Duapuluh Empat

841 78 4
                                    

"Kita itu cuma berubah status bukan berubah perasaan! Tenang aja, rasa gue sama lo gak pernah berubah kok." -Arka Putra Giovano untuk Rachellia Zabila Ahmad.

****

Arka membuka kelopak matanya perlahan, ia mulai mengumpulkan kesadarannya. Arka melirik ke arah perutnya yang dipeluk oleh Rachel. Bibirnya mengembangkan senyum yang sangat luar biasa memukau.

Tangannya membelai kepala Rachel yang berada disampingnya. Memang mereka berdua tidur di atas ranjang, karena Arka tak ingin jauh-jauh dari Rachel.

Rachel mengerjap-ngerjap matanya polos, gadis itu menggeliat kecil yang membuat Arka gemas.

"Udah pagi?" tanya Rachel dengan nyawa yang belum sepenuhnya terkumpul.

"Udah, makanya bangun," jawab Arka dengan senyum manisnya.

"Masih ngantuk," rengek Rachel sambil mempererat pelukannya pada Arka.

"Bangun, Chel. Gak enak nanti kalau ada perawat yang liat kita kayak gini," ujar Arka berusaha melonggarkan pelukan Rachel.

"Iya, gue bangun," kata Rachel ketus. Arka terkekeh geli ketika melihat penampilan Rachel di pagi hari. Rambutnya yang acak-acakan seperti singa, muka bantal yang masih sangat terlihat, dan jangan lupakan iler di pipi sebelah kanan Rachel.

"Chel, mending lo ke kamar mandi dulu. Cuci tuh iler lo!" titah Arka pada Rachel. Mata Rachel terbelalak ketika mendengar penuturan Arka. Apa? Iler?

Kebiasaan dari kecil kalau tidur pasti ngiler, batin Rachel merasa malu.

"Lo juga sama tuh," balas Rachel mengalihkan atensi Arka.

"Sama apa?" tanya Arka sambil menaik-turunkan alisnya menggoda Rachel.

"Sama—"

"Ck! Udahlah gue mau mandi dulu," putus Rachel lalu mulai melangkah ke arah kamar mandi.

"Emang lo bawa baju ganti?" tanya Arka yang membuat langkah Rachel terhenti.

"Nggak, ini aja gue minjem hoodie lo," jawab Rachel sambil menunjuk hoodie yang dipakainya. Memang, semalam Rachel dipinjamkan Hoodie oleh Arka supaya bisa lebih nyaman saat tidur.

"Ya udah, lo jangan dulu mandi. Gue mau minta tolong Kak Saras buat beliin lo baju," ujar Arka lalu memencet nomor Saras di handphonenya.

"Halo, Kak Saras. Arka mau minta tolong beliin pakaian buat Rachel," ujar Arka pada Saras diseberang sana.

"Berapa setel?" tanya Saras memastikan.

"Dua aja, Kak. Jangan lupa sama dalemannya juga, kayak BH—"

"Gak usah disebutin," potong Saras pada adiknya.

"Iya, tolong beliin ya, Kak," pinta Arka lagi.

"Iya, emang Rachel nginep di rumah sakit?" tanya Saras pada Arka. Arka menganggukkan kepalanya.

"Iya," jawab Arka pada Saras.

"Arka tutup dulu telponnya, ya , Kak. Jangan lupa beliin pesanan Arka tadi," ucap Arka lalu segera mematikan telponnya.

Arka kembali mengalihkan atensinya pada Rachel. Arka mengernyitkan dahinya ketika melihat pipi Rachel yang memerah.

"Chel? Pipi lo kenapa?" tanya Arka pada Rachel.

"Malu," cicit Rachel pelan. Arka menautkan kedua alisnya karena semakin bingung.

"Malu?" beo Arka yang diangguki oleh Rachel.

"Kenapa?" lanjut Arka yang masih setia memandang Rachel.

TAKDIR [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang