Tzuyu meremat ujung selimut, untuk saat ini ia rasa selimut tipis tersebut adalah tameng terakhir yang ia punya. Bukan tentang bahaya yang melanda, tetapi rasa gugup. Kedua mata cantiknya masih terus menatap langit-langit, sedangkan telinga masih berfungsi dengan baik untuk mencuri dengar pembicaraan antara Jungkook dan seorang dokter yang masih duduk di meja kerjanya.
Sejauh yang Tzuyu tahu, setelah pernyataan Jungkook yang mengklaim bahwa dirinya sedang hamil lelaki itu tidak lagi membiarkannya mengelak untuk ikut memeriksakan diri seperti sekarang.
Setelah diingat-ingat, belakangan Tzuyu memang merasa jika kondisi tubuhnya menurun, sering pusing dan tidak nafsu makan. Tapi setiap kejadian pelik yang menimpa membuatnya berpikir bahwa ini adalah efek dari ia yang terlalu banyak memiliki beban pikiran.
Suara langkah yang mendekat membuat Tzuyu tersadar, saat menoleh senyuman Jungkooklah yang ia dapat, lelaki itu kemudian berjalan dan memilih ujung bed, berpegangan pada pembatasnya seolah bertumpu dan memerhatikan dengan cermat setiap hal yang dilakukan dokter tersebut terhadap istrinya.
"Tidak usah tegang, Bu."
Tzuyu hanya tersenyum kikuk saat tadi sempat terkesiap ketika dokter menempelkan stetoskop di area abdomennya. Wanita itu menggigit bibir bagian bawah, entah mengapa ia tidak bisa bersikap setenang Jungkook ataupun dokter yang tengah memeriksanya saat ini.
"Bagaimana, Dok?" Tzuyu memejamkan mata, terlihat jelas raut penuh harap di wajah lelaki itu membuat Tzuyu tak sanggup jika kekecewaanlah yang akhirnya Jungkook dapatkan.
Dokter tadi tersenyum, lalu mengangguk. Tzuyu membuka mata ketika kini Jungkook terus mengucap syukur. Ia tidak bisa mengatakan apa pun, melihat bagaimana lelakinya menahan kilat dengan wajah memerah saat menerima ucapan selamat.
Tzuyu masih bergeming ketika Jungkook kini mendekat dan mencium keningnya lama, mata mereka bertemu dan lelaki itu masih tersenyum.
"Terima kasih."
🖤🖤🖤
Tzuyu tersenyum setelah duduk dengan bantuan Jungkook. Untuk wanita yang selalu mendapat perhatian manis Tzuyu bisa menakar bahwa perhatian Jungkook kini bertambah terhadapnya.
"Oppa tidak berangkat?" pertanyaan Tzuyu membuat Jungkook mengalihkan pandagan dari tangan yang sejak tadi mengelus lembut perut rata Tzuyu, lelaki itu menggelengkan kepala pelan.
"Sepertinya aku akan di rumah saja."
"Aku baik-baik saja, Oppa." Jungkook menghela napas, mendengar pernyataan baik-baik saja dari Tzuyu secara sadar memperingatkan Jungkook tentang keadaan yang sebaliknya. Lelaki itu tidak bisa lupa apa yang terjadi pada mereka belakangan ini dan mendapat pesan dari dokter untuk tetap menjaga kestabilan emosi dari sang istri bukan hanya menjadi tuntutan kewajiban bagi Jungkook, tetapi juga sebuah beban.
Demi Tuhan, Jungkook tak pernah mengiyakan anggapan bahwa istrinya sedang mengalami krisis psikis saat ini, tapi secara jelas menjadi saksi bagaimana Tzuyu selalu gelisah dan ketakutan atau hal-hal lain yang terjadi hingga wanita itu menjadi salah satu orang yang harus menerima pelayanan konseling dari ahli kejiwaan membuat lelaki itu hanya tidak ingin bersikap ceroboh.
Tzuyu tidak sepolos itu hingga tak bisa menangkap maksud dari raut wajah Jungkook saat ini, ia hanya bisa tersenyum miris, dengan berusaha menyembunyikan hal itu tentu saja. Rasanya, akan lebih mudah jika dunia mau mendengar teriakannya tentang keadaan yang dialami, tapi tidak, pengalaman adalah guru terbaik untuk memperingatkan, dan Tzuyu sudah cukup terluka untuk itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Portrayal [COMPLETED]
FanfictionAwalnya Tzuyu menganggap semua kehidupannya mulai menapaki kata sempurna. Menikahi pria idaman yang sangat ia cintai, mendapatkan keluarga baru yang menerimanya sangat baik hingga keberhasilan karir yang dicapai sang suami mulai merambah ke titik pu...