17# Dia Yang Berbeda

774 141 12
                                    

Jungkook menyimpan tas kerjanya, menjelajah setiap sudut karena merasa rumahnya terlalu sunyi.

"Tzuyu," panggil Jungkook terhenti beberapa saat namun tak ada sahutan apa pun, "Tzuyu."

Lelaki itu mengerutkan alis, mencoba mencari keberadaan Tzuyu yang tak menunjukkan tanda sama sekali.

"Apa Tzuyu pergi? Tapi ke mana?" Jungkook mengeluarkan ponsel, mencoba menghubungi nomor Tzuyu namun tidak tersambung, ia mendesah mengetahui kebiasaan Tzuyu yang sering lupa mengisi daya ponselnya akhir-akhir ini. Jungkook kembali berjalan menuju balkon tapi Tzuyu tak ada di sana.

"Apa dia di kamar?"

Langkah Jungkook semakin cepat saat tidak kunjung menemukan Tzuyu di setiap ruangan, kakinya lihai berjalan cepat menuju tempat di mana ia menaruh tas kerjanya tadi. Jungkook mendesah, mencoba menekan rasa khawatir yang mulai merambati dadanya.

Kerutan di dahinya memudar saat selintas nama tempat hadir di benak Jungkook, lelaki itu dengan cepat menelepon nomor yang bisa ia tanyai tentang keberadaan Tzuyu tapi sama, nomor itu tak bisa dihubungi.

"Sial!"

Langkah Jungkook terhenti, membatu saat sudut matanya menangkap sesuatu. Gelanyar panas perlahan naik dan mencapai ubun-ubun dengan cepat, membuat kepalanya seperti menjadi sarang ribuan semut yang merayap cepat.

Perlahan, Jungkook menoleh, mendapati sebingkai lukisan asing yang terpajang di salah satu dindingnya. Membuat lelaki itu bertanya sejak kapan dan siapa yang menaruh lukisan itu di sana.

Jungkook merasa takut, namun kakinya bergerak berlainan, membawa ia semakin dekat pada bingkai sesosok wanita berambut panjang dengan pantulannya di cermin. Lelaki itu menyipitkan mata ketika sorot mata dari sang wanita dalam bingkai itu seakan menariknya lebih dalam, lambat tapi pasti membawa Jungkook sudah berdiri tepat di sana.

Ia terpaku, seolah berhadapan secara langsung, menyorot jauh ke dalam mata kelam sang wanita yang berdiri anggun di sana.

"Kau siapa?" gumam Jungkook masih tak berkutik, "Siapa yang membawamu kemari?"

Tangan Jungkook terulur, mengusap lembut permukaan bingkai tepat di wajah wanita tersebut. Alisnya bertautan menandakan seribu tanya datang dalam benaknya.

Jungkook memejamkan mata ketika pening menghantam begitu saja, matanya memicing menatap lukisan tersebut.

"Aku rasa ini tak bagus untuk disimpan." baru saja tangan Jungkook terulur untuk melepas lukisan tersebut, suara senandung terdengar membuatnya sontak berbalik. "Tzuyu?"

Jungkook menelan saliva saat hawa dingin menyambar kulit lehernya, membuat perasaan takut yang beberapa malam ini datang kembali hadir.

Na..nanana..

Suara itu terdengar sangat lembut, bahkan hampir memudar terbawa angin. Sangat halus namun terdengar jelas, seperti udara yang melintas dan menyebar ke seluruh ruangan, pecah dan menghilang.

Na..nanana..

Jantung Jungkook mencelos saat arah tatapannya ketika berusaha mengejar asal suara itu justru terhenti pada pintu yang terpaut beberapa meter di depannya. Lagi-lagi lelaki itu menelan saliva saat senandung tadi terdengar semakin jauh.

"Tzuyu?" Jungkook tahu ini hal yang tidak mungkin, tapi pintu itu adalah satu-satunya ruangan yang belum ia periksa di apartemennya ini, ruang yang sudah lama Jungkook kosongkan untuk menyimpan barang-barang tak terpakai.

Langkah Jungkook kembali, mendekat walah dipenuhi keraguan. Tangannya terkepal, berusaha menghimpun kekuatan dan kesiapan jika saja ada hal yang tidak diinginkan. Napasnya tersenggal saat kini sudah berada tepat di depan pintu itu.

Portrayal [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang