Chapter 3

11 1 0
                                    

"Dulu pernah cinta sama seseorang tapi enggak pernah ketemu. Ketika putus pun gue belum pernah ketemu dia di real life. Seketika gue mikir, "kenapa gue sebodoh ini, ya?"
-Umi Atmawati

~~~~

Acara pengumuman di lapangan masih terus berlanjut. Suara nama-nama orang yang mendapatkan peringkat tidak asing di telingaku. Beberapa nama itu aku mengenalinya sekilas sisanya aku tau namanya tapi enggak tau mukanya kek apa. Peduli amat mending baca buku aja.

Aku dengar disana sedang mengumumkan peringkat untuk 12 Ips 4. Aku tau itu tapi aku tidak peduli karena aku yakin tidak bisa masuk 3 besar seperti pas semester 1 dulu. Lagian juga kesuksesan seseorang tidak dilihat dari peringkat atau nilai berapa saat di sekolah kan. Jadi apa yang sebenarnya aku khawatirkan?

Suara sorak serta tepuk tangan yang meriah diluar sana membuatku sedikit risih tapi aku bersikap pura-pura tidak dengar. Tapi anehnya kok aku tidak mendengar nama temanku disebut, ya. Oh ya dia itu cowok temen sekelas yang selalu mendapatkan peringkat 1 di kelas sekaligus juara umum 1 sejurusan IPS selama 2 tahun berturut-turut. Ini kupingku yang salah dengar atau memang dia turun peringkat lalu digantikan oleh orang lain. Aku menutup buku menuju jendela melihat keadaan disana.

Aku terkejut melihat 2 orang dari kelasku maju ke depan. Berarti pendengaranku tidak salah kalo teman cowokku tidak disebut namanya.

Aku lihat ada Herli dan Panjul disana. Aku tidak terlalu terkejut melihat mereka disana. Ya mereka memang pintar wajar kalo mereka ada posisi peringkat 3 besar tidak sepertiku. Aku benar-benar payah.


"Umi kamu dipanggil oge kesana dapet peringkat 3." Kata Desi sambil baca membaca novel Genre islami.

Hah? Aku dapet peringkat 3? Ga salah denger? Ini cuma mimpi kan? Ahh tidak mungkin masa aku dapet sih. Aku masih terdiam tidak dengar apa yang dikatakan olehnya.

"Lo ngapain masih disini. Dibilang nama lo dipanggil cepet kesana." Kata Jaem sambil mendorongku untuk segera keluar ke lapangan.

Aku berjalan menuju lapangan. Apa benar namaku dipanggil ke depan? Hah aku pasti salah dengar tapi kenapa. Aku lihat teman-temanku yang lain bertepuk tangan menyuruhku untuk cepat ke depan. Aku terus ke jalan ke depan menyusul Herli dan Panjul yang sedari tadi sudah disana. Aku ga percaya aku bisa meraih peringkat 3. Padahal perkiraanku aku bakal peringkat 4 sama seperti sebelumnya tapi takdir berkata lain. Aku segera berdiri disamping Panjul.

"Umi dari mana aja? Nama Umi tadi disebut terus tau." Kata Herli. Dia berhasil jadi peringkat pertama di kelas.

"Hehe gue tadi kelas. Panas banget soalnya di lapangan." Kataku.

Ya. Aku senang bisa mendapatkan peringkat 3 tapi tidak sepenuhnya senang sih. Aku juga tak tau mengapa setengah diriku tidak senang. Yaa jangan dikhawatirkan nanti akan baik-baik aja kok hehe.

Aku, Herli dan Panjul foto bersama wali kelas sebagai dokumentasi. Aku tersenyum dengan terpaksa di depan kamera. Senyum yang bagi sebagian orang terlihat aneh dan meanggap aku orangnya jutek. Ya aku tidak peduli dengan tanggapan orang mengenai bagaimana aku yang penting aku menjalani hidup ini hanya untukku bukan orang lain.

Jam 10 pagi acara pembagian raport telah selesai. Pembagian raport semester ini menurutku lebih cepat dibandingkan semester lain. Tidak ada pidato panjang lebar dari wali kelas dan tidak ada pengumuman peringkat 10 besar. Yang diumumkan hanya peringkat 1 sampe 3 aja yang tadi di lapangan sisanya wali kelae akan mengirimkan file peringkat 10 kelas di grup whatsapp.

Aku Mencintaimu Sejauh 84, 1 KM (Cikampek - Jakarta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang