Chapter 14

6 0 0
                                    

"Gapapa kamu foto bareng sama pacarmu, tapi nanti nikahnya bareng sama aku."
-Umi Atmawati

~~~

Bulan Maret 2020. Berbagai ujian menanti disana. Aku udah selesai mengerjakan fortofolio penugasan yang begitu melelahkan serta mendaftar SNMPTN. Aku berterimakasih pada Allah semua yang kujani selama sebulan berjalan dengan lancar mesti ada aja hal yang tidak sesuai dengan yang diharap namun semua itu sudah berlalu.

Ujian praktek dimulai awal bulan ini. Aku tidak tau pasti kapan tanggalnya tapi yang jelas 2 minggu mendatang akan diadakan USBN.

Kadang aku suka menjalankan puasa senin kamis. Aku sudah melakukannya sejak bulan januari lalu. Banyak teman kelasku yang puasa senin kamis di sekolah jadi aku puasa ada temennya. Sebagian teman perempuanku melakukan puasa senin kamis buat bayar qadha atau sekedar ingin ikut-ikutan puasa aja tanpa ada maksud apapun.

Aku melakukannya karena ingat wejangan Ibu, "Nak. Puasa senin kamis walau cuma sebulan berapa kali. Biar dimudahkan sama Allah." Aku cuma ingin menguji apa yang Ibu katakan itu benar. Makanya aku mau membuktikan sendiri. Jujur aja puasa senin kamis benar-benar uang jajanku utuh jadi bisa nabung buat ketemu sama dia hehe.

Selain mereka termasuk aku yang tiba-tiba pada rajin puasa senin kamis, kami juga mulai sholat berjamaah di masjid sekolah bersama kelas lain. Entah itu sholat dhuha, dzuhur maupun ashar. Gatau kenapa para siswa kelas 3 mau mendekati ujian tiba-tiba rajin ibadah, sholat ga bolong-bolong, berdoanya lama pokoknya mereka mendekatkan diri pada Allah. Misal apa yang mereka inginkan dikabulkan oleh-Nya, apa mereka akan terus mendekatkan diri pada Illahi atau malah menjauh dan lupa pada-Nya? Oke kita lanjutkan ceritanya.

Aku selalu berusaha sholat lima waktu tanpa bolong. Kadang menyempatkan waktu untuk sholat tahajjud ketika dini hari. Aku juga selalu berdoa sehabis sholat wajib, sholat dhuha dan sholat tahajjud. Pokoknya tiada hari tanpa berdoa meminta pada Allah agar aku bisa lolos SNMPN di Polimedia jurusan penerbitan atau penyiaran dan lolos SNMPTN di Unsika jurusan ilmu komunikasi. Selain minta agar lolos seleksi masuk politeknik dan universitas yang kuinginkan, aku juga diam-diam mendoakan Riski agar ia selalu dalam keadaan baik-baik aja disana serta berharap semoga Allah mengizinkan aku untuk bertemu dengannya.

Aku tidak tau aku harus meminta pada siapa selain sama Allah. Aku hanya bisa berharap permintaan dari hamba-Nya yang begitu egois ini dikabulkan oleh Allah. Aku ingat apa yang dikatakan Panjul waktu itu. "Iringin ikhtiar lo dengan berdoa sama Allah. Serahin semuanya ke Allah biar Dia yang nentuin. Doa adalah kekuatan terbesar yang kita punya. Makanya teruslah berdoa memohon ampun atau apapun itu niscaya Allah kabulkan."

***

Setelah pelajaran bahasa Inggris berakhir, aku berkumpul bersama dengan teman-temanku di belakang. Aku cuma mendengarkan apa yang sedang mereka bicara.

"Eh Adel, Panjul, Desi kemarin lo pada daftar SNMPTN dimana aja?" Tanya Neneng pada teman-temannya.

"Aku tadi mau di jawa ikut pakde. Terus kata ibu aku ga boleh jadi disuruh di Unsika aja prodi pendidikan bahasa indonesia." Jawab Adel dengan nada jawa yang medok. Dia sering dipanggil "Putri Solo" oleh anak kelas termasuk aku karena dia itu orangnya alon-alon, feminim, kadang ngomong pake bahasa jawa. Pokoknya kalo ketemu dia pasti kalian bakal mengerti kenapa Adel dipanggil "Putri Solo."

"Tadi aku mah pengen masuk poltekes tapi gabisa karena aku anak Ips. Tapi pas tau aku bisa ikut SNMPTN aku daftar aja ke UPI Purwakarta." Jawab Desi dengan logat sunda. Dia ini berasal dari Bandung makanya logat bahasa sundanya agak lebih halus dibanding logat bahasa sunda disini yang terkesan agak sedikit kasar.

Aku Mencintaimu Sejauh 84, 1 KM (Cikampek - Jakarta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang