Bab 27 The Swimming Tigers and The Kiss

120 8 0
                                    

Syam berdiri waspada, mengamati dengan cermat sekelilingnya sambil menajamkan pendengarannya. Sejauh mata memandang hanya terlihat pepohonan serta semak-semak tinggi, Perfect hiding ground! ucapnya dalam hati.

Syam meraba leher sebelah kiri di bawah kupingnya merasakan goresan luka sepanjang 5cm. Peluru tadi hanya meleset satu inci darinya. Ia memperkirakan sumber arah peluru datang yang ditembakkan dari jarak cukup jauh.

Siapapun pelakunya tidak hanya membantu pria itu melarikan diri tetapi juga seriously want to threat me, is it Geisar or dewan cindaku? Does my uncle know about this?

Di saat yang sama, seseorang sedang bersembunyi di balik pepohonan besar. Ia mencoba beringsut-ingsut meninggalkan tempat persembunyiannya tanpa menimbulkan suara. Saat hendak menyambar senapan laras panjangnya tiba-tiba ia terpental.

Ouurgh!!!

Syam melintir tangannya tapi ia tidak melihat tattoo dengan symbol yang sama.

Dia manusia biasa, sergah Syam dalam hati.

"Geisar yang menyuruhmu?"

Pria itu mengangguk ketakutan.

"Kamu hanya manusia biasa tapi tunduk pada cindaku?" geram Syam dengan mata kuning berkilauan.

Pria itu sedikit beranjak dengan muka semangat ia berteriak, "CINDAKU AKAN BERKUASA!" serunya, "AKU AKAN −".

BUUK!

Syam memukul pria itu dengan sekali pukulan hingga ia pingsan.

He thinks the shout will impress me!

Syam tak mau menghabiskan waktu menghadapi jenis manusia seperti ini. Ia langsung mencari pria bertatto itu kembali. Pria itu adalah cindaku. Luka lebam yang ia berikan akan segera pulih.

Is this going to Aika house? pikirnya sambil menuruni lereng bukit. Kekhawatirannya bertambah bersamaan dengan langkahnya menuju rumah Aika.

Her house is so isolated. Her neighbor is only her old aunty, no body else, ucap Syam dalam hati.

Di saat yang sama Aika sedang berjalan-jalan di hutan yang lembab di sekitar rumahnya.

Kicauan burung terdengar dimana-mana. Tapi ada satu kicauan yang paling nyaring dan lucu terdengar, membuat Aika penasaran dan ingin mencarinya. Pada awalnya ia masih bisa melewati jalanan setapak, tapi tanpa dirasa jalanan setapak menghilang diganti dengan semak yang rapat.Aika sudah melenceng dari lintasan yang biasa dilalui. Suara burung yang lucu sudah tidak terdengar lagi, tapi tak lama kemudian terdengar sayup-sayup gemuruh suara air dari kejauhan.

Dicarinya sumber suara itu dengan cara melewati pepohonan dan menerobos semak-semak. Semakin lama suara gemeruh air semakin terdengar jelas.

Aika tiba di suatu telaga yang airnya begitu jernih dan dikelilingi bebatuan di sana-sini. Ia membasuh muka untuk menyegarkan wajahnya dengan air pegunungan yang dingin, lalu membuka sepatu dan menggulung celana trainingnya hingga lutut. Lantas dicelupkan kakinya ke dalam air sambil memijat kakinya pelan-pelan di tengah-tengah suasana sangat asri dan alami seraya sesekali memandang telaga yang airnya kehijauan.

Sedalam apa telaga ini? tanyanya dalam hati.

Aika berdiri dan membenamkan kakinya di tempat yang dalam hingga air membasahi lututnya.

Tanpa ia ketahui, sekelompok harimau datang mendatangi telaga untuk minum. Salah satu harimau itu mengaum, hingga Aika terlonjak kaget. Ia terpaksa membenamkan tubuhnya ke dalam air dan berlindung di balik bebatuan besar. Tubuhnya gemetaran menahan dinginnya air. Giginya pun bergemelutuk tak tertahankan hingga ia harus menutup mulutnya dengan tangan rapat-rapat.

Courage and HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang