Pada akhirnya, Airyn hanya mampu menghadiri pertemuan akhir di saat pembubaran panitia, dengan wajah yang masih sedikit pucat dirinya duduk di antara para panitia yang terlibat. Mereka menyampaikan laporan hasil kerja keras selama 3 hari ini, Airyn diam dan memperhatikan, dirinya sudah melaporkan hasil kerjanya lebih dulu, walau dalam keadaan duduk tapi setidaknya semua pekerjaan dan laporan pertanggung jawabannya sudah selesai. Kali ini giliran yang lainnya yang menyampaikan laporan pertanggung jawaban mereka.
"Kangen, Ryn." Kalimat itu mengalun lembut nyaris seperti angin yang berbisik, jika Airyn sedang sangat fokus mendengarkan laporan teman-temannya mungkin dirinya tak bisa mendengar kalimat yang diucapkan Dewa.
Tapi kali ini Airyn tahu, ia tak salah mendengar, kalimat itu diucapkan oleh Dewa karena saat Airyn menghadapkan pandangannya ke arah Dewa, dia sedang menatapnya, dengan pandangan lurus juga lembut.
Seolah apa yang di katakan Dewa benar adanya, bahwa laki-laki itu memang merindukan Airyn.
"Tadi pucet banget pas kamu dateng, tapi habis aku bilang kangen pipi kamu ada pink-pinknya gitu. Lucu deh jadi pengen cubit."
Mendengar kalimat itu tentu saja Airyn langsung memerah bak tomat masak. Bagaimana tidak, dirinya sudah dibuat kelimpungan dengan berbagai macam chat Dewa yang masuk ke ponselnya, belum lagi Kakaknya Revan yang tahu tentang chat itu, makin membuatnya salah tingkah. Dan kali ini ucapan Dewa membuatnya bingung setengah mati.
Astaga ini anak maunya apa sih? Ilmu hati ada yang kayak matematika enggak sih, biar aku bisa jawab dengan pasti.
"Aku ngomong panjang lebar dan responnya cuma bengong, cing ningalikeun naon sih, Neng¹? Nya muhun ngartos abi mah, pami abi teh kasep pisan. Beuh kuat ka bina-bina kasep na teh nya, Neng?²"
Airyn langsung memukul lengan Dewa cukup keras, gerakan refleks itu di akibatkan oleh kalimat narsis yang diucapkan Dewa dengan pongahnya sementara jari-jarinya mengusap dagu berbangga diri.
"Aduuhh..." suara Dewa menarik perhatian beberapa orang, bahkan Raka yang sedang membacakan laporan langsung berhenti karna suara yang di timbulkan Dewa.
"Kenapa, Wa?" Raka bertanya karena melihat Dewa meringis mengusap lengannya.
"Eii, hampura ih ³, biasa lah KDRR."
"Apaan itu KDRR?" Dara yang berada di depannya bertanya dengan alis berkerut.
Dewa tertawa sebelum melirik pada Airyn yang pura-pura tak memperhatikannya dan sibuk memandang ke arah lain.
"Kekerasan dalam ruang rapat."
Hampir semua yang ada di ruangan itu tertawa karena Dewa berkata dengan cengirannya yang nakal sementara matanya melirik Airyn yang malahan mendengus dengan keras tepat disampingnya.***
Selesai sudah. Laporan dan segala macam yang menyangkut lomba sudah selesai, Airyn dibuat terpukau oleh rekaman acara puncak juga hasil pemenang gravity yang luar biasa bagusnya, dirinya seolah tak bisa mengalihkan pandangannya dari gambar-gambar mural dinding itu.
Iri, mungkin itu adalah hal yang tepat saat ini, bagaimana orang lain mampu menyalurkan apa yang mereka suka dengan bebas, bisa melakukan apa pun dan tidak ada batasannya. Seolah dunia dan isinya mendukung apa pun yang mereka lakukan.
Lama memperhatikan, Airyn tersentak saat suara Dara menginterupsinya.
"Wah, beneran bubar deh ini panitia. Gue enggak bakalan ketemu artis tik.tok macem lo lagi dong, Wa?"
Kalimat itu seolah menampar Airyn dengan keras.
Iya kah, dirinya tidak akan pernah bertemu kembali dengan Dewa? Kalau benar, apakah dirinya sanggup? Tapi selama ini tidak pernah ada Dewa di hidupnya dan Airyn tidak masalah dengan hal itu, jadi sepertinya bukan masalah. Iya, bukan masalah. Kamu bisa, Ryn pasti bisa.
Airyn diam dan merasa sedikit tak rela dengan pembubaran panitia ini. Jika benar dirinya tidak akan bertemu lagi dengan Dewa, lalu bagaimana dirinya bernafas? Apakah sesak itu akan kembali menghimpit Airyn dengan kuat?
Dia sudah merasakannya, sakit yang di alaminya akibat stres hebat dan Airyn paham akan hal itu, benar apa yang dikatakan Dokter Tri. Dirinya tertekan, stres berat dan tubuhnya nyaris tak kuat jika bukan Dewa yang mengenalkannya pada ruang dimana dirinya sanggup bernafas.
Beban di pundaknya sedikit terangkat dan Airyn tahu jika hal itu lah yang di butuhkan oleh tubuhnya. Dewa bahkan mengenalkannya pada sisi lain dunia yang tak pernah di jamahnya.
Banyak orang-orang di luar sana yang dikenalkan padanya dengan berbagai pengalaman juga karakter yang berbeda.
Menggambar? Dewa selalu mendukung apa pun keinginan Airyn, bahkan Airyn masih ingat ketika mereka menghabiskan waktu untuk berbelanja kebutuhan menggambar yang baru akan di mulai oleh Airyn.
Mempelajari teknik gambar dan cara-cara menggambar yang cukup rumit tidak membuat Airyn merasa tertekan atau apa pun, dirinya justru menikmati banyaknya buku juga artikel yang dibacanya, juga langsung mempraktikkannya di buku khusus yang sudah dibelinya.
Airyn senang saat melakukan hal yang di sukainya, tidak ada beban yang mengimpitnya, tidak juga merasakan tertekan oleh desakkan
siapa pun. Ia ingin melakukannya, ingin menggambar, Airyn ingin bernafas.
"Oh jelas enggak dong, lo bisa ke BiNus atau gue yang dateng kesini. Kita mesti bikin tik.tok bareng. Ya enggak, Ryn?" Dewa menyenggol lengan Airyn dengan sikutnya. Membuat sang empu tergagap kaget.
"Ap... apaan?"
"Kamu dari tadi ngelamun aja, kenapa? Masih pusing?" Kalimat Dewa jelas menyiratkan ke khawatiran. Sejenak Airyn terdiam saat pandangan mereka bertemu, berusaha tahu apa yang sebenarnya diinginkan lelaki tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Be
Teen FictionSebelum bertemu Dewa, Ryn pikir hidupnya sudah cukup sempurna. Menjadi siswi berprestasi dengan berbagai piagam penghargaan juga jabatan ketua osis yang diembannya, membuat Ryn mampu membusungkan dada bangga. Namun, harus Ryn akui, ketika mengenal D...