Aceh 2011

972 67 7
                                    

Semua barang-barang yang aku perlukan untuk berlibur di Aceh sudah sangat siap. Kami tiba di Bandara sekitar pukul 7 pagi. Perjalanan dari Bandung ke Aceh memakan waktu sekitar 5 Jam.

Saat di pesawat Ake sempat bercerita padaku tentang keadaan disana pada tahun 2004. Ya. Tsunami yang menerjang Aceh pada saat itu.

Ternyata aku baru tahu maksud Ake mengajakku berlibur ke Aceh rupanya ingin membantu seorang teman Ake, yang setiap memperingati hari terjadinya tsunami dahsyat itu beliau selalu merasa terganggu dengan kehadiran mereka yang nyawa nya hilang saat tsunami terjadi.

Ake memintaku untuk mendengarkan cerita salah seorang gadis disana.

Sesampainya dirumah teman Ake. Aku melihat banyak sekali korban yang kini sudah tak terlihat oleh mata telanjang. Aku berusaha bersikap biasa saja. Sebenarnya aku juga takut. Mereka menatapku tajam. Seolah ingin menyampaikan sesuatu dengan segera.

"Ake.. aku takut, mereka sangat banyak" bisikku pada Ake.

"Kau bisa melihatnya zila? Mereka ingin menyampaikan sesuatu pada kita" aku hanya mengangguk.

"Tapi aku tidak yakin"

"Mengapa? Apa tentang energi mereka yang kuat? Ake yakin cucu Ake juga memiliki energi yang kuat untuk berinteraksi dengan mereka" rayu Ake.

"Nanti saat bertemu dengan teman ake, kau bisa memanggilnya dengan kata dato'. Yang artinya kakek" jelas ake. Aku hanya mengangguk mengerti.

Setelah masuk kedalam rumah. Kami disuguhkan dengan berbagai macam makanan khas Aceh. Lama kami bercengkrama. Ternyata teman Ake ini juga mempunyai cucu. Namanya Lia. Dia gadis cantik sebayaku.
Setelah berkenalan. Lia langsung mengajakku ke kamarnya.

"Senang bisa bertemu denganmu zila". Senyum Lia.

"Aku juga"

"Bolehkah aku bertanya padamu? Mengenai sesuatu?" Aku hanya mengangguk.

"Apa kau bisa melihat mereka yang tak kasat mata?" Tanyanya.

"Yaa. Begitulah

"Bagus!!" Semangatnya.

"Bagus? Apa yang bagus?"

"Aku mempunyai teman baru yang juga satu kemampuan denganku" jelasnya

"Kau juga bisa?" Tanyaku, dia hanya mengangguk

"Ake bilang, kedatangan kami kesini untuk membantu. Aku belum tahu untuk membantu apa"

"Kau akan segera mengetahuinya nanti" ucapnya.

"Mau ke pantai?" Ajaknya
"Aku akan izin dulu"

Akhirnya kami satu keluarga pergi ke pantai. Aku dan Lia memilih menyusuri pantai dengan angin yang menerpa wajah.

"Ake bilang, dulu pernah terjadi tsunami dahsyat di Aceh. Seperti apa awalnya?" Tanyaku penasaran.

"Apa yang dikatakan oleh Ake benar. Apa kau percaya aku lahir di pengungsian? Saat tsunami terjadi. Ibuku sedang hamil besar. Beruntung tsunami dahsyat itu tak membawa kami terlalu jauh. Tapi naas. Ayahku hilang terbawa arus. Dan sampai sekarang dia tidak ditemukan. Seminggu setelah kelahiran ku. Ibu juga menyusul ayah. Tinggallah aku dengan kakek. Dan sejak umurku 2 tahun, kakek bilang aku selalu berbicara dengan korban tsunami yang kehilangan nyawanya saat terseret arus. Yang kakek lihat dia gadis cantik keturunan Aceh asli. Tadinya saat aku pertama kali melihat gadis itu. Aku sempat sakit. Dan kakek berniat menjauhkan ku darinya. Tapi setelah aku sembuh dia mulai mengajakku bermain, menemaniku, dan kadang menghiburku"

"Tunggu. Apa yang kau maksud itu seperti sahabatku ini?" Tanyaku sambil menunjuk pada bubu yang selalu mengikuti ku.

"Ya kau benar. Siapa namanya? Dia terlihat tampan"

"Panggil saja dia bubu" bubu pun tersenyum dan melambaikan tangan pada Lia.

"Dan temanmu itu siapa namanya? dimana dia sekarang?" Tanyaku

"Aku selalu memanggilnya dengan sebutan Liu. Dan dia saat ini ada dirumah. Di bagian gudang tempatnya" jelas Lia

"Kau tau? Aku tidak bisa berinteraksi dengannya" aku menatapnya heran.

"Energi yang dibutuhkan untuk berinteraksi dengan mereka haruslah kuat. Dan aku tidak bisa mengimbangi nya bila dengan kemampuanku saja"

"Baiklah. Akhirnya aku dapat mengetahui maksud dan tujuanku mendatangimu lia".

"Apa kau marah?" Tanyanya

"Tidak. Untuk apa aku marah? Aku sangat senang bila dapat membantumu". Ucapku sambil melempar senyuman.

Lama kita bercengkrama di pantai. Bermain pasir, berenang ditepi pantai dan lain-lain. Saat matahari hampir kehilangan cahayanya. Kita semua kembali ke rumah.

Setelah mandi dan berpakaian. Lia mengajakku ke kamarnya.

"Zila. Apa kau sudah siap?"

"Ntahlah. Aku masih ragu Lia"

"Ayolah aku percaya padamu. Aku akan coba memanggilnya"

Lia langsung memanggil Liu dengan lembut. Serta dengan memejamkan matanya.

"Liu. Aku membawa seorang teman yang mungkin bisa berinteraksi denganmu"

Seketika udara terasa dingin. Aku menatap bubu heran.

"Dia akan segera datang zila. Bersiaplah". Ucap bubu

"Aku siap" gumam ku meyakinkan diri sendiri.

Bayangan dari arah pintu perlahan menjadi jelas. Menampilkan sosok seorang gadis dengan rambut sepinggang wajah Serta kulitnya sangat pucat. Seperti orang yang tenggelam. Aku terus menatapnya hingga dia berwujud jelas. Tapi tunggu, aku seperti melihat aura kemarahan dalam dirinya.
Dia melihat ke arah Lia yang sedang melihat wujud aslinya.

Tatapan tajamnya langsung melihat Lia, dia mengangkat tangan kirinya perlahan menunjuk ke arah Lia. Aku melihat jelas Seketika Lia terangkat dan merasa tercekik di bagian lehernya.

"Zila ayo tolong Lia dan segera hentikan perbuatan Liu" ucap bubu sambil sedikit menggoncang tangan kananku.

Aku seketika marah pada apa yang dilakukan oleh Liu.

"Aku bisa membantumu, tapi jangan sakiti temanku" teriakku pada Liu.

Seketika dia menatapku heran, menatap Lia, kemudian dia menjatuhkannya.

BRUKK!!!

"Lia. Apa kau baik-baik saja?" Tanyaku. Bubu langsung menatap tajam ke arah Liu.

Aura kemarahan pada Liu mulai memudar. Digantikan dengan tatapan khawatir karna melihat Lia yang sedang terduduk lemas.

"Kau!! Mengapa kau melakukan ini!!?" Teriakku sambil menatap Liu.

Tapi tak ada jawaban darinya, dia hanya melangkah mundur lalu melesat dengan cepat keluar kamar Lia.

Sementara itu..

Mendengar kegaduhan di kamar Lia. Ake dan yang lainnya langsung menghampiri kami. Melihat Lia yang kesakitan dato' langsung menghampiri Lia dan menuntunnya ke tempat tidur.

"Apa dia yang melakukannya?" Tanya dato'

"Tidak. Mungkin dia tidak sengaja" ucapnya sambil menahan sakit yang dirasa

"Apa kau bilang?! Tidak sengaja?" Tanyaku

"Liu selalu menyakiti tanpa menyentuhnya. Entah karena apa. Aku pun masih belum tau pasti" ucap dato' pada Ake.

"Seharusnya yang mendapat perlakuan seperti itu adalah aku ke. Bukan Lia" tegasku.

"Kau pasti bisa membantu Lia. Tapi tidak dengan kemarahan yang sama dengan Liu. Kau harus memperlakukannya dengan lembut atau dengan dingin" jelas Ake.
"Baiklah Ake. Akan aku coba besok"

Kata penulis..
Assalamualaikum viewers..
Mohon maaf ini agak lama update. Wkwk
Next kita kenalan sama Liu yaa..

Thankyouu buat kalian yang masih setia pantengin cerita ini. Love 🖤 BigHug 😊

Teman Tak Kasat Mata.          ( T A M A T )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang