"Rumah sebesar itu tak pernah berpenghuni, kecuali seorang pembantu yang akan pulang ke rumahnya di jam 5 sore," ujar Tzuyu yang sejak tadi terus bercerita, sedangkan perempuan di sampingnya hanya diam setelah menyuruhnya mengatakan apa pun yang ingin diceritakan, sesekali ia bersenandung pelan, melengkapi setiap kisah yang Tzuyu utarakan. "Dan itu terulang lagi setelah aku menikah ... Jungkook Oppa tak pernah ada sebelum malam datang."
Langkah keduanya terhenti, Tzuyu menoleh saat merasakan usapan lembut di tangannya. Rasanya tetap sama, selalu dingin setiap kali wanita berambut panjang itu menyentuhnya.
"Sera," panggil Tzuyu membuat wanita itu kembali menoleh. "Kita di mana?"
Sera memiringkan sedikit kepalanya, lalu menunjukkan senyum di balik helaian rambut. Tzuyu menelan ludah, sedikit merasa takut, namun tak urung membuatnya ikut tersenyum. Pandangannya jatuh pada tangan yang masih digenggam Sera, hanya digenggam, karena seperti yang telah ia pertanyakan, hanya Sera yang bisa menyentuhnya, tapi Tzuyu tak bisa melakukan itu.
"Sera."
"Lanjutkan ceritamu ... aku mendengarkan."
Tzuyu melirik arah di depannya, entah tempat macam apa yang hendak mereka datangi, tapi setiap kali berhenti dan bertanya, Sera tak pernah memberi jawaban.
"Na...nanana..."
Tzuyu tersenyum, mendengar senandung itu membuatnya merasa sangat damai. Ia menikmati setiap waktu yang dilaluinya bersama Sera. Malam ke enam puluh empat, waktu yang Tzuyu hitung setelah kali pertama pertemuannya dengan Sera di gudang rumah dan setiap malam, setelah Jungkook tertidur atau ketika ia sendiri Tzuyu selalu datang, menunggu Sera dan menceritakan banyak hal.
Mereka kembali berjalan, Tzuyu melangkahkan kaki dengan hati-hati, mengandalkan cahaya temaram dari lampu-lampu yang berkedip berulang kali, menyusuri lantai semen yang kasar.
Di atasnya hanya ada langit gelap, dengan beberapa hewan malam di pepohonan yang berjejer dengan jarak cukup dekat di kedua sisi jalan.
Tzuyu masih sibuk menatap sekitar saat Sera berhenti, membuatnya mendapat tatapan heran.
"Kita sudah sampai," ucap Sera dengan suara khasnya, Tzuyu menoleh, mendapati sebuah bangunan tua yang entah mengapa terlihat lama tak terpakai. "Ini rumahku."
Tzuyu mengernyit. "Bukankah kau hidup di lukisan itu?" tanya Tzuyu hati-hati, membuat senyum Sera yang sangat tipis akhirnya benar-benar menghilang.
Tangan Sera perlahan terulur menyentuh perut Tzuyu yang sudah mulai berisi, mengusapnya pelan. Tzuyu mengarahkan pandangan pada perutnya, ikut mengusapnya.
"Tidak akan ada lagi kesakitan di sana," ujar Sera membuat Tzuyu kembali menatapnya. "Tidak akan ada kesendirian."
Tzuyu tersenyum, namun kembali memudar. "Bagaimana dengan Jungkook Oppa?"
Sera tersenyum, bukan, lebih tepatnya menarik kedua ujung bibir agar membentuk garis tegas di sana.
"Dia akan menyusulmu."
🖤🖤🖤
Jungkook terengah, tak sengaja menjatuhkan meja. Tangan kirinya mencengkeram erat lengan kanan yang bercucuran darah, luka sayatan pisau yang cukup dalam.
"Na...nanana..." mata lelaki itu membola, ia tak punya waktu untuk berpikir lebih jernih sedangkan sosok yang menyerupai Tzuyu semakin dekat.
Jungkook kembali berlari, kali ini menuju kamar. Ia memutar kunci, cukup kesulitan. Lalu meraih ponsel dan mencoba menghubungi orang-orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Portrayal [COMPLETED]
FanfictionAwalnya Tzuyu menganggap semua kehidupannya mulai menapaki kata sempurna. Menikahi pria idaman yang sangat ia cintai, mendapatkan keluarga baru yang menerimanya sangat baik hingga keberhasilan karir yang dicapai sang suami mulai merambah ke titik pu...