17. Menyudutkan

162 13 0
                                    

Assalmauaalikum:))
Hollaaa, good night everyone. Setelah hampir seminggu gak update akhirnya update juga. Jangan bosan nunggu Anxiety yah. Minggu ini mungkin bakalan jarang update lagi:))
Of course with the reason author lagi ngejar laporan dulu:))

SELAMAT MEMBACA

"Kalau dia emang jodoh kamu, mau gimanapun dia bakal balik lagi ke kamu. Karena Allah itu udah punya catatan takdir setiap hambanya. Mau dia nikah sama siapa atau mau dekat sama siapa aja itu sesuatu yang tidak dapat kamu prediksi. Kamu hanya menjalani skenario dari Allah. Sekarang kamu berjuangpun hasilnya belum tentu akan meluluhkan dia dan belum tentu dia yang bersama orang lain akan berakhir dengannya juga."
~Yujihan
-
-
-

Setelah meninggalkan kamar Aleya, Abe berpapasan dengan Ari yang kebetulan baru saja pulang. Ari menatap Abe sejenak kemudian menepuk pundak lelaki itu.

"Kenapa? Gagal lagi?" Tanya Ari.

Abe mengangguk kemudian tersenyum. Jika boleh jujur Abe juga lelah berada diposisinya saat ini. Ia merasa dirinya adalah pemeran antogonis untuk Aleya.

"Kalau kamu memang masih cinta sama putri saya buktikan kalau kamu memang pantas bersama Aleya." Ucap Ari sebelum dirinya berlalu meninggalkan Abe yang masih berdiri di tempatnya.

Abe memasuki mobilnya dengan penuh perasaan tanpa terdefinisikan. Abe benar benar tak bisa memberikan definisi bagaimana perasaannya saat ini. Ia ingin merasa senang saat dirinya bisa kembali sedekat itu dengan Aleya. Namun ia sedih karena kembali mendapat penolakan dari Aleya secara mentah mentah.

Abe melajukan mobilnya membelah padatnya jalan ibu kota menuju kediaman keluarganya. Entahlah, setelah perdebatannnya dengan Aleya ia merasa rindu pada bundanya. Abe hanya ingin kembali menenangkan pikiran dan sedikit bertukar pikiran pada bundanya.

"Mas Abe." Sapa sang satpam sebelum dirinya bergegas membukakan pagar untuk anak majikannya itu.

Setelah memarkirkan mobilnya dihalaman rumah Abe bergegas masuk ke dalam dan mencari bundanya. Tepat sekali, Abe menemukan Jihan dan Tama tengah bersantai di ruang keluarga sambil menonton berita malam.

"Abe, sini duduk." Panggil Jihan.

Jihan tau dan selalu mengerti tentang putra tunggalnya itu. Kapanpun Abe merasa kalut dan tak tenang, anaknya itu akan datang ke rumah ini.

"Kenapa kali ini?" Tanya Jihan.

Tama yang mengerti bahwa keduanya sedang berada dalam tahap melakukan deeptalk memilih untuk memberikan ruang antara Abe dan Jihan. Dirinya beranjak kembali ke kamar untuk melanjutkan tidurnya.

"Abe ketemu sama Aleya." Hanya satu kalimat itu yang membuat raut wajah Jihan menjadi begitu senang.

"Aleya benar benar kecewa sama Abe bun. Abe gak pernah melihat Aleya semarah itu ke Abe sebelumnya." Lanjut Abe.

Jihan tersenyum sambil mengusap punggung kokoh Abe. Jihan tau bagaimana perasaan Abe saat ini. Hampir lima tahun ia melihat Abe berada dititik seperti ini. Bahkan Jihan pernah menyaksikan titik terendah Abe saat putranya tau bahwa Aleya benar benar pergi meninggalkannya.

"Kalau bunda jadi Aleya, bunda gak akan mau ketemu apalagi liat wajah kamu. Kamu itu benar benar mengecewakan, siapa yang gak akan kecewa kalau tau calon suaminya selingkuh?" Ucap Jihan.

"Bun, Abe gak selingkuh." Potong Abe.

Jihan tersenyum mendengarnya dan merentangkan tangannya memberikan kehangatan kepada putranya itu. Jujur saja, dulu mungkin Jihan adalah orang kedua setelah Aleya yang benar benar merasa kecewa kepada tindakan Abe saat itu. Namun, sebagi seorang Ibu ia tak bisa meninggalkan dan melihat ankanya terus larut dalam penyesalan. Maka dari itu Jihan memilih untuk memberi Abe kebebasan untuk mendefinisikan bagaimana kalutnya dirinya saat itu. Hingga pilihan Abe jatuh menjadi relawan perang di Libiya.

AnxietyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang