas sapaan dari siswa lain. Kakinya terus melangkah sementara berpuluh pasang mata jelas memberikan sorot kekaguman padanya.
"Cantik banget deh Airyn ya," seorang siswa cowok berkomentar,"kek liat bidadari tiap dia lewat. Mana wangi bener. Seger."
"Gue nih ya dikasih secuil aja deh kecantikan Airyn udah bersyukur banget kayaknya." Cewek di sebelahnya menanggapi. "Udah cantik, pinter, baik hati. Duh di kehidupan selanjutnya gue mau jadi Airyn plis. Nggak usah jadi kayak Idol Korea, cukup jadi Airyn Wesya Tarachandra aja udah lebih dari cukup." Ujarnya lagi yang sontak mendapatkan sorakan mengejek dari teman-temannya yang lain
"Ngayal babu lo."
Airyn jelas masih mendengar semua itu menahan senyumnya agar tidak terlalu lebar. Ia mempercepat langkahnya menuju sebuah ruangan yang berada di ujung koridor. Ruang OSIS SMA Pelita Bangsa.
"Pagi, Ryn."
Sebuah suara tunggal langsung menyambutnya kala Ryn membuka pintu ruangan.
"Pagi, Dar." Airyn masuk dan menghampiri seorang gadis berambut sebahu yang duduk santai bersama 2 orang siswa lainnya yang masing-masing sibuk dengan ponsel di tangan mereka.
"Gimana proposal acara? Udah kelar?"
"Yaelah, Ryn. Ini masih hari pertama masuk loh. Lo udah nanyain proposal acara yang masih diselenggarain bulan depan. Santai dikit lah dulu, Bu Ketua." Gamma yang menyahut. "Nafas dulu kek. Ini tahun terakhir kita di SMA...."
"Ya emang, Gam. Emang lo mau ngulang SMA lagi tahun depan?" Balas Airyn seraya memicingkan mata ke arah Gamma.
Cowok itu sontak bergidik, "amit-amit, Ryn. Ogah ya gue."
Airyn tergelak mendengar penuturan Gamma, "makanya buru siapin buat kegiatan terakhir kita sebagai OSIS dengan baik. Tinggal 2 kegiatan lagi loh sebelum kita bakal dismisioner dan fokus ke ujian nasional." Tangannya menepuk pelan pundak Gamma berkali-kali.
Gamma mendengus. "Makasih lho, Ryn. Udah diingatkan pada kenyataan. Baru juga sehari jadi anak kelas 3, udah diingetin soal ujian nasional aja."
Gerutuan Gamma malah membuat semua yang berada di ruangan tersebut tertawa.
"Nyaho sia, Gam. Siswi teladan dan juara umum SMA Pelita Harapan lo lawan." Dara menimpuk lengan Gamma membuat cowok itu meringis. Kemudian ia menyerahkan bundelan proposal pada Airyn. "Kemaren udah gue kerjain sih. Coba dicek dulu."
Airyn memeriksa proposal yang diserahkan Dara sekilas. "Gue bawa dulu deh." Lalu ia beralih pada Gamma dan Raka yang kembali asyik dengan ponsel di tangan mereka. "Gama, Raka. Jangan lupa yaa LPJ kegiatan semester kemarin serahin ke gue. Biar gue periksa."
"Siplah." Jawab keduanya pendek tanpa memalingkan pandangan mereka dari layar ponsel. Sesekali menyerukan istilah-istilah yang asing di telinga Ryn. Sepertinya istilah dalam game yang dimainkan keduanya. Ah entalah. Ryn tidak begitu peduli.
Airyn hanya menggelengkan kepala melihat keduanya. Meskipun begitu, Rama dan Gama adalah anggota OSIS yang bisa ia andalkan setelah Dara. Mereka sangat bertanggung jawab ketika diserahkan pekerjaan oleh Airyn. Yaa, tapi memang, keduanya game addict. Waktu kosong mereka gunakan untuk bermain game. Mabar istilahnya.
"Yaudah deh, gue ke kelas ya, Dar. Ingetin tu bocah-bocah jangan nge-game mulu."
Dara mengacungkan jempolnya lalu Airyn beranjak dari runagan itu menuju kelasnya yang terletak di koridor yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Be
Teen FictionSebelum bertemu Dewa, Ryn pikir hidupnya sudah cukup sempurna. Menjadi siswi berprestasi dengan berbagai piagam penghargaan juga jabatan ketua osis yang diembannya, membuat Ryn mampu membusungkan dada bangga. Namun, harus Ryn akui, ketika mengenal D...