8. Libiya

145 9 0
                                    

“Mungkin kami tidak berjodoh.”
~Aleeya Queena Vernando
-
-
-

A

leya menatap tak suka kepada papanya yang tengah berbaring di ranjangnya. Aleya tau maksud papanya baik dengan memperkenalkannya kepada lelaki bernama Aaron itu. Namun, ia merasa itu tak terlalu ia butuhkan saat ini.

Setelah cukup lama berbincang dengan Aaron, lelaki itu akhirnya memutuskan untuk pamit. Dengan alasan bahwa besok malam ia akan mulai dinas. Sebelum meninggalkan Aleya, Aaron mengatakan bahwa besok siang ia akan mengajak Aleya untuk kencan.

“Kenapa papa ikut ngejodoh johohin Aleya sih?” tanya Aleya.

Cukup baginya John, Selsyah dan Coki yang terus mencoba menjadi makcomblang untuknya beberapa tahun ini. meski tak pernah menolak Aleya bukan berarti membiarkan lelaki pilihan sahabat dan kakak iparnya itu menempati posisi spesial di hatinya.

Ia masih cukup takut untuk membuka lembaran baru bersama seorang pria. Cukup baginya kenangan kelam yang ia miliki beberapa tahun lalu.

“Papa bukan ikut ikutan. Nak Aaron sendiri yang datang pada papa bersama Coki dan mengatakan kalau sepertinya dia suka sama kamu. Dan rupanya kamu sudah ketemu sama dia beberapa kali.”

“Jadi? Papa setuju aku sama dia?” tanya Aleya.

“Papa Cuma membantu kamu, papa gak mau lihat kamu jadi perawan tua. Sayang banget anak papa cantik cantik gini tapi malah jadi perawan tua.”

Aleya memutar matanya malas, ia tak suka jika dirinya dikatai akan menjadi perawan tua. C’mon ia masih muda, ia masih butuh untuk bersenang senang bersama teman temannya. Mengingat teman ia jadi rindu pada sahabat sahabatnya yang selalu hoboh di grup whatsappnya itu.

“Astaga. Papa ngomong gitu semacam berasa lagi do’ain anaknya jadi perawan tua banget. Aleya masih 25 tahun pa, Aleya masih muda, Mbak Airy aja nikahnya umur 27. Aleya masih muda gini, udah papa sodorin jodoh orang. Apalagi kak Coki tuh.”

Ari tertawa mendengar penuturan anaknya. “Papa juga gak terlalu yakin sama dia. Tapi apa salahnya mencoba. Siapa tau aja kamu cocok. Dia juga anak sahabat papa.”

“PaOma. But, the end he hurt me.” Ucap Aleya dengan suara memelan.

A

ri menatap wajah anaknya kemudian menampilkan senyumnya. Entah kenapa ia merasa senang saat Aleya menyebut nama lelaki itu, sudah hampir lima tahun ia tak mendengar Aleya menyebut nama tersbeut.

Ari bertepuk tangan menatap Aleya “Wah, perubahan di Jerman banyak sekali Al, sampai princess papa bisa nyebut nama Abe lagi.”

Aleyapun tak sadar jika dirinya telah menyebutkan nama Abe. Sudah lama rasanya bibirnya tak menyebut nama itu.

“Pa, stop buat jodoh jodohin Al, Al gak suka. Aleya gak suka sama dia.”

“Kalau kamu gak suka bilang sama dia. Ngomong gini ‘Aku gak suka sama kamu’ gitukan gampang. Atau mau papa kasih nomor Aaron.” Ucap Ari.

Ari tau betul putrinya, Aleya tak akan tega dan tidak akan pernah mengatakan hal tersebut. Terlebih jika hal tersebut bisa melukai hati orang lain. Aleya adalah tipe orang yang tidak pernah tega melihat ornag lain terluka karenanya. Maka dari itu Aleya lebih memilih untuk diam dan lebih memilih untuk melukai perasaannya sendiri jika itu dibutuhkan.

“Pa, jangan aneh aneh lagi deh. Papa buruan sehat lagi. Cuti yang dikasih rumah sakit udah mau habis. Mungkin beberapa hari kedepan Aleya udah harus balik ke Jerman lagi. Aleya padahal ngambil cutinya Cuma seminggu.”

AnxietyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang