"Kenapa lo liatin gue kayak gitu," tanya Airyn jengah dengan tingkah Rita yang hanya berdiri di depan meja dan terus memperhatikannya tanpa bersuara membuat Airyn tidak nyaman.
"Lo butuh di ruqyah Ryn." Celetuk Rita tiba-tiba sambil memasang tampang innocent
"Hah? Lo kira gue kemasukan jin? Aneh-aneh aja lo. Cari makan sana, kelaparan bikin lo jadi ngaco gini." Aryn mengibas tangan tanda mengusir Rita dari hadapannya.
"Tapi Ryn lo hari ini aneh banget tau, nggak biasanya lo dapat nilai 60 padahal tadi soal essainya nggak susah sama sekali terus tadi datang terlambat sampai muka lo kelihatan kusut gitu. Lo ada masalah?"
"Oh, karena ini lo minta gue untuk diruqyah? Santai Rita, sekali-kali gue dapat nilai buruk ngnggak apa-apa kan?" Jawab Airyn dengan senyuman yang menampilkan deretan giginya tapi berbanding terbalik dengan pancaran matanya yang kelihatan sedih.
"Tuh kan? Beneran kemasukan jin deh ini anak. Bukan lo banget kalau masih senyum-senyum gini waktu dapat nilai jelek. Lo ngnggak apa-apa kan Ryn?" Rita tak begitu saja mempercayai perkataan Airyn, Rita yakin terjadi sesuatu dengan Airyn sampai Airyn bisa terlambat sekolah dan mendapatkan nilai kurang baik ketika menjawab soal essai.
"Thanks udah kuatir, tapi beneran Ta gue nggak kenapa-napa, ini semua murni kesalahan gue. Tadi malam gue tidur kemalaman makanya telat bangun pagi terus pengaruh sulit konsentrasi menyelesaikan soal tadi." Aryn berusaha meyakinkan Rita sementara rasa pedih terus bertambah di hatinya karena Airyn tidak menyangka kali ini dia tidak dapat menjawab essai dengan sempurna.
Rita sudah tidak memperpanjang interogasinya, karena perutnya sudah berteriak minta diisi.
Airyn mendadak memikirkan reaksi kedua orang tuanya, mengingat baru beberapa hari diberikan kebebasan untuk menikmati hobi menggambarnya, dia kuatir kalau orang tuanya kembali melarangnya untuk menggambar. Airyn mulai memikirkan berbagai cara untuk menutupi fakta hari ini dia mendapatkan nilai jelek dari kedua orangtuanya. Airy meraih telepon selularnya untuk menghubungi kak Revan, dia ingin meminta pendapatan sekaligus perlindungan. Tetapi harapannya segera sirna karena nomor kakaknya tidak dapat dihubungi. Mungkin lagi ngajar jadi kak Revan nonaktif handphone-nya kata Airyn dalam hati.Gawai Aryn bergetar tanda pesan masuk, dibukanya pesan itu dengan harapan itu adalah pesan dari kak Revan, ternyata pesan dari Dewa.
Dewa.BiNus: Lagi di mana Ryn?
Airyn hendak membalas pesan dari Dewa dengan kerutan di keningnya karena merasa aneh dengan pertanyaan Dewa, pesan selanjutnya datang dari Dewa lagi.
Dewa.BiNus: Aku goblok banget ya nanya gini. Kamu di mana lagi kalau bukan di sekolah. Sorry Ryn, pikiran ku fokus ke kamu ni makanya jadi nggak fokus ke hal lain.
Airyn hanya menggelengkan kepala, tidak berminat membalas pesan Dewa, karena dia sendiri bingung hendak membalas apa gombalan dari Dewa.
Dewa.BiNus: Hari ini aku ada photoshoot buat endorse produk fashion sehabis pulang sekolah. Kamu mau nemenin aku?
Tawaran yang datang dari Dewa sangat sayang untuk dilewatkan karena ini adalah pengalaman baru untuknya, tetapi Airyn teringat kalau dia tidak boleh lagi membuat kesalahan hari ini, Airyn takut kalau dia menemani Dewa dan ketahuan ayah dan bundanya pasti akan dimarahi, Airyn tidak mau ambil resiko.
Airyn Pelita Bangsa: Sorry Wa, tawaran kamu buat aku pengen nemenin kamu, tapi kamu tau sendiri kan keadaanku gimana? Aku ngnggak mungkin jalan-jalan setelah jam pulang. Aku tunggu jadwal photoshoot-mu waktu weekend aja biar aku bisa ikut.
Airyn yakin Dewa pasti sedikit kecewa dengan penolakannya, tapi ini satu-satunya cara untuk tidak menambah amarah kedua orangtuanya semisal kalau dia ketahuan tidak mendapatkan nilai sempurna hari ini. Benar saja, Dewa jelas menunjukan kekecewaanya lewat pesan balasan yang baru saja masuk di handphone Airyn tetapi dilanjutkan dengan gombalan receh yang membuat Airyn tertawa sendiri sambil memandangi handphone-nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Be
Teen FictionSebelum bertemu Dewa, Ryn pikir hidupnya sudah cukup sempurna. Menjadi siswi berprestasi dengan berbagai piagam penghargaan juga jabatan ketua osis yang diembannya, membuat Ryn mampu membusungkan dada bangga. Namun, harus Ryn akui, ketika mengenal D...