"Huloow Ahiiryn!! Akhhirnya kehttemuu hugaahh, hah, hah! Dhari thadih dic..." Airyn otomatis membekap mulut Dara saat beberapa pasang mata menatap sinis ke arah mereka." Apaan sih Ryn, ih!" Dara protes seraya melepaskan bekapan Airyn.
"Ssst! Bisa pelan nggak sih Dar, perpustakaan ini!" bisik Airyn tegas. Setelah meminta maaf pada pustakawan di sekolah mereka, Airyn menarik paksa Dara keluar dari ruangan.
"Ih, Ryn. Sakit kali! Pelan kenapa?! Duh, kulit mulusku, lecet nggak ini sih?" Dara meniup pergelangan tangannya setelah menarik lepas cekalan Airyn.
"Lebay Dar, please deh. Lagian di perpustakaan, ngomong kenceng banget macam toa, ngos ngosan pula, malu keleus!"
"Ya maaf, sudah lupa gue kalo ada tempat di sekolah ini yang namanya perpustakaan dengan segala aturannya. Kalo enggak diminta Raka secepatnya cari lo juga ogah gue ke perpus. Gue keliling sambil lari tahu nggak sih. Hargai kenapa. Eh tapi tangan lo panas, lo sakit?"
Airyn menggelengkan kepala sambil tertawa pelan mendengar respon Dara. "Yang nyuruh lo lari juga siapa Dar. Gue memang berdarah panas kali."
"Halah! Eh iya, sampai lupa gue kesini bawa info penting. Nanti rapat di Binus lagi. Mereka nggak bisa tinggalin jam terakhir, karena ada ulangan dadakan katanya."
"Iya, gue tau."
Jawaban Airyn membuat Dara otomatis menyentak lengan kiri Aryn. Matanya membelalak lebar.
"Kok bisa lo udah tau info ini? Raka saja baru ngabarin kita pas di kantin barengan sama Gamma juga."
"Kan infonya ada di gr..." Airyn urung meneruskan kalimatnya. Sejurus kemudian dia ingat bahwa bukan dari grup dia tahu bahwa rapat lanjutan yang sedianya dilaksanakan di Pelita Bangsa hari ini dikondisikan untuk berpindah ke Binus, tetapi dari Dewa.
Mata Dara menyipit curiga. "Hayo ngaku, Bayu atau Dito yang kasih tau..., sudah curiga sih gue, mereka kelihatan banget naksir lo Ryn. Atau ..." Mata Dara kembali menyipit menyelidik.
Airyn berdecak pelan sambil menghela napas, menghalau panik agar tak kentara. "Dasar Ratu Ghibah! By the way. Kelas English nggak bentar lagi? Kelas lo Ms. Tarta juga kan? Kita sih barusan quiz dadakan juga. Enggak gitu sus..."
"What?! Gila lo Ryn! Tamat gue tamatttttt!"
Airyn tertawa lepas saat Dara segera berlari menuju kelasnya. Diapun terlepas dari ancaman interogasi Dara. Entah apa pendapat Dara, jika saja dia tahu Dewa lah yang menghubungi Airyn tentang perubahan tempat rapat lanjutan hari ini.
***
Airyn dan teman-temannya berjalan melewati lapangan olahraga Binus. Seketika dia mengingat status WA Dewa yang berlatar lapangan ini. Kalimat supporting itu sampai saat ini terngiang di benaknya."Your passion is waiting for you to catch up."( Isabelle Lafleche)
Meski Airyn sadar kalimat itu bukan untuknya, tetapi rentetan kata itu terus saja berulang di kepalanya tanpa Airyn mau. Beberapa waktu ke belakang rasanya dia cukup akrab dengan beberapa quotes. Isi instagram Dewanggga kebanyakan berisi kalimat motivasi.
"Apa salah satu kualifikasi selebgram itu harus kenal banyak quotes bagus buat bahan postingan kali ya?" Airyn bermonolog sendiri sebelum menertawakan keras kekonyolan pertanyaannya dalam hati. Setelah menyebrangi lapangan, Airyn dan teman – temannya di sambut hangat Dito dan yang lain di depan ruang Osis.
Kali ini rapat berjalan cukup baik. Raka, tanpa disangka bisa memimpin jalannya koordinasi dengan baik. Airyn cukup kaget menyadari bahwa Raka yang selama ini tak terlalu banyak bicara, bisa dikatakan mampu memimpin pertemuan kali ini dengan lancar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Be
Teen FictionSebelum bertemu Dewa, Ryn pikir hidupnya sudah cukup sempurna. Menjadi siswi berprestasi dengan berbagai piagam penghargaan juga jabatan ketua osis yang diembannya, membuat Ryn mampu membusungkan dada bangga. Namun, harus Ryn akui, ketika mengenal D...