Chapter 12

5 0 0
                                    

"Sejauh apapun jaraknya tidak berarti apa-apa jika aku sungguh ingin menemuimu."
-Umi Atmawati

~~~

Setelah beberapa minggu dilakukan analisis nilai raport buat pemeringkatan yang dilakukan oleh perwakilan tiap kelas,
Hari ini hasilnya keluar melalui link yang sudah dibagikan ke grup kelas masing-masing. Saat itu aku baru aja pulang sekolah. Aku buka grup whatsapp kelas yang berisi link untuk membuka pemeringkatan. Dalam hati aku berdoa semoga namaku ada di pemeringkatan SNMPTN. Yaa tanpa aku berdoa pun aku pasti akan masuk hehe karena banyak orang termasuk Bu Dina sendiri bilang aku pasti bisa masuk ke pemeringkatan SNMPTN (Astagfirullah aku pede atau sombong yaa)

Kemudian web itu terbuka berisi nama-nama orang yang masuk pemeringkatan SNMPTN. Aku kira 40 persen jurusan IPA dan IPS itu digabung jadi satu tapi ternyata di pisah. 40 persen terbaik jurusan Ipa dan 40 persen terbaik jurusan Ips. Aku scroll kebawah ga liat siapa saja dari jurusan IPA yang lolos pemeringkatan SNMPTN. Pas udah ada di jurusan IPS aku scroll nyari namaku. Tak lama benar namaku ada disana. Woo aku seneng aku bisa ikutan SNMPTN. Aku mengucapkan syukur pada Tuhan telah mengabulkan permintaanku ikut SNMPTN. Aku liat-liat lagi kelas aku paling banyak yang lolos pemeringkatan. Sekitar ada kurang lebih sepuluh orang di kelasku. Paling banyak dibanding kelas ips yang lain.

Sebenarnya dulu aku tidak terlalu ingin masuk perguruan tinggi seperti yang pernah aku ceritakan di chapter sebelumnya. Di kala seperti ini aku ingat saat aku masih dekat dengan Riski. Dia pernah bilang ketika pembagian raport.

"Pertahanin nilainya sama belajar yang rajin biar bisa ikut SNMPTN." Dia selalu bilang begitu tiap akhir semester.

Aku terkejut saat ia bilang begitu. Lalu aku bertanya.

"SNMPTN itu apa,ki?" Tanyaku polos dalam sambungan telepon.

"Kamu gatau itu apa?"

"Enggak." Sumpah waktu itu kira-kira aku masih kelas 10 benar-benar gatau apa itu SNMPTN.

Dia menghela nafas menjelaskan pelan-pelan ke aku yang benar-benar bodoh ini.

"Jadi SNMPTN itu jalur masuk kuliah negeri pake raport gitu. Kamu paham?"

"Ohh gituu."

Yaa itu tadi sekilas percakapanku dengan Riski beberapa tahun lalu hingga kini masih ingat di kepala.

Aku menepuk jidatku lalu berkata, "mengapa aku terus memikirkan tentangnya?" Segera aku hilangkan cerita-cerita lalu yang kini tidak berlaku. Gara-gara hal itu ditambah aku punya teman ambis masuk kuliah seperti Panjul aku jadi ada sedikit keinginan mau nyoba masuk kuliah negeri.

Mungkin berhasil masuk kuliah negeri adalah keinginan Ayah yang akan ku kabulkan. Tapi balik lagi jurusannya aku tidak mau keguruan. Aku tetap mau milih jurusan jurnalistik atau sastra jepang untuk daftar SNMPTN nanti.

Ketika aku sedang scroll storywhatsapp ada chat dari Mbak Yani. Oh yaa Mbak Yani ini kakakku yang sekarang sudah menikah dan tinggal bersama suami di Surabaya. Dia bekerja sebagai HRD di sebuah perusahaan manufaktur yang banyak orang asing terutama orang korea menduduki jabatan tinggi di perusahaan tersebut. Aku cepat-cepat buka chat darinya kalo enggak dia bisa marah-marah aku online whatsapp tapi pesannya ga dibalas.

MBAK YANI

Mi, mau masuk kuliah dimana?

Aku Mencintaimu Sejauh 84, 1 KM (Cikampek - Jakarta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang