Chapter 15

7 0 0
                                    

"Manusia hanya bisa merencanakan, sisanya Tuhan yang menentukan."
-Umi Atmawati

~~~~

Ujian praktek yang dilaksanakan selama satu minggu selesai di pertengahan maret. Aku bersyukur pada Tuhan dari awal praktek sampai hari terakhir berjalan dengan lancar. Beban satu udah lepas dari pundakku. Aku harus kembali fokus mempersiapkan diri untuk ujian selanjutnya yakni USBN. USBN dilaksanakan sekitar tanggal 16 Maret. Aku memanfaatkan waktu yang singkat ini untuk mempelajari kembali materi-materi yang akan muncul di USBN.

Untuk masalah persiapan meet up, aku udah mempersiapkan dengan sempurna. Hadiah, ongkos, serta informasi rute transportasi ke tempat itu semuanya udah beres. Hanya tinggal menunggu tanggal 4 April.

Rasanya aku ingin bulan maret segera berakhir. Aku berdoa pada Allah agar waktu berjalan cepat. Andai aja aku bisa tidur selama kurang lebih 3 minggu abis itu bangun-bangun udah tanggal 4 April. Pengumuman SNMPTN sekaligus meet up dengannya. Dua hal yang sangat membuat aku merasakan deg-degan. Apa dua hal itu bisa terjadi dalam satu waktu? Apa yang terjadi jika aku berhasil lolos SNMPTN di hari itu? Apa aku akan memeluknya? Ahhh jangan berhalusinasi nanti bisa frustasi jika tak sesuai ekspetasi.

Hari libur aku pakai untuk belajar materi USBN. Aku keluar kamar ingin mengambil air dingin di kulkas. Di dalam kulkas tidak ada air dingin maka aku mau nonton tv aja. Kepalaku sedikit pusing abis belajar tiada henti dari pagi sampai sore. Aku duduk di lantai sementara orangtuaku duduk di shofa. Tidak ada pembicaraan diantara aku dan orangtua. Masing-masing menyimak acara berita di televisi.

"Saudara.Virus covid-19 telah masuk ke indonesia. Sudah ada sekitar 1000 orang di Jakarta positif virus corona selama 3 hari. Pemprov DKI Jakarta mengambil tindakan tegas dengan memberlakukan lockdown di beberapa daerah Jakarta guna memutus mata rantai penyebaran covid-19." Suara presenter berita televisi yang tengah membacakan berita terhangat hari ini.

"Waaah bahaya ni kalo begini terus " Kata Ayah.

"Itu di lockdown di apain, pak?" Tanyaku pada Ayah yang fokus menonton berita.

"Semacam karantina. Semua warga di daerah itu disuruh dirumah aja gaboleh keluar rumah." Kata Ayahku.

"Emang sebahaya apasih corona sampe satu daerah kudu lockdown?" Tanya Ibu.

"Bahaya tau,bu. Itu penyakit ga keliatan tapi mematikan. Gejalanya sih mirip seperti flu tapi kalo ga ditangani dengan cepat bisa aja itu corona." Ucap Ayahku sambil minum air hangat di gelas.

Aku masuk kamar lalu tiduran di kasur. Aku mulai merasa cemas dengan virus covid-19 yang tiba-tiba masuk ke wilayah Indonesia. Aku merasa khawatir pada Riski yang sedang bekerja disana. Apa dia disana baik-baik aja? Apa di daerahnya kena lockdown? Sebenarnya aku pengen ngechat dia tanya bagaimana keadaannya tapi aku urungkan niat. Aku takut dikira mengganggu kehidupannya.

Aku main hape buka grup whatsapp rame dengan banyaknya pesan yang belum kubaca. Saat aku buka grup tersebut ada informasi surat edaran dari pemkab Karawang menghimbau agar kegiatan belajar mengajar dilakukan secara daring atau online dan tidak ada aktivitas apapun di sekolah sama dua pekan. Otomatis USBN sekolah yang seharusnya dilaksanakan tanggal 16 Maret ditunda.

Jujur aja aku bingung dengan keadaan ini. Udah corona masuk ke Indonesia. Wilayah Jakarta mulai menerapkan lockdown. Apa dengan kondisi yang semrawut seperti ini, aku akan tetap ingin pergi ke Jakarta bulan depan? Yaa aku lihat dulu beberapa hari atau minggu kedepan. Kalo penyebaran covid 19 tidak terlalu meningkat kemungkinan aku masih ada harapan tapi jika sebaliknya banyak korban berjatuhan gara-gara corona dengan terpaksa mungkin aku membatalkan semua rencana yang sudah lama ku persiapkan dan memikirkan rencana lain.

Aku Mencintaimu Sejauh 84, 1 KM (Cikampek - Jakarta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang