Bab 8 Syam's hunting ground

107 9 0
                                    

 Aika masih bersusah payah mempelajari dan menghafal rumus pelajaran Fisika di ruang utama rumahnya. Malam itu sangat dingin. Seandainya esok tidak ada ujian, ia pasti langsung melompat ke tempat tidur dan membungkus dirinya dengan selimut tebal. Aika lantas menyalakan dua batang kayu gelondongan di perapian untuk membantunya terjaga.

Bu Husnar pernah melarangnya menyalakan perapian di malam hari tanpa menjelaskan alasannya.

Tapi malam ini dingin sekali, aku akan menyalakan sebentar saja.

Dalam hati ia, bersyukur hari-hari ujian berlalu dengan cepat dan besok adalah hari terakhir ujian.

Malam semakin larut. Selama tiga jam Aika bertahan untuk belajar dan menahan rasa kantuk. Dengan posisi selonjoran di sofa, perlahan tapi pasti, rasa kantuk mulai merayapi kepalanya.

Di saat yang sama, Syam sedang berburu di wilayah buruannya. Walau keadaan gelap dan dingin, kegiatan ini bagai jalan-jalan sore baginya. Ia menikmati setiap detik keberadaannya di hutan yang sepi, menyeberangi sungai deras, melewati hutan lumut yang licin, dan menerjang semak belukar yang rapat dan akar-akar sulur pohon yang merintangi jalan. Kemudian ia memanjat pohon yang tinggi, dari satu pohon ke pohon lainnya dengan gesit sampai di sebuah pohon yang sangat tinggi yang membuatnya penasaran sehingga ia memanjatnya sampai tiba puncak pohon. Selagi memandang jauh matanya menangkap kepulan asap putih dari kejauhan yang membuatnya penasaran.

Asap dari mana itu? Apakah datang dari rumah penduduk?

Biasanya tidak pernah terlihat asap sedikit pun di daerah ini. Semestinya wilayah perburuan ini tidak dihuni oleh penduduk, pikir Syam.

Whoever they are, they are in trouble.

Ia pun penasaran lalu pergi mencari asal asap itu. Dengan kemampuan yang dimiliki, jalur yang mendaki, terjal, atau menurun curam, dilaluinya dengan mudah dan cepat.

Jika orang normal pasti tidak bisa melalui jalur berbahaya itu, karena membutuhkan peralatan yang memadai dan nyali yang besar, bahkan kenekatan luar biasa.

Sampailah Syam di sebuah rumah kecil yang didominasi batu-batu alam dan kayu. Cahaya lampu mengelilingi rumah itu.

Seseorang tinggal di sana.

Dilihatnya seorang gadis sedang duduk selonjoron di atas sebuah sofa dikelilingi oleh buku-buku.

Betapa kagetnya Syam, saat mengetahui siapa dia.

Her house  is in the border of my hunting ground...

That girl is really in danger...

Di dalam rumah, nyala api serta retihan kayu bakar sudah terlihat kabur dalam pandangan Aika. Untuk mengusir rasa kantuk, ia beranjak dengan malas menuju kamar mandi, lalu membasuh wajahnya dengan air dingin dan menggosok gigi. Di depan kaca, dilihatnya peluit yang bergoyang-goyang di lehernya. Aika melepaskan kalungnya dan memperhatikan peluit itu. Tiba-tiba ia teringat sesuatu, ibunya memakai peluit ini saat berfoto bersamanya. Aika segera naik ke atas menuju kamarnya. Ia melangkah menuju rak lemari buku. Di raihnya foto itu yang terletak di rak paling atas.

Yah, memang benar ia memakai peluit yang sama.

Hal ini membuatnya bertanya-tanya apakah ibunya juga dapat berkomunikasi dengan harimau. Dikumpulkan kenangan samar yang menautkan ibunya dengan harimau atau peluit. Tapi tak secuil pun yang membekas.

Aika melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Ia harus segera tidur, walaupun masih ada beberapa halaman lagi belum dibaca. Tapi karena, besok adalah hari terakhir ujian, ia tidak mau terlambat datang.

Aika kembali ke lantai bawah untuk mematikan perapian, lalu menuju kamarnya dan langsung merebahkan diri di kasur, beruntung pelajaran yang dihafal telah membuat kepalanya berat. Aika terlelap dengan cepat.

Di luar, Syam dapat menyaksikan pergerakan Aika di rumahnya, karena rumahnya didominasi oleh kaca.

What time is it?

Is it bed time already?

Syam melihat jam tangannya sekilas yang sudah menunjukkan pukul setengah dua belas

Uurgghh!

Syam menggeleng-gelengkan kepalanya.

I 've been peeking to a girl!

Something wrong with me!

Syam memejamkan matanya. Ia tak percaya dengan apa yang telah dilakukan. Rahangnya mengeras.

That girl!

I should stay away!

Syam membuka matanya kembali. Kali ini mata itu bersinar terang bagai mata harimau, lalu ia berbalik pergi dengan sekali lompatan.

Courage and HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang