Ini pertemuan kedua mereka, dengan formasi lengkap untuk membahas proposal juga acara yang sudah di rencanakan.
Bukan hal yang mudah sebenarnya untuk Airyn, karena dia harus mengganti beberapa bagian proposal yang semalaman suntuk dikerjakan olehnya. Dewa berhasil menemukan titik celah kekurangannya dan meminta Airyn memperbaikinya juga mengkritiknya dengan segala sikapnya.
Airyn tahu dirinya mulai terusik oleh tingkah Dewa yang menurutnya bisa berubah-ubah. Di satu sisi Dewa baginya adalah pria tengil dengan segala tingkahnya yang aneh, tapi disisi lain Dewa bisa menunjukkan jika dirinya mampu dengan apa yang sedang dikerjakan mereka saat ini. Demi nilai semua ujian yang Airyn sudah dapatkan, bagaimana mungkin ada sosok yang berbanding terbalik dengan dirinya tapi dengan pencapaian yang sama dengan dirinya. Benarkan hanya karna koneksi, Airyn mulai sangsi dengan hal itu.
"Oke, sepakat ya semua mengenai proposal juga garis besar acaranya, gue mau next rapat di BiNus, bukan apa-apa biar satu sama lain kenal lingkungan sekolah aja." Dewa menatap beberapa pasang mata yang hadir dirapat dan semua mengangguk setuju termasuk Airyn, dirinya bebas kemanapun selama itu menyangkut urusan sekolah jadi orang tuanya tidak akan melarang kegiatannya kali ini.
"Semuanya rapat kali ini gue tutup, thanks karena sudah hadir, beberapa perubahan tolong ditulis ya Gam, buat yang punya ide silakan diskusikan dengan gue atau Selly." Airyn berdiri dari duduknya, meraih tas yang tersampir di kursi, dirinya hendak meninggalkan ruangan rapat sampai suara Dewa membuatnya berbalik.
"Bareng dong, gue mau langsung cabut nih" tanpa mendengar apa pun yang teman-temannya suarakan di belakang pintu Dewa melangkah cepat mengimbangi langkah Airyn.
"Gak sabar gue nunggu lo dateng ke BiNus"
Airyn masih diam berjalan dengan santai.
"Kalau gue nggak salah, foto profil WA lo itu nunjukin kalau lo juga suka menggambar." Kali ini Airyn langsung menghentikan langkahnya menatap ke arah Dewa yang tersenyum senang.
"Sok tahu lo"
"Tahu gue, di buku sakti kecil lo itu juga ada gambar-gambar keren kok. Lo pasti seneng dateng ke BiNus, nanti gue tunjukin dimana lo bisa ikutan gambar."
Kembali meneruskan langkahnya, namun kali ini tanpa sadar Airyn memelankan langkah kakinya.
"Itu iseng kok."
"Anjir, iseng nya lo bisa gambar bagus gitu, kalau lo seriusin pasti sebagus Naufal Abshar kesukaan lo itu dah. Yakin gue." Dewa mengusap pelan dagunya dan masih berjalan di samping Airyn.
"Buang waktu, gue nggak suka sama kegiatan yang nggak berhubungan sama sekolah." Tidak ada maksud mengejek kegiatan yang dilakukan teman-teman Airyn kala waktu senggangnya, dirinya hanya berpendapat dengan apa yang biasanya dilakukan olehnya.
Dewa diam, menatap perempuan yang di kenalnya beberapa hari ini. "Mati gaya gue kalau kerjaan gue cuma belajar."
"Gimana?"
Dewa kembali menatap Airyn yang tadi sempat menatapnya dengan mata bulat hitam. "Gini Ryn, lo kalau boring ngerjain MTK, apa yang lo lakuin?" Dewa bertanya dengan wajah menelisik.
"Ngerjain Bahasa, nggak perlu hitungan tuh," jawab Airyn cepat.
Dewa diam sebelum kembali bertanya, "kalau lo bosan Bahasa? Jangan bilang ngerjain Biologi, Kimia atau Fisika nih pasti."
Tanpa pikir panjang Airyn mengangguk pasti.
"Hah? Beneran lo?" Dewa berhenti melangkah, lalu menatap Airyn dengan wajah tercengangnya.
Tahu jika Dewa tidak melanjutkan langkahnya Airyn berhenti lalu berbalik, "kenapa? Salah?"
"Gue ganti pertanyaan gue, kalau lo bosan belajar lo ngapain?"
Kali ini Airyn diam, matanya menerawang beberapa saat sebelum mantap kembali menjawab pertanyaan Dewa.
"Ngerjain soal-soal."
"Mati gue, matiiiii..." Dewa mengacak-acak rambutnya dengan kedua tangannya. "Lo robot apa gimana sih Ryn, gak ada kerjaan lain apa sih?" Kali ini pandangan Dewa yang lelah terarah pada Ryn.
"Ada," satu kalimat dan tatapan Dewa sudah berbinar senang. "Nonton video tentang contoh latihan soal atau les, jadwal gue nggak tiap hari, jadi nggak bosen tuh."
Dewa hampir mengumpat mendengar jawaban perempuan dihadapannya. Apa-apaan itu woy, gue yakin 2 hari aja gak main tik.tok kejang-kejang gue.
Menghela nafas berat Dewa manatap Airyn yang masih dengan wajah bingungnya seolah apa pun yang sudah keluar dari bibirnya bukan hal yang aneh.
"Lo nggak main tik.tok kaya si Dara atau nonton youtube artis-artis Korea gitu?"
Kedua alis Airyn bertaut dalam atas pertanyaan Dewa.
"Nggak, kan gue udah bilang gue nggak suka sama yang nggak berhubungan sama sekolah"
Dewa sukses di buat tecengang, tidak bisa berkata apapun.
"Nggak ketolong lo Ryn, gue kalau ngikutin gaya lo belajar, meledak ini otak"
Airyn kembali melangkah tanpa memedulikan ocehan Dewa di belakangnya. Dirinya tidak merasa ada yang salah dengan jadwalnya selama ini. Tapi belakangan rasa jengah akan perbandingan Kakak serta Adiknya makin kuat. Ucapan Ayah Bundanya makin membuatnya enggan bertatap muka terlalu lama.
"Ryn, gue janji tunjukin gimana cara menikmati hidup anak muda yang bebas tapi tahu batas" kalimat Dewa siang itu, sukses membuat Airyn tidak menoleh pada tumpukan bukunya semalaman.
####
Ini rapat ketiga dan kali ini diadakan Di BiNus, sesuai dengan perjanjian sebelumnya.
Airyn diperbolehkan pulang terlambat karna memang ini menyangkut kegiatan sekolah. Sopir yang biasa menjemputnya mengantarkan sampai ke sekolah BiNus dan menunggunya. Dan disini lah mereka semua. SMA Bina Nusa yang tidak bisa dikatakan kecil.
“Guys..." Dewa mendorong double pintu di hadapannya. Di baliknya 3 orang pria dan 1 orang wanita menoleh ke arah sumber suara.
"Orang rumah euy, kenalan atuh" ( orang rumah nih, kenalan dong) Dewa bersuara nyaring menatap beberapa pasang mata yang menatap perempuan di belakangnya dengan penuh selidik.
"Bangke..."
"Tah, nanaona ai maneh heh?" (Apa-apaan sih lo? )
"Pamajikan Wa?" (Istri Wa? )
Respon berbeda didapatkan oleh Airyn atas ucapan Dewa, sementara Airyn sendiri enggan berkomentar, dirinya langsung terpukau dengan berbagai gambar yang tersedia di dalam ruangan itu. Mulai dari lukisan hingga sketch garis yang belum selesai.
Airyn terpaku, merasa jika dirinya memasuki dunia yang berbeda dari yang selama ini dijalaninya.
Banyaknya gambar-gambar membuat Airyn seolah bisa bernafas dengan benar, ini dunia yang ingin sekali di milikinya, bagian kecil yang jika ia bisa ingin sekali di miliki untuk dirinya sendiri.
Lalu sebuah suara mengalihkan Airyn dari rasa takjubnya. "Gimana, lo udah jatuh cinta kan sama ini ruangan? Atau sama yang bawa lo kesini?" Cengiran Dewa membuat Airyn bungkam. Terpaku oleh lengkungan mata juga bibir yang berhasil mendobrak keinginan kecilnya di sudut hati. Dewa tahu apa yang Airyn inginkan, bahkan sedari awal hanya Dewa yang bisa langsung tahu mengenai apa yang di sukainya diam-diam. Dewangga Putra Bimasena siapa lo itu?
###
"Gue merhatiin loh gambar lo tadi, gila sih bentaran doang gue tinggal ngobrol, jadi itu gambar vas" Dewa berjalan menemani Airyn yang akan pulang sore ini, jemputannya sudah menunggu sedari tadi.
"Iseng doang Wa, gue beneran nggak suka sama hal-hal nggak penting yang bukan pelajaran. Gue nggak maksud buat ngejelekin siapapun termasuk temen-temen lo tadi" Ryn meneruskan kalimatnya saat Dewa hendak menyanggah apa pun itu.
"Ryn gue tanya deh, sekali aja apa lo pernah bosen dengan semua kegiatan lo?" Dewan berjalan santai sesekali sapaan terdengar dari berbagai sudut yang dilewati mereka.
"Nggak"
"Nafas Ryn, lo bukan robot. Gue tau siapa lo di Pelita Bangsa, nggak ada cacat sama sekali soal akademik, tapi Ryn coba gue tanya mengenai masa remaja lo, pernah nggak suka sama cowok, seneng main tik.tokkan atau update status sana sini, gue bahkan nggak berani mikir apa lo pernah nongkrong bareng temen-temen lo pas malam minggu"
Airyn diam, kata-kata Dewa membuatnya tidak bisa menjawab. Bukan, bukan tidak bisa tapi memang jawaban semua pertanyaannya Dewa adalah tidak, tidak dan tidak.
"Gue bukan sombong Ryn, kalau lo mau bandingin nilai akademik lo sama gue mungkin kita bisa sejajar, tapi lihat apa yang gue lakuin buat dapetin itu semua dengan apa yang lo lakuin itu berbanding terbalik. Jomplang Ryn." Masih diam, Airyn tidak berani menatap Dewa yang masih berjalan disampingnya. Mobil jemputannya sudah terlihat itu berarti percakapannya dengan Dewa akan segera berakhir, walau ada hari lain saat mereka bertemu nanti, tapi setidaknya cukup untuk hari ini. Cukup untuk semua hal yang Dewa katakan mengenai dirinya, cukup untuk Dewa yang mengetahui sisi cacat dirinya. Cukup bagi Airyn untuk mulai berharap pada Dewa.
Dewa berhenti sekitar 10 langkah dari mobil jemputannya Airyn yang menunggu. Menatap dalam kedua mata hitam yang sedikit demi sedikit terlihat kacau.
"Ryn," Dewa menarik nafas dalam, lalu mengulurkan tangannya, "pegang tangan gue, lo nggak sendiri, ada gue yang berdiri di samping lo kalau lo mau mulai buka diri, ayo Ryn menggambar bukan hal jahat, lo bisa lewatin masa remaja lo. Bernafas Ryn dengan gue tentunya."
Airyn terpaku menatap uluran tangan Dewa sekali lalu berpindah pada pandangan pria itu yang tajam. Ia ingin sekali meraihnya, ingin sekali berjalan ke mana pun Dewa membawanya. Ingin sekali... "Anak Ayah harus belajar, tuh lihat kakak kamu, Doktor muda." "Bunda sudah nyiapin lembar latihan soal SMBPTN."
Dan uluran tangan itu berakhir kosong dengan sebuah mobil yang berjalan menjauh.
###
Di rumahnya Airyn diam memperhatikan beberapa gambar yang sebenarnya iseng dibuatnya. Dewa mengenalkannya pada dunia yang asing bagi Airyn, dunia yang sedikit bisa memberinya nafas. Airyn semakin diam saat tangannya tanpa sadar mengambil pensil dan kembali memulai menyelesaikan gambar isengnya dengan serius.
Bernafas Ryn, lo harus bernafas dan nikmati masa remaja lo. Itu adalah kalimat yang dikatakan oleh Dewa. Kalimat sederhana, tapi bagi Airyn itu adalah kalimat manis yang menjanjikan juga kalimat yang bisa memberinya arti bernafas.
Tanpa sadar jari-jemari Airyn semakin jelas menarik garis atau kadang membuat lengkungan, juga garis bibir yang semakin lama semakin tertarik membentuk senyum yang sudah lama di lupakannya.
Malam ini Airyn sukses membuat dirinya tertidur pulas tanpa beban untuk hari esok.•••
Part ini ditulis oleh SeraYukiko , silakan mampir ke works beliau yaaa
Rgds,
Sastrapedia
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Be
Teen FictionSebelum bertemu Dewa, Ryn pikir hidupnya sudah cukup sempurna. Menjadi siswi berprestasi dengan berbagai piagam penghargaan juga jabatan ketua osis yang diembannya, membuat Ryn mampu membusungkan dada bangga. Namun, harus Ryn akui, ketika mengenal D...