TIGA

1.1K 219 2
                                    

*SKETSA BUATAN AIRYN CERITANYA. (Sumber Pinterest)

***

Airyn menutup pintu kamarnya perlahan. Berjalan lesu menuju meja belajar, dan mengempaskan tubuh di atas kursi. Menelungkup.

Setelah ayahnya kembali memberikan wejangan, yang kemudian dilengkapi oleh persetujuan bundanya, suasana hati Airyn justru menjadi semakin buruk.

Airyn tahu, menjadi salah satu penyandang nama Tarachandra menuntutnya untuk menjadi sempurna dalam bidang apapun—terlebih akademik. Dan, Airyn sudah berusaha untuk melakukannya. Dia sudah mencoba memberikan yang terbaik. Namun, apa yang diterimanya selama ini? Hanyalah permintaan-permintaan lain bernada lebih menuntut yang orang tuanya berikan setiap kali nama sang kakak dan adik terlibat dalam percakapan mereka.

Rasa bangga hanya hadir sejenak, sebelum akhirnya terlempar jauh oleh ketidakpuasan.

Airyn mendesah. Niat belajarnya menguap setengah. Diliriknya kemudian jam berbentuk bintang di depannya. Baru pukul setengah delapan. Masih ada waktu untuk berselancar di dunia maya dulu, sebelum niat belajarnya kembali terkumpul.

Meraih ponselnya yang ada di atas kasur, Airyn pun mulai membuka akun Instagram-nya. Beberapa bulan lalu, selain teman-teman yang sudah dikenalnya, daftar akun yang dia ikuti hanyalah akun-akun kependidikan. Dara memprotes habis-habisan soal ini. Katanya, Airyn terlalu saklek. Padahal di usia mereka yang sekarang, seharusnya Airyn tidak terlalu berpusat pada satu hal. Ada banyak informasi-informasi lain, selain yang berbau pendidikan, yang bisa mereka ketahui dengan tekonologi secanggih sekarang. Entah informasi dalam negeri, ataupun mancanegara. Contohnya saja seperti tarian Tik-Tok yang sedang mengglobal, dan para selebgram mulai berlomba-lomba menjadikannya sebagai ajang unjuk keahlian dalam bidang menari.

"Ini, nih, yang gue sayangkan dari elo. Pinter, tapi kudet. Lo kira-kira aja dong kalo mau nanya. Masa tarian kayak gini lo nggak tahu? Ya kali lo nggak pernah denger lagunya." Protes Dara saat mereka hanya berdua di ruang OSIS, dan Airyn bertanya apa yang sedang cewek itu lakukan di depan ponselnya sambil menari. "Eksplorasi diri lo lebih jauh, Ryn. Hidup tuh nggak cuma soal belajar hitung-hitungan. Jangan sampai otak lo roaming pas diajak ghibah. Malu-maluin."

Tawa kecil Airyn meluncur begitu ucapan pedas Dara di hari itu selesai. Setelah mengetahui bahwa akun Instagram-nya tak tertolong, alias sangat membosankan, semenjak hari itu pula Dara membuatnya mengikuti beberapa selebgram yang cewek itu juga ikuti. Sampai idol KPOP yang disukainya pun tak ketinggalan.

Airyn sama sekali tak mempermasalahkan hal itu. Karena selain tidak mau ambil pusing pada ucapan Dara, dia juga jarang bermain di sosial media. Ayahnya bilang, sosial media itu seperti racun. Jadi, lebih baik Airyn menghabiskan waktu luangnya dengan belajar, yang jelas akan berguna untuk masa depannya.

Belum ada lima menit Airyn berselancar, tepat ketika salah satu selebgram yang diikutinya—diikuti oleh Dara tepatnya—selesai mengulas salah satu makanan yang di-endorse, pintu kamarnya yang semula tertutup, perlahan dibuka dari luar. Menampilkan sesosok laki-laki jangkung yang merepresentasikan wajah bundanya.

"Lagi belajar, ya?" Revan yang masih memakai kemeja garis-garis mendekat. Duduk di bibir tempat tidur Airyn, yang hanya berjarak satu setengah meter dari tempat cewek itu duduk sekarang.

"Nggak, kok."

"Tumben banget. Bosen belajar terus?" sudut bibir Revan terangkat sedikit, meledek.

"Nggak, ih! Aku tuh tadi cuma lagi liat-liat Instagram sebentar. Baru mau buka buku, Kak Revan dateng. Ya udah."

"Masa?"

Let Me BeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang