Bab 24 Persiapan Melepas Syawal

89 6 0
                                    


Tiga hari kemudian, Kirai menghubungi Aika di rumahnya.

"Di mana kebun binatang akan melepaskannya?" tanya Aika sambil menghantarkan secangkir teh hangat.

"Di Gunung Tandikat. Gunung itu masih jarang didaki orang. Semestinya hewan-hewan buruan harimau masih banyak disana."

Sambil sesekali menyesap teh hangat yang wangi, Kirai melanjutkan penjelasannya, "Pihak kebun binatang akan membantu meminjamkan kandang besi dan kendaraan untuk membawanya. Tapi mereka tidak dapat membantu proses pelepasan, apalagi dengan peristiwa kematian harimau. Mereka kini sedang sibuk mengevaluasi keamanan kebun binatang."

"Jadi siapa yang akan pergi?"

"Sebelum kemari, aku telah mengabari hal ini kepada Kalif. Ia akan menghubungi teman-temannya di pesantren bukik," tambah Kirai.

"Apakah aku boleh ikut?"

Kirai memberikan tatapan takjub.

"Ada apa?" tanya Aika.

"Apa yang diperkirakan Kalif memang benar. Kamu pasti mau ikut"

"Lalu si Kalif bilang apa lagi?"

"Kalif tadi mengatakan padaku, kamu tidak perlu ikut."

"Mengapa ia melarangku?" keluh Aika.

Kirai tersenyum simpul.

"Lebih baik kamu tanya sendiri kepadanya," jawab Kirai sambil nyengir.

Aika mengerutkan keningnya, ekspresi Kirai tersebut sebenarnya membuatnya curiga. Tapi ia enggan mempertanyakan lebih lanjut.

"Kapan Syawal akan dilepas?"

"Syawal akan dibebaskan segera setelah ia dinyatakan sehat. Sekarang ia sedang dicek kesehatannya. Jika dinyatakan sehat sore ini, besok persiapan pengangkutan akan segera dimulai. Tapi persiapan akan memakan waktu setidaknya tiga hari. ."

"Jadi kapan perjalanan dimulai? " tanya Aika antusias.

" Siang hari, pada saat ia tidak terlalu aktif."

"Maksudmu, harus disesuaikan dengan waktu istirahat alamiahnya?"

"ya, tepat sekali."

"oh ya, apakah kamu mau melihat kandang besi yang akan digunakan untuk memindahkannya?" ajak Kirai.

Aika mengangguk. Sebelum mereka pergi, Aika mengembalikan buku mengenai harimau yang pinjam.

"Aku yakin buku ini yang telah memberimu inspirasi untuk membebaskan syawal"

"yah, ada kontribusinya sedikit," jawab Aika terus terang.

"Selebihnya?"

"selebihnya karena Syawal itu sendiri."

Kirai tersenyum sambil mengangguk-anggukan kepalanya.

Tak lama kemudian mereka tiba di Kebun Binatang. Lalu Kirai mengajaknya ke bagian penyimpanan perlengkapan. Di suatu pojokan berdirilah sebuah kotak besar yang terbuat dari metal. Aika lalu mengelilingi sisi-sisinya yang kokoh. Kemudian Kirai menarik sisi pintu, sehingga Aika dapat melihat bagian dalamnya, "Ukurannya cukup lapang," komennya.

"Ya, Syawal dapat rebahan dengan nyaman dan jika menegakkan tubuhnya, kepalanya tidak akan membentur atap dan ia masih bisa memutar-mutar badannya."

seluruh sisi kerangkeng itu terdapat lubang-lubang udara sebagai ventilasi, untuk mencegah hewan di dalamnya kepanasan. Selain itu, juga dilengkapi dengan kontainer untuk memberi air minum dan makan disalah satu sisinya yang dirancang sedemikian rupa sehingga tidak akan membahayakan orang yang akan memberi makan.

******

Setelah dari kebun binatang Aika langsung melesat ke tempat kerja Kalif.

"Kalif....Kalif di mana kamu?"

Pemuda itu muncul dengan serbuk kayu terlihat menempel di pakaian kerjanya.Ia memakai celana jeans yang sudah sangat memudar warnanya.

"Hei, ada apa? Mau membantuku kerja?" tanyanya dengan jenaka.

Melihat wajahnya ramah dan polos, membuat Aika lupa akan kekesalannya

"Kenapa kamu melarangku pergi ke Gunung Tandikat untuk melepas Syawal," protes Aika langsung tanpa berbasa- basi.

Kalif nyengir, melihat gaya Aika yang bertolak pinggang di hadapannya.

"Pasti kamu sudah dapat berita dari Kirai...." tanggap Kalif sambil memasukkan kedua tangannya ke kantong celana, "Aku tidak melarangmu, hanya menyarankan sebaiknya kamu tidak perlu ikut."

"keduanya beda tipis, intinya kamu melarangku"

Kalif sedikit tertawa melihat emosi Aika yang tidak pernah ia sembunyikan dihadapannya.

Aika memasang muka serius.

"Ayo kita berbicara di dalam saja."

Aika mengikuti Kalif yang kembali menuju tempat kerjanya yang cukup luas. Berbagai perkakas kayu seperti gergaji, meteran, bor, palu, pahatterlihat berserakan di mana-mana. Ada pula perabotan pesanan orang,yang sudah jadi maupun yang masih setengah jadi.

Pemuda ini sepertinya bisa melakukan apa saja, kesan Aika.

"Perjalanan pulang pergi akan memakan waktu satu hari. Kendaraan pun hanya dapat menampung empat orang. Sudah tidak tempat untuk mu. Maaf." Ucapnya dengan nada simpatik.

"Aku yakin bisa muat satu orang lagi, " ucapnya.

"Mereka pria semua. Kamu tentu tidak mau berdesakan dengan para pria. Lagipula selama perjalanan akan sulit bagimu untuk melakukan hal-hal ..."

"Hal-hal apa?"

"seperti buang air kecil dan sebagainya..." jawab Kalif dengan pelan.

Aika menarik nafas panjang, sambil mengingatkan dirinya untuk tidak terlalu ngotot. Malahan ia seharusnya berterimakasih kepada Kalif karena sudah bersusah payah mengatur pelepasan Syawal untuknya.

"Baiklah" ucapnya merendah.

Kalif tersenyum melihat Aika yang bersedia mengalah.

Courage and HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang