Chapter 20

6 0 0
                                    

"Jika dia sudah pergi lalu apa yang aku harapkan lagi darimu? Berharap kau kembali? Hah! Sadarlah itu cuma mimpi yang takkan jadi kenyataan. "
-Umi Atmawati

~~~

Hujan juga turun deras di Cikampek. Aku sedang menonton televisi acara berita tentang covid-19 yang tiap hari selalu diberitakan di semua stasiun televisi. Ketika aku serius menonton tv sambil ngemil hape yang aku pegang di tangan kiri tiba-tiba nyala sendiri dan ada tanda notifikasi whatsapp di layar kunci.

"Dari Riski ya? Ntar dulu tunggu iklan baru gue buka pesannya." Aku membiarkan pesan darinya. Bolehkah aku melakukan hal yang sama yang mungkin dia pernah lakukan ketika ada pesan dariku muncul di notifikasi hapenya? Aku ingin sekali saja membuat ia menunggu walau aku tau dia tidak terlalu menunggu pesan dariku. Acara televisi sedang jeda iklan. Aku langsung membuka dari mantan pacar yang kucinta tapi dia enggak wkwk.

PURNOMO MARISKI

Udah aku baca semua suratnya. Jujur aku terharu banget bacanya :( tapi maaf aku tidak bisa kembali seperti dulu. Aku minta maaf kalo selama ini bikin kamu susah dan kayaknya suratnya ga akan aku bales soalnya aku tidak pandai merangkai kata-kata kayak kamu. Terimakasih atas doa-doanya semoga Allah mengabulkan dan orang yang ngedoain juga semoga di jaga sama Allah. Terimakasih umi atmawati anaknya pak ****** (Dia nulis nama ayah maka aku samarkan demi keamanan)

A

ku membaca balasan pesannya entah mengapa air mata menetes tiba-tiba. Aku langsung masuk kamar duduk di pojok dinding. Aku merasa air mata ini bukan air mata kesedihan yang sering aku teteskan tapi melainkan kebahagian karena tiga tahun memendam perasaan akhirnya tersampaikan.

Jawaban yang ia berikan menyadarkanku kalo dia takkan pernah kembali padaku. Aku tidak ada kesempatan tuk mendekatinya lagi. Kalaupun ada peluangnya cuma nol artinya itu takkan pernah terjadi. Aku sudah tau mengenai itu tapi aku berusaha menentangnya dengan berjuang sekali lagi dengan harap aku masih ada peluang memasuki hatinya.

Mau tidak mau suka tidak suka aku harus hargai meski hati sedikit belum bisa menerima dengan ikhlas. Tidak bisa bersama lagi adalah takdir terbaik dari Tuhan untuk aku dan dia. Aku membalas pesannya dengan air mata yang masih mengalir di wajah.

Iyaa ki sama-sama. Kamu tau perasaanku aja aku seneng kok. Gak apa-apa kamu gabisa bales suratnya aku ga maksa kok cuma yaa disimpen aja sebagai kenang-kenangan dari aku. Biarin aja semua pertanyaan yang ga kamu jawab jadi misteri yang hanya kamu dan Tuhan yang tau.

Kemudian kita saling bertukar stiker di whatsapp sayangnya bukan tukeran hati sih soalnya hatinya udah dimiliki oleh orang lain haha. Aku ingin waktu berhenti. Aku ingin terus seperti ini dengannya. Ya Allah apa Engkau mau mengabulkan permintaan agar aku jadi jodohnya? Aku rasa Allah tidak akan mengabulkan permintaan tidak masuk akal itu dari hamba-Nya yang egois.

Ki, makasih yaa kamu udah nyari kadonya. Maaf ga bisa ngasih yang lebih bagus. Aku harap kamu suka yaa.

Aku suka hadiahnya kok. Aku belum pernah dapet hadiah kek gini dari orang lain.

Ucapan senang yang dia utaran lewat pesan whatsapp sudah lebih dari cukup membuatku merasa bahagia dan haru. Rasa ini mengusir rasa kecewa yang tadi sempat hinggap di hati. Pokoknya hari ini aku dan dia sama-sama senang.

Pesan dariku belum dibaca dan dibalas olehnya. Aku pikir dia disana sedang melakukan sesuatu atau sedang membalas pesan orang lain. Dia tidak hanya berbalas pesan denganku saja kan? Di room chat-nya mungkin masih banyak chat orang lain yang belum ia baca dan dibalas salah satunya chat dari cewek itu.

Aku Mencintaimu Sejauh 84, 1 KM (Cikampek - Jakarta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang