Sang Serigala

8.6K 978 184
                                    

Seminggu berlalu. Izuku menyilang angka ke tujuh di kalender. Hubungannya dengan Katsuki masih berjalan begitu saja. Heatnya masih terasa, sesekali ia akan merasa panas dan bernafsu, tapi itu masih dapat ia kendalikan asal tidak ada Katsuki di dekatnya. Jika ada, Izuku mungkin akan memohon untuk di tandai saat itu juga. Saat itu juga! Walau tempat umum sekalipun.

Mereka bukan lagi werewolf yang tidak tahu aturan, sopan santun dan bar-bar. Bukan lagi. Jiwa wolf mereka masih ada tapi karena perubahan iklim, kondisi lingkungan dan sosial budaya serta semakin pesatnya kemajuan zaman mereka tidak lagi berubah menjadi wolf sesungguhnya.

Hanya pada saat-saat tertentu taring mereka benar-benar keluar dan mata mereka berubah, seperti saat benar-benar bernafsu. Taringnya pun hanya akan keluar sekali, saat penandaan mate.

Saat benar-benar marah dan emosi shift yang terjadi itulah wolf mereka sesungguhnya. Mereka berubah menjadi wolf sesungguhnya. Tapi itu jarang terjadi karena hukum dan undang-undang telah dibuat.

"Izuku!!" Seru Ibara saat Izuku melamun di brankar ruang kesehatan.

Izuku tersentak, "Ya Ibara-san!!" Jawab Izuku ceria. Ibara menggeleng.

"Ini obatnya. Jangan lupa untuk diminum, dosisnya dapat dinaikan dua kali lipat jika kau merasa heat mu benar-benar di puncak."

Ibara berusaha duduk di dekat Izuku tentu saja Izuku segera bergeser dan membantu Ibara yang mulai kesulitan duduk karna perut besarnya.

"Ibara-san.. Sudah berapa bulan?"

"Delapan.."

"Woooaaa tidak terasa.. Sebentar Iagi aku akan mendapat keponakan! Dua kan?"

Ibara tersenyum dan mengangguk. la menatap Izuku lembut, "Izuku bagaimana dengan mu dan Katsuki?"

Senyum Izuku luntur dan berganti wajah murung. "Entahlah. Ini seperti Kaminari mengumpulkan tugas tepat waktu. Mustahil!"

Di ruang Iain, Kaminari yang sedang mendapat ceramah dari dosen walinya tiba-tiba tersedak air Iiur. Tugas Kaminari selalu baik tapi ia sering lupa untuk mengumpulkannya.

"Kau tidak bertanya?"

"Sudah.. Tapi ya begitulah.. Kacchan menjawab dengan cuek atau malah mengalihkan topik pembicaraan. Aku juga tak enak menanyainya terus, aku takut dia berpikir aku adalah omega yang terlalu menuntut dan tidak percaya pada alphanya."

"Tapi kau tahukan Izuku, heat mu akan semakin sering muncul jika tidak segera di tandai Katsuki."

"lya Ibara-san, aku tahu.."

"Hahh~ Sampai sekarangpun aku masih belum mengerti jalan pikiran para alpha. Tidak! Aku bahkan belum mengerti jalan pikiran Iida."

Izuku tertawa pelan, ia membereskan tasnya dan menyimpan kalender lipat serta obatnya. "Ibara-san aku harus pulang. Aku rasa Kacchan sudah menunggu di parkiran."

"Ya hati-hati di jalan." Izuku memeluk dan mencium pipi Ibara sekilas sebelum benar-benar pergi dari ruang kesehatan dimana Ibara bekerja sebagai dokter universitas.

••••••••••

Ponsel Izuku berdering dengan nada khusus saat ia melewati koridor dekat lapangan basket indoor.

Izuku mengangkatnya sambil terus mencari obatnya. Sepertinya heatnya akan terasa lagi, padahal ia baru merasakannya dua jam yang lalu.

"Halo Kacchan.."

"Izuku, maafkan aku tidak bisa mengantar mu pulang aku ada rapat dengan anggota BEM."

"Iya tidak apa-apa.. Aku akan pulang naik bus saja."

begin | bakudekuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang