Chapter 4

8 1 0
                                    

"Aku pernah hidup dengan orang yang aku cintai walau dia tidak mencintaiku. Setelah itu, dia meninggalkan aku tanpa kejelasan lalu pergi bersama gandengan baru."
-Umi Atmawati

~~~~

Aku menangis setelah mengatakan apa yang ku pendam selama ini. Dia hanya diam mendengar tangisku lewat telepon. Dia juga mungkin gatau harus berbuat apa setelah tau semua ini.

"Dasar Riski bodoh. Kenapa dia cuma diem aja? Emang gaada niatan buat minta maaf gitu? Apa dia ga sadar penyebab semua ini adalah kesalahannya?" Kataku dalam hati.

Aku duduk bersandar di tembok pojokan kamar sambil memeluk diri sendiri. Aku benci saat aku selalu memikirkannya tapi dia tidak pernah memikirkanku. Aku menampar diriku sendiri agar aku tidak lagi terus ngehalu yang berakhir pilu. Sakit. Iyaa memang tapi ini ga sebanding dengan sakitnya mencintai orang yang orangnya sendiri tidak pernah mencintaiku. Jangankan mencintai, menanggap kehadiranku aja mungkin tidak. Aku tak mampu berkata apapun lagi. Semua ini membuatku pusing kepala.

"Umi. Aku minta maaf." Akhirnya ia angkat bicara. Sebuah permintaan maaf yang terdengar biasa.

"Ngapain kamu minta maaf?" Kataku sambil menangis memegangi kepala menahan rasa pusing.

"Aku minta maaf udah ninggalin kamu sendirian. Setelah aku putusin kamu ternyata kamu banyak mengalami hal buruk. Makanya aku benar-benar minta maaf. Aku tau aku yang salah."

Ini pertama kalinya Riski meminta maaf. Namun aku tidak merasakan ketulusan dari kata maafnya. Aku berusaha menenangkan diri tarik nafas sambil ngusap dada. Mencoba mengatur mood yang sebenarnya sedang hancur agar bersikap baik-baik saja.

Aku cukup senang dia akhirnya berani minta maaf walau hanya via telepon. Sebelum ia meminta maaf, aku sudah memaafkan kesalahannya tapi aku tidak bisa melupakan kejadian itu. Kejadian yang membuat aku trauma dan terkadang memandang Riski sebagai cowok yang sering nyakitin hati atau jaman sekarang yang lagi ngetren cowok seperti itu disebut fakboi.

"Udahlah semua udah terjadi. Kamu pergi ninggalin aku trus kamu sekarang sama dia. Kamu bahagia kan sama dia? Aku yakin kamu pasti bahagia sama dia. Aku juga minta maaf baru ngasih tau kamu sekarang. Seharusnya aku enggak mengatakan hal ini." Aku gamau memperpanjang masalah yang berujung pada hubungan antara aku dan Riski makin buruk.

"Umi, sebentar lagi kamu ulang tahun ya?" Dia mengganti topik lain. Bisa dibilang dia sedang mengalihkan pembicaraan agar suasana tidak tegang.

"Hah? Iyaa sih bentar lagi aku ulang tahun. Emang kenapa?"

"Ohh gitu. Kamu mau apa?" Aku benar-benar kaget pas dia tanya begitu.

Dia akan memberikan kado ulang tahun untukku. Ya mungkin menurutku ini lebih tepatnya hadiah permintaan maaf dia yang udah nyakitin hati anak orang. Kalo bisa sih aku minta kita balikan tapi kayaknya gabisa deh. Bukan gabisa lagi sih tapi ga mungkin pake banget. Mau sampe upin ipin jadi anak sd atau komik one piece tamat sekalipun itu ga bakal terjadi.

"Hmm aku tu maunya banyak. Pengen sepatu baru, laptop baru, kacamata minus baru, buku bacaan baru. Hahahaha." Aku tertawa setelah menangis menutupi segala kesedihan.

"Yeehh yang serius dong. Kamu mau kado apa nanti aku beliin." Aku bingung mau minta apa ke dia. Aku memang mau barang-barang yang tadi aku sebutkan. Tapi kan kagak mungkin dia beliin itu semua buat aku.

Aku Mencintaimu Sejauh 84, 1 KM (Cikampek - Jakarta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang