Tigapuluh Tujuh

760 58 17
                                    

"Aku di sini! Di sampingmu. Maafkan aku tak bisa melindungimu."-Arka Putra Giovano.

***

"Tolong," lirih seorang gadis di seberang sana.

Dada Arka bergemuruh hebat, pikiran buruk mulai menguasai. Arka sangat hafal dengan suara itu yaitu suara gadisnya.

Dengan cepat Arka mengenakan jaket dan langsung melacak keberadaan Rachel. Arka tak memperdulikan suara Kakaknya yang bertanya, pikirannya hanya terfokus pada satu objek yaitu Rachel.

Napas Arka memburu, detak jantungnya sudah tak berdetak normal ditambah dirinya yang melajukan kuda besi itu dengan kecepatan penuh. Matanya memanas, pikirannya kalut.

Jarak tempat Rachel berada itu cukup jauh dari padatnya ibu kota. Arka hampir frustasi karena masih banyak kendaraan yang berlalu lalang di waktu yang sudah larut ini. Arka bahkan tak mengindahkan aturan lalu lintas hatinya terlalu takut terjadi sesuatu dengan gadisnya.

"Gue mohon tunggu gue, Chel," lirih Arka dengan mata yang sudah basah.

****

Rivan mengucek-ngucek matanya dan melihat jam sudah pukul 12 malam. Matanya beralih menatap kamar Rachel yang pintunya terbuka. Dengan cepat Rivan memeriksa keberadaan Rachel tapi gadis itu hilang entah kemana.

Rivan menjambak rambutnya frustasi, dia kecolongan.

"Gue harus cari Rachel sebelum terlambat," ujar Rivan lalu berlari tergesa di tengah gelapnya malam. Langkah kakinya terus berjalan cepat, tak peduli dengan kegelapan dan kesunyian malam ini.

Tak lama Rivan sudah berada di depan gang. Alangkah sakitnya hatinya melihat gadis yang berlumuran darah sekitar 7 meter darinya. Tak bisa berpikir jernih lagi Rivan langsung berlari ke arah gadis yang terbaring lemas di aspal itu. Matanya memanas tak bisa membendung lagi air matanya lolos begitu saja saat melihat wajah gadis itu yang penuh dengan darah.

"Rachel!" jerit Rivan pilu. Dengan cepat Rivan membawa tubuh Rachel ke pangkuannya. Tak ada cara lain selain berlari membawa Rachel. Tempat mereka berada memang sepi apalagi ini sudah larut malam. Rivan dibuat frustasi dengan wajah Rachel yang tampak pias, tak peduli dengan bajunya yang sudah berubah warna karena terkena tetesan darah Rachel, lelaki itu terus berlari sambil membopong Rachel.

"Lo harus kuat, Chel. Lo harus kuat!" raung Rivan dengan wajah yang sudah banjir air mata. Rivan membenci dirinya karena telah ikut serta dengan rencana gila ini bahkan dulu dirinya lah yang siap untuk menyingkirkan Rachel, tapi saat semuanya sudah terjadi dirinya lah yang merasa paling hancur.

"Bertahan, Chel. Sial! mobil gue diparkir cukup jauh dari sini," kata Rivan yang mulai frustasi.

"Ini salah gue! Gue minta maaf, Chel," bisik Rivan di dekat daun telinga Rachel yang berlumuran darah.

"Gue mohon bertahan!" jerit Rivan yang terus berlari menuju mobilnya yang diparkir.

***

Arka menghentikan laju motornya saat melihat seorang cowok yang tengah membopong seorang gadis yang berlumuran darah. Hatinya hancur saat itu juga saat melihat wajah gadis itu. Itu Rachel-pacarnya.

"Rachel!" teriak Arka dengan nada tinggi.

"Arka," panggil Rivan saat melihat Arka yang sedang menaiki motornya.

Arka langsung turun menghampiri Rachel dan Rivan. Saat itu juga dunianya terasa hancur. Tubuh gadisnya penuh dengan darah yang membuat hati Arka semakin terasa teriris.

"Tolong gue, Ka. Tolong ambil mobil gue di warung sana!" titah Rivan setengah berteriak.

"Serahin Rachel ke gue, lo aja yang ambil mobilnya," kata Arka yang memandang kosong ke arah Rachel. Dengan cepat Rivan menyerahkan Rachel dari pangkuannya ke pangkuan Arka. Detik itu juga Rivan langsung berlari untuk mengambil mobilnya.

TAKDIR [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang