|24.Kegajean yang haqiqi||

69 9 35
                                    

"Gue bakal lakuin apa pun! Dan semua itu buat lo, Layla Aprilia"
_
_
_

Aya melangkahkan kakinya memasuki gerbang sekolahnya. Gadis itu menatap sekitar. Menatap orang orang yang sedang menatapnya dengan sengit membuat Aya mengerutkan dahinya bingung. Pagi ini...kenapa semua orang seakan membenci dirinya?

Memilih tak peduli dan mengabaikan bisikan tak enak tentangnya, Aya langsung mempercepat langkahnya saat sampai dikoridor utama. Seperti halnya saat berada diparkiran depan, telinga Aya yang memiliki pendengaran tajam tak sengaja menangkap suara siswa siswi yang sedang membicarakan keburukan Aya dan menatap dirinya dengan sengit.

Gadis itu berjalan sambil menundukan kepalanya dan bergegas menuju gedung IPA. Aya hanya diam. Gadis itu tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi dengan semua orang. Aya mempercepat langkahnya menuju kelasnya.

Saat sampai dikelas, suasana yang tadinya ramai mendadak hening. semua mata tajam tertuju kearah dirinya. Aya mematung diambang pintu kelas. Bimbang, antara masuk atau memilih membolos karena suasana hatinya sedang tidak baik. Aya membalikannya tubuhnya dan menjauh dari kelas namun dirinya menabrak seseorang yang berada didepannya. Aya mendongak. Menatap seseorang yang tadi ia tabrak. Kedua mata Aya mengerjap. Antara Rindu, kecewa dan marah menjadi satu jika Aya menatap cowo didepannya ini.

"Sekolah tempatnya belajar! Bukan untuk membolos!" Ucap Raka lalu pergi begitu saja dari hadapan Aya diikuti kelima temannya_termasuk Dion yang sudah kembali dari rumah sakit_ dari belakang.

Aya mengikuti tubuh tegap Raka dari belakang. Rindu. Dia Rindu dengan kekasihnya itu. Kenapa dia menghindar? Satu kata yang hanya ada dibenak Aya, Kenapa? Gadis itu menghela napasnya pelan dan mulai berbalik memasuki kelas dan duduk dibangkunya disamping Ryan yang sedang fokus dengan ponselnya.

Semua orang kenapa sih? Hanya itu yang Aya pikirkan. Aya menghela napasnya pelan saat kehadirannya seperti mahluk tak kasat mata.

♡♡♡

Sedangkan disisi lain, Raka dkk sedang duduk dikantin tepatnya dimeja paling pojok. Keenam cowo itu sedang sarapan pagi dikantin.

"Tumben yah, siBagas nggak bikin ulah lagi? Kemana tuh cowo?" Tanya Hivan memecahkan keheningan.

Dion menggeleng. "Nggak tau gue juga. Biasanya tuh cowo suka ngajak war kita"

"Udahlah biarin. Ilang mungkin" final Radhit.

"Ehhh, Ka" panggil Rafa membuat Raka dan yang lainnya menoleh menatap Rafa.

"Hm"

Rafa menghentikan kunyahan nya. "Si Dhafian sama antek anteknya, mereka jadi kesini?"

Raka mengangguk singkat. "Jadi. Istirahat pertama"

"Terus yang mancing dia keluar kekoridor utama siapa? Yang siapin?"

Raka menoleh ke arah Dion yang menurutnya kebanyakan bacot dan mengganggu sarapan paginya yang tennag dan damai. "Dhafian"

Dion mengangguk. Cowo itu membuka mulutnya hendak bwrtanya kembali kepa Raka. "Terus nanti menurut lo, Ka. Si Aya bakal_"

"Brisik Bangsat! Banyak tanya lo" Sarkas Raka cepat memotong perkataan Dion membuat cowo itu memajukan bibirnya kesal. Namanya juga baru pulang dari RS. dia nggak tau apa apa. Wajarlah jika bertanya. Dia hanya ingin tau. Dan bangsatnya lagi siBoss nya ini nggak mau banyak ngomong. Raka sialan emang, batin Dion sambil menatap Raka.

LAYLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang