"Na...nanana..."
"Sera," panggil Tzuyu dan suara menggema, seolah dipantulkan oleh setiap dinding di sisi kanan dan kiri dirinya. Namun, tidak dengan suara Sera, suara jernih tapi juga bias.
Tzuyu menoleh ke samping kiri saat sekelebat bayangan tak sengaja ditangkap oleh ekor matanya. Ia yakin itu adalah Sera sebab tak ada siapa pun lagi selain mereka di sini, bahkan tak ada suara serangga malam, hening, senyap dan gelap.
"Sera." Tzuyu ditinggalkan seorang diri setelah bercerita bahwa ia sangat merindukan masa kanak-kanak, hanya bermain petak umpet tanpa memikirkan beban apa pun, dan Sera tidak keberatan mengabulkannya. Itu kenapa saat ini Tzuyu mencari keberadaan Sera dan mengikutinya. "Sera."
Langkahnya terhenti tepat di depan sebuah anak tangga yang sudah tak berbentuk sempurna, dindingnya lembap, dihiasi lumut-lumut dan di beberapa bagian sudah tumbuh ilalang yang meninggi. Mata cantiknya menatap ke arah puncak, tak mendapati apa pun selain warna legam pertanda tak ada sedikit pun cahaya di sana. Ah, dan jangan lupakan bayangan semua berwarna putih di atas sana.
"Sera?"
"Na...nanana..."
Tzuyu baru hendak memanggilnya kembali saat bayangan itu menjauh secara perlahan hingga benar-benar lenyap tak terlihat. Keraguan hinggap di benak Tzuyu, tapi suara Sera membuatnya akhirnya memutuskan untuk kembali mengikuti wanita itu.
Ia melangkahkan kakinya hati-hati, menyusuri anak tangga dan menuju sisi yang lebih gelap dari sebelumnya. Tzuyu sempat terhenti di pertengahan, melihat sekeliling dan tak mendapati apa pun selain warna hitam dan bau tanah serta dedaunan.
Bayangan itu kembali terlihat, Tzuyu membalikkan tubuhnya dengan cepat tapi ia gagal mengimbanginya, hingga sebuah tawa terdengar dari atas membuatnya mendongak dan mendapati sosok Sera di sana.
"Sera."
Tzuyu kembali melangkahkan kaki, bergerak lebih cepat dari sebelumnya berusaha mengejar Sera yang semakin menjauh. Ia kembali terhenti setelah tiba di lantai yang berlainan, entah lantai berapa namun bukan yang teratas. Tzuyu mengusap lengan ketika merasakan udara dingin, puing-puing bangunan yang tersisa membuatnya dengan jelas bisa melihat ke arah bawah, cukup tinggi dari tempatnya berdiri.
Ia kembali menoleh ke belakang, melihat bagaimana jalan yang baru saja dilewati terlihat sangat menakutkan. Tzuyu tak tahu bagaimana caranya ia bisa sampai di sini, selain terus mengikuti ke mana Sera pergi.
"Sera." Tzuyu melangkah perlahan, memutar pandangan mencoba mencari sosok wanita berpakaian putih itu. "Sera ... kau di mana?"
Tzuyu terlonjak saat tak sengaja menyenggol sebuah besi, membuatnya jatuh menghantam lantai semen itu dengan keras, menghasilkan suara nyaring yang diikuti suara serupa, menggema hingga benar-benar hilang.
Wanita itu menelan salivanya, merasa asing dengan tempatnya sekarang, hanya beberapa lampu dari bangunan lain di sekitarnya yang Tzuyu sendiri tak tahu di mana keberadaannya sekarang.
"Sera--"
Srak! Srak!
Tzuyu terkejut, membalikkan tubuhnya dengan cepat saat mendengar suara kaki yang diseret kasar, tapi ia tak menemukan apa pun.
"Sera!" panggil Tzuyu dengan suara yang lebih keras tapi tak ada tanda bahwa sosok pemilik nama tersebut ada di sekitarnya. "Sera ... kau di ma--"
"Na...nanana..."
Tzuyu merasa tubuhnya kaku, dingin dan sulit bernapas saat tiba-tiba Sera datang dari arah belakangnya dengan menyeret kaki yang meninggalkan jejak darah di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Portrayal [COMPLETED]
FanfictionAwalnya Tzuyu menganggap semua kehidupannya mulai menapaki kata sempurna. Menikahi pria idaman yang sangat ia cintai, mendapatkan keluarga baru yang menerimanya sangat baik hingga keberhasilan karir yang dicapai sang suami mulai merambah ke titik pu...