Bab 21 Rahasia Peluit

96 7 0
                                    

Sesampai di rumah, Aika sempatkan mampir ke rumah Husnar untuk menanyakan keistimewaan peluit. Tapi sebelum masuk ke rumahnya, Aika telah melihat Husnar tengah menyirami tanaman-tanamannya sambil bersenandung.

"Bu Husnar, " sapa Aika.

Husnar agak terkejut, "Sejak kapan kamu ada disini?"

"Sejak tadi," balas Aika sambil nyengir.

Kemudian Aika membantu tantenya di taman dengan memungut daun-daun kering yang bertebaran di halaman. Sambil melakukannya, Aika melontarkan pertanyaan mengenai peluit.

Husnar menghela napasnya mendengar pertanyaan itu.

"Aku tahu, cepat atau lambat kamu pasti akan menanyakannya," jawab Husnar sambil tersenyum. Wajah kerisauan di wajah wanita itu sudah tak kentara lagi. Kemudian ia kembali berkata, "Yah, mungkin memang sudah saatnya kamu mengetahuinya."

Husnar lantas menyudahi kegiatannya menyiram tanaman. Wanita itu memang tampak lebih siap menerima pertanyaan Aika, dibandingkan sebelumnya.

Dengan isyarat tangan Husnar mengajak Aika masuk ke dalam rumahnya. Sepertinya peluit ini memang menyimpan keistimewaan, kalau tidak mengapa harus masuk rumah segala, pikir Aika.

Setiba di tengah rumah, Husnar langsung memberitahukannya, "Aika, peluit itu adalah peluit yang sangat istimewa. Peluit ini digunakan untuk memanggil... harimau."

Sudah ku kira, singgung Aika dalam hati "Apakah setiap harimau di dunia bisa dipanggil dengan peluit ini?"

"Aku tidak tahu pasti. Mungkin kamu bisa mencobanya dengan harimau yang dulu pernah menyerang Kirai..." lanjut Husnar.

"Tapi peluit ini tidak pernah berbunyi jika aku meniupnya..."

"Mungkin perlu waktu yang tepat untuk melakukannya."

"Jadi kapan waktu yang tepat itu?"

"Hanya kamu yang tahu" jawab Bu Husnar.

Perasaan semangat menyongsong Aika. Peluit ini akan kucoba lagi saat bertemu Syawal nanti.

"Oh ya, darimana Bu Husnar mendapatkannya?"

"Tentu saja dari nenekmu. Peluit itu adalah peluit yang di dapat turun temurun, mungkin awalnya dimiliki oleh Asiah Jawaher."

"Apakah Asiah Jawaher sendiri yang membuatnya?"

"Aku tidak tahu. Aku rasa pembuatnya selain memiliki keahlian dalam mengukir kayu, pasti mengagumi harimau."

Aika memperhatikan ukiran harimau pada permukaan peluit yang memang dibuat dengan sangat indah dan rapi. Tiba-tiba ia teringat bahwa Asiah Jawaher yang pernah lumpuh. Timbul pertanyaan dibenaknya, apakah peluit ini dibuat untuk membantunya memanggil Mehran. Aika kembali memperhatikan dengan antusias peluit di tangannya, jika memang peluit ini dimiliki oleh Asiah, berarti usianya sudah ratusan tahun.

Courage and HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang