Bab 26 Pengejaran

112 8 0
                                    


Setiba di rumahnya, Syam masih tetap terusik dengan pria yang memberikan foto Aika di pesta Sierra barusan.
Kenapa gadis itu? Pikir Syam.
Syam bingung Aika selalu berhasil mengusiknya, seharusnya ia tak perduli.
Why cindaku seems to be obsessed with her? She just a weak girl...
Wait a minute, I am cindaku too, do I obsess with her too?
Syam menggelengkan kepalanya.
Ia lalu mondar-mandir di kamarnya yang luas.
Bayangan pertemuan pertama kali dengan Aika di Ambacang muncul, lalu pertemuan selanjutnya. Saat gadis itu membawa sekarung tomat di pinggir jalan raya, saat pertandingan sepak rago, saat beberapa pria mengejarnya di pasar atas, dan terakhir saat ia berolah raga di sekitar hutan rumahnya. Syam mengakui pertemuan yang terakhir bukan pertemuan yang kebetulan, tapi Syam yang memang ingin melihatnya.
Setiap kali bertemu, aroma tubuh dan darah gadis itu selalu menggodanya. Hal ini tak pernah ia rasakan sebelumnya.
Oleh sebab itu, ia tidak bisa berlama-lama berada di dekatnya. Ia harus menjaga jarak.
God! I think I'm attracted to her...
Syam terduduk lalu menutup mukanya dengan tangan.
Di saat pikirannya mulai tenang, Syam mulai memikirkan rencana.
Ia harus mencari pria itu.
Syam yakin Niko tahu lebih banyak informasi mengenai cindaku daripadanya, karena ia sudah lebih lama tinggal di kota ini untuk mengelola hotelnya.
Tomorrow I've got to meet him.

Esok harinya Syam menemui Niko di hotel berbintang lima miliknya  sekitar jam sembilan  pagi.
Diparkirnya motor balap BMW  di parkiran hotel yang didominasi oleh pohon ketapang kencana yang jangkung.

"Syam, it's so nice to see you again this morning! Do you want to invest your money here?"
Syam tersenyum kecil mendengar  ajakan temannya, "No, man, I just−"
"Why?" potong Niko dengan wajah kecewa, "My hotel is the finest hotel in this small town, modern but eco-friendly," lanjutnya bangga sambil merentangkan tangannya.
Tanpa basa-basi, Syam langsung berkata,  "I bumped into this  guy last night with a small tiger head tattoo in his wrist, perhaps you know..."
Niko  melihat keseriusan wajah Syam akhirnya berkata, "Ok no joking around, can you draw such tattoo?"
Syam menggambar tattoo itu di sebuah tissue.
Niko berpikir sesaat, "Mhh,  I think, I have seen this tattoo on someone before..."
"What's the meaning of it?"
"A symbol of  cindaku loyalty," balas Niko cepat. "They are sort of spy or secret agent." 
"Obviously," komen Syam, "someone gives them order?"
Niko mengangguk, "Definitely."
"The cindaku council?"

"It could be, or their direct chief or General. I don't know exactly how they call them."

Sambil menjentikkan jari tangannya, Niko berkata, "Oh! now I remember, one of my chefts who works here has the same tattoo."

Mata Syam membesar, "You know  his name? Is he around now?"

Niko mengangkat bahunya, "How could I  remember all my staffs' name. But he should be here. Come follow me," jawab Niko sambil berjalan menuju dapur hotelnya.

"By the way, why is this important to you?"

Karena menyangkut Aika, Syam hanya menjawab, "I am just curious."

Niko menyunggingkan senyum di bibirnya mengetahui Syam tidak mengatakan yang sebenarnya.

Sesampai di dapur yang luas, para koki terlihat sibuk bekerja diiringi bunyi dentingan wajan. Staf hotel  lainnya juga terlihat mondar mandir  menyiapkan sesuatu.

"There will be a wedding party today, it's busier than usual," ucap Niko dengan bangga.

"Where is he?" tanya Syam memandang sekeliling.

Niko melewati para karyawannya sambil celangak celinguk ke kanan dan ke kiri.

"That's him," kata Niko agak ragu menunjuk seorang pria yang sedang membuat adonan pancake, "I guess..."

Syam mendekati pria itu sambil memperhatikannya lekat-lekat, tingginya hampir sama persis tapi wajahnya...Syam tidak ingat persis wajahnya.

Pria itu menggulung lengan bajunya, lalu terlihat tattoo di pergelangan tangan kanannya, probably it's  him, tanyanya dalam hati. To make sure, I must call him, let's see his reaction.

"Hey you!!" seru Syam.

Melihat Syam, pria itu terkejut dan langsung berlari melewati sela-sela dapur yang sempit. 

Yes! That's him!

Syam langsung melesat mengejarnya. Akibatnya, tabrakan dengan orang maupun peralatan dapur tak terhindari. Bunyi peralatan masak yang jatuh dan dentingan piring yang pecah menambah riuh suasana ditambah Niko yang  ikut  panik menyaksikan kedua orang itu membuat gaduh di dapurnya.

"HEY BOTH OF YOU STOP! !!!OR I'LL FIRE YOU!!!"

"YOU CANNOT FIRE ME!" balas Syam sambil terus mengejar pria bertattoo.

"NOT YOU SYAM, BUT YOUR GOING TO PAY FOR THIS MESS!"

Pria itu berhasil melarikan diri lewat pintu belakang lalu kabur naik sepeda motor.

"Shit!" seru Syam.

Syam harus berputar arah untuk mengambil sepeda motornya yang diparkir di halaman depan. Ia cepat-cepat mengenakan helm lalu menyalakan motornya dan langsung memacu dengan kecepatan tinggi.

Syam   melewati jalanan pagi yang mulai sibuk.  Motor BMW miliknya meliuk-liuk mendahului berbagai kendaraan termasuk bendi-bendi berkuda yang lalu lalang di tengah kota.  Bunyi suara motor balap bertenaga besar tentu saja membuat gaduh kota kecil yang biasa tenang dan tentram. Tapi saat ini Syam tak perduli, tujuannya hanya satu: menangkap pria itu.

Syam berhasil memperkecil jarak dari pria itu dan membuntutinya hingga ke luar kota melintasi  jalan perbukitan yang melingkar-lingkar seperti ular. Motor Yamaha yang dikendarai pria itu masih kalah tangguh dengan motor BMWnya. Tetapi jalan itu tidak terlalu lebar, truk dan bus antar kota sesekali melintasi jalan itu juga.  Dengan kecepatan tinggi Syam harus pandai-pandai menghindari mereka, jika tidak cermat jurang yang dalam akan menyambutnya.

Syam memotong pria itu hingga ia harus rem mendadak dengan kuat yang menimbulkan bunyi berdecit yang nyaring. Motornya langsung oleng dan tergelincir lalu terhempas menabrak pohon. Pria itu terjungkal lalu menggelinding jatuh di atas aspal. Dengan gesit Syam menghentikan motornya dan menangkap pria itu. Syam melepas helm pria itu dengan paksa hingga terlihat jelas rupa wajah pria itu. Terdapat bercak kecoklatan di pipi sebelah kanan dan hidungnya agak bengkok.  

"Apa maksudmu memberi foto ini padaku?" tanya Syam sambil mencengkram leher pria itu.

Dengan ekspresi kesakitan pria itu berkata, "To warn you, don't be gentle with our enemy!"

Syam terpana sesaat  mendengar ancaman itu, karena ia tidak akan tunduk pada ancaman apapun.

"The girl in the photo is not my enemy!!" balas Syam dengan mata kuning berkilatan, "And if you ever hurt her, I will kill you slowly and cruelly –"

Pria itu menggeleng ketakutan, wajahnya berubah pucat. cengkraman tangan Syam begitu kuat hingga terasa meremukkan tulangnya. Ia menyadari berhadapan dengan cindaku yang lebih kuat dan berkuasa darinya.

"Who told you to do this??"
Pria itu bungkam.

Syam memukul pria itu berkali-kali hingga mukanya babak belur .

"Dewan cindaku?!!"

Pria itu menggeleng, "Geisar!" jawabnya sambil meringis kesakitan.

"The bald man?"

Pria itu mengangguk.

Klik bunyi pelatuk senapan terdengar dari kejauhan, secara refleks  dan insting Syam mengelak cepat, namun leher kirinya terserempet peluru. 

Pria itu mengambil kesempatan saat terlepas dari cengkraman Syam, lalu cepat-cepat melarikan diri masuk ke hutan dan menghilang di balik pepohonan.

Courage and HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang