Bab 20 Telepati

90 7 0
                                    


Sudah tiga hari Aika menemui Syawal. Tapi belum ada kemajuan.

"Halo!"

"Arul? Untung kamu datang."

"Tolong temani aku."

"Wow!" seru Arul saat melihat Syawal.

"Kucing di rumahku kecil-kecil, tapi kucing yang di sini―"

Arul berdecak kagum.

"Makanya disebut kucing besar," sambung Aika terkekeh.

Syawal mengawasi Arul dengan mata waspada sambil mengeluarkan suara menggeram. Arul adalah sosok asing baginya, tapi lama kelamaan ia mulai terbiasa dengan Arul dan mulai mengacuhkannya.

"jadi apa yang kamu lakukan di sini?"

"Pendekatan" jawab Aika bercanda

Arul tergelak sebentar, lalu ia manggut-manggut.

"Memang butuh kesabaran, karna untuk kucing besar seperti ini, pendekatan tidak bisa dilakukan secara agresif."

Aika meringis,"benar sekali! Nyawa taruhannya" ucap Aika setengah berbisik.

Kehadiran Arul membantu Aika melewati waktunya dengan Syawal. Ia suka melontarkan pertanyaan yang aneh-aneh seperti;

Mengapa singa yang tinggal di padang rumput lebih dikenal sebagai raja hutan; Lebih hebat mana, singa atau harimau?

Pada saat Syawal menguap, rahangnya terbuka lebar dan terlihatlah gigi-gigi taring Syawal yang terletak pada rahang atas dan bawah. Keempatnya besar dan panjang melengkung. Ukurannya kira-kira sepanjang telunjuk manusia dewasa. Aika tergidik melihatnya. Ia lalu membayangkan harimau ini memangsa buruannya, pasti gigi tersebut menghujam dengan kuat dan dalam di leher korbannya.

Aika kerap mengantarkan daging mentah dan air minum ke kandang Syawal yang telah disiapkan oleh kebun binatang. Dalam satu hari ia bisa makan daging tiga puluh lima kilogram. Untungnya Syawal tidak makan setiap hari. Ia akan makan tiga hari lagi.

Jika Syawal merapatkan tubuhnya ke kerangkeng, Aika memberanikan dirinya menyentuh bulu tubuhnya dari sela-sela kerangkeng. Bulunya pendek, tidak begitu lembut dan agak kaku. Aika dengan cepat menarik tangannya kembali ketika ia mengingatkan dirinya kalau harimau tidak dapat diperlakukan seperti kucing piaraan dalam rumah yang suka dibelai.

Hari berganti hari demikian cepat. Tapi tidak ada yang berubah. Syawal hanya berjalan mondar-mandir di depan Aika. Gadis itu kadang-kadang berusaha berkomunikasi dengan Syawal dengan suara maupun tanpa bersuara. Namun tiada balasan apapun darinya. Pada saat ia melakukannya perasaan janggal dan tak percaya masih mengiringi pikirannya, kalau ia dapat berkomunikasi dengan harimau.

"Syawal, apa benar kamu harimau ku?" tanya Aika iseng padanya.

Syawal memiringkan kepalanya. Harimau itu tampak mendengarkannya. Kemudian harimau itu menegakkan tubuhnya ketika melihat Kalif datang.

"Hai," sapanya, "ada kemajuan?"

"kemajuan?" Aika tergelak, "yang ada Syawal menatapku dengan bosan hingga ia tertidur"

"Dengan telepati, kamu juga bisa menyampaikan pesan kepadanya," ungkap Kalif.

"Apa?" telepati?

Aika menggeleng cepat, "Jangan membuatku tertawa."

"Tidak aku serius. Dengan telepati kamu tak perlu mengeluarkan sepatah kata pun untuk menyampaikan pikiranmu kepadanya. Telepati dilakukan oleh seseorang yang mempunyai hubungan sangat dekat dengan seorang lain. Misalnya orang tua dengan anaknya. Begitu pula antara harimau dengan pelindungnya. Untuk dapat melakukannya kamu harus sering berlatih."

Terdengar suara Syawal seperti sedang menguap, kemudian harimau itu berbaring menyamping dengan lesu.

Ada apa Syawal? tanya Aika dalam hati.

"Apakah ia sakit?"

"Apakah kamu merasakannya?" tanya Kalif sambil berjongkok di depan kerangkeng.

Aika menggelengkan kepalanya.

"Tahu tidak? Seorang pelindung juga dapat mengetahui harimau yang sedang sakit," jelas Kalif.

"Benarkah?"

"Ya, harimau yang sakit akan datang sendiri kepadamu dengan suara mendengung."

"Kenapa ia mendatangiku? Aku kan tidak bisa mengobatinya."

"Mungkin ia bermaksud minta pertolongan."

Ingatan Aika langsung membawanya kepada suara mendengung yang pernah ia dengar di halaman belakang rumah tante Husnar. Kini ia baru menyadari, kalau suara itu berasal dari harimau. Apakah harimau itu memang datang menemuiku?

"Nanti jangan pulang sendiri, aku akan menemanimu," ujar Kalif yang langsung bergegas pergi, tak mau mendengar bantahan Aika.

Sebenarnya Aika tidak begitu mendengarkan ucapan Kalif, karena ia masih termangu dengan informasi harimau yang sakit dan suara dengungan.

Sekonyong-konyong Aika teringat dengan peluitnya, lalu apa fungsinya peluit ini jika berkomunikasi dengan harimau bisa dilakukan dengan telepati? Ditiupnya sekali lagi peluit itu dihadapan Syawal, tapi peluit itu tetap tidak berbunyi.

Courage and HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang