16. Hujan

153 13 0
                                    

HOLLAA GUYSS IM BACK..
HAPPY INDEPENDENCE DAY!!!
Dirgahayu Indonesiaku, semangat 75!!
-


-
-
-

Aleya berjalan bersama Ara sambil saling menggenggam tangan menyusuri blok blok pemakaman. Sehabis menjemput Ara, dirinya langsung bergegas menuju makam Elina dan Bella. Aleya bergerak cepat terlebih saat cuaca semakin mendung ditambah lagi dirinya yang menjamput Ara menggunakan taksi online tidak mendukung untuk pulang larut.

Dari tempatnya berdiri Aleya menangkap sosok yang tak asing baginya sosok lelaki tersebut kini tengah duduk bersimpuh disamping makam Bella. Lelaki itu menggunakan kemeja hitam yang digulung sebatas lengan dan kacamata hitam yang bertengger pas dihidung mancungnya.

"Uncle Abe." Ucap Ara saat keduanya telah tiba dihadapan makam tersebut.

Aleya mengacuhkan lelaki tersebut. Ia memilih untuk menaburkan kelopak bunga yang telah ia siapkan untuk menghiasi kedua makam orang tersayangnya itu. Tepat saat dirinya berpindah menaburkan kelopak bunga pada makam Bella ia melihat sebuket mawar putih yang masih segar.

"Sekarang Ara berdoa buat oma sama aunty Elina yah." Ucap Aleya.

Abe yang masih berjongkok ditempatnya juga ikut berdoa bersama keduanya. Tanpa Aleya ketahui pacuan jantung Abe meningkat berkali kali lipat saat melihat kedua netra hitam Aleya.

Hampir setengah jam ketiganya dudik.menatap kedua nisan tersebut dalam diam. Tak ada yang membuka suara baik Aleya maupun Abe.

Tampaknya langit benar benar tak mendukung dan berada dipihak Aleya. Tiba tiba saja tangisan dari langit turun membasahi tubuh ketiganya. Ara yang berada disamping Abe langsung mengalunkan lengannya di leher Abe meminta untuk digendong.

"Mami, kita pulang baleng uncle Abe aja yah. Hujannya delas banget. Nanti kalau nunggu taksinya halus lama lagi." Ucap Ara saat ketiganya telah berada di halte dekat pemakaman.

"Mami bisa pesan sekarang kok." Balas Aleya.

"Kamu ikut aku aja. Kasihan Ara bisa sakit kalau kena hujan lama." Ucap Abe.

Suara itu, Aleya benar benar merindukan suara itu. Entahlah mau bagaimanapun Aleya mengelaknya ia tetap tak. Mampu untuk berbohong bahwa Abe benar benar mengambil posisi yang besar dihatinya.

Ara yang berada digendongan Abe kini tengah mendusel dusel leher Abe mencari kehangatan disana. Beberapa menit yang lalu Ara mulai bersin bersin. Ara memang memiliki daya tahan tubuh yang rendah setelah amandelnya diangkat beberapa waktu lalu. Melihat itu Aleya jadi tak tega membiarkan keponakannya itu terus bersin di sekitar Abe. Ara bisa saja menularkannya pada Abe. Aleya juga ingat jika lelaki disampingnya ini mudah terseranh flu dan batuk.

"Kamu disini dulu sama Ara. Aku mau ngambil payung di mobil." Ucap Abe sebelum dirinya berlari menuju mobilnya berada.

Tak lama menunggu Abe kembali dengan payung besarnya.

Dimobil tak ada yang mengeluarkan suara. Sedangkan Ara kini telah tertidur di jok belakang.

"Kamu gimana?" Tanya Abe.

"Seperti yang kamu lihat." Jawab Aleya sekenya.

"Maksudku kamu sama laki laki yang dibandara waktu itu." Ucap Abe.

Aleya menampilkan sebaris sanyumnya. Abenya tak berubah sama sekali. Abe ciri orang yang tak suka bertele tele. Baginya itu hanya membuang waktu. Dan tentunya Abe masih sama posesifnya.

AnxietyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang