Tigapuluh Empat

692 65 0
                                    

"Yang dipikir paling jahat ternyata tidak sejahat itu. Yang dipikir cukup baik ternyata tak sebaik itu malah sebaliknya jahat dan busuk."—Queen Galau.

***

Terlihat sosok Rivan sedang berbincang dengan seorang gadis berperawakan tinggi dengan kalung perak di lehernya. Gadis itu tampak kesal kepada Rivan. Wajahnya memerah, dengan mata yang menatap tajam Rivan.

"Rencananya baru lusa, kenapa lo mulai sekarang," bentak gadis itu marah.

"Gue gak bisa biarin Rachel sakit," balas Rivan yang membuat gadis itu semakin marah.

"Gak guna gue kerja sama dengan lo. Bilang aja lo masih punya perasaan kan sama Rachel," sentak gadis itu lagi sambil mendorong dada bidang Rivan.

"Mulut lo! Punya otak tuh dipake mikir dikit. Coba lo pikirin kalau target kita sampai sakit rencana kita bisa aja gagal," balas Arbani membentak.

"Gagal gimana maksud lo?" tanya gadis itu bingung.

"Sekali bodoh tetap aja bodoh!" cibir Rivan memandang rendah gadis dihadapannya.

"Sialan lo!" maki gadis itu marah.

"Lo tau rencana kita itu di jalan bukan di kamar. Kalau target kita sakit ya dia pasti diam di kamar bodoh dia gak mungkin keluar jalan-jalan," ujar Rivan memberi penjelasan.

Gadis itu menjentikkan jarinya lalu tersenyum menyeringai.

"Cerdas! Gak sia-sia gue kerja sama dengan lo," puji gadis itu kemudian melenggang pergi dari hadapan Rivan.

***

Arbani dan Arka tak henti-hentinya mencari Rachel. Sudah beberapa tempat yang mereka datangi karena curiga Rachel ada di sana namun, hasilnya nihil.

Arka mengacak rambutnya frustasi, hatinya merasa sangat resah dan khawatir. Bagaimana kalau hal buruk itu sudah menimpa Rachel? Ah, rasanya Arka akan sangat membenci dirinya sendiri.

"Gak ada hasil. Sebaiknya kita istirahat dulu, besok kita lanjut lagi cari Rachel," saran Arbani dengan wajah lelah yang begitu kentara. 

"Lo bisa pulang. Gue masih mau cari Rachel," tolak Arka memandang kosong ke depan.

Drett-drett

Ponsel Arka dan Arbani sama-sama bergetar. Dengan segera mereka membuka pesan itu.

0813xxxx
Tenang Rachel aman sama gue. Dia udah baikan. Lagian juga rencananya baru mulai lusa. Istirahat aja dulu takutnya pas hari H kalian malah gak sanggup.

Arka dan Arbani sama-sama menggeram marah. Bisa-bisanya mereka dipermainkan seperti ini. Kalau mereka bertemu rasanya Arka ingin menghabisi nyawa orang itu.

"Sial!"

"Lo dapet pesan dari dia?" tanya Arbani yang dibalas anggukan oleh Arka.

"Lebih baik kita pulang, Ka. Gue kenal dia, sekejam-kejamnya dia, sebenci-bencinya dia, dia masih peduli sama Rachel. Gak mungkin dia bisa cepat move-on dari Rachel," ujar Arbani lalu pergi dari hadapan Arka.

"Chel, semoga lo gak papa," gumam Arka mengusap wajahnya gusar lalu menaiki motornya ke arah rumah Rachel.

***

Kediaman Rachel tampak sepi, lampu-lampu rumahnya pun masih gelap. Arka mulai merasa aneh dengan keluarga Rachel. Yang Arka lihat orang tua Rachel sangat menyayangi putrinya. Tapi mengapa disaat Rachel butuh, mereka malah tak ada?

Tak lama mobil berwarna silver masuk ke pekarangan rumah Rachel yang menampakkan Bima dan Rena yang baru keluar dari mobil itu.

"Om Bima," panggil Arka yang membuat pria paruh baya itu menoleh.

TAKDIR [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang