You're Mine, Riri. bagian 32 [END]

54.7K 2.5K 88
                                    

4 Tahun kemudian.

Sudah berjalan selama 4 tahun Riri belum juga sadar dari komanya dan detak jantungnya tetap saja melemah tanpa ada kemajuan sedikitpun. Tubuh Riri juga sudah mengurus karena terlalu lama koma hingga membuat Artha menatap nanar gadisnya yang masih belum terbangun selama 4 tahun.

Artha selalu saja setia berada disamping Riri yang koma dan selalu merapalkan doa dan bisikan-bisikan lembut agar membuat Riri cepat melewati masa komanya. Tubuh Artha sudah mulai mengurus, karena tidak makan dengan teratur hanya untuk menemani Riri diruang ICU.

Artha sudah sangat frustasi dan sangat merindukan gadisnya agar cepat bangun dan bisa mendengar suara indahnya, berkali-kali juga Artha menyayat tubuhnya sendiri karena masih terbayang rasa bersalah terhadap gadisnya yang koma. Artha selalu saja menangis sambil disamping Riri sambil menggenggam tangan tangan Riri dan memohon Riri untuk cepat sadar.

Yang lainya juga menatap nanar Artha dan selalu mendoakan Riri agar cepat tersadar. Berkali-kali Axel menghentikan Aksi gila yang Artha lakukan saat menyayat nadinya. Tasya terus saja menangis melihat putranya yang sangat frustasi itu hingga berkali-kali melukai dirinya sendiri.

Berita tentang Riri yang menjadi calon menantu keluarga Afferd yang koma, masih tersebar dipenjuru dunia, hingga rekan kerja dan teman Axel, Tasya maupun Artha datang untuk menjenguk Riri.

"Riri, please wake up! Aku sangat merindukanmu, seharusnya 3 setengah tahun lalu kita menikah, tapi kamu tidak mau bangun. Mimpi apa kamu sampai tidak mau bangun? Kumohon bangun lah aku sangat merindukanmu." Ucap Artha dengan serak menatap wajah Riri yang sudah mulai menirus dan masih pucat dengan bantuan oksigen. Artha menggenggam erat tangan Riri yang sudah sedikit mengurus.

"Jika kamu tidak mau bangun, setidaknya kamu sedikit memberikan tanda-tanda kalau kamu akan bangun. Aku sudah sangat merindukanmu, kumohon bangunlah! Kamu sudah tidur selama 4 tahun lebih!" Racau Artha terus menggenggam tangan Riri erat dan selalu memberikan kecupan dipunggung tangan Riri.

"Riri, kumohon bangunlah! Riri!"

"Riri, dulu kamu pernah berjanji untuk tetap disampingku, jika kamu menepati janjimu maka segera kamu bangun. Kumohon bangunlah Riri."

Artha menangis lirih melihat Riri masih bertahan dalam tidurnya. Artha menenggelamkan wajahnya dipunggung tangan Riri dan menangis tertahan, tidak perduli air matanya mengenai punggung tangan Riri yang terpenting adalah Riri terbangun dari tidur panjangnya.

Tanpa Artha sadari garis gelombang kecil tertera dilayar monitor yang mendeteksi jantung Riri yang lemah, garis bergelombang itu mulai meningkat dengan perlahan hingga garis bergelombang itu sesuai detak jantung yang normal kembali seperti normal. Detak jantung Riri mulai meningkat normal sesuai yang ditampilkan pada garis gelombang pada layar monitor.

Tiba-tiba saja Artha merasakan tangannya yang menggenggam tangan mungil Riri dibalas oleh Riri dengan lemah membuat Artha berhenti menangis lalu dengan cepat mendongak dan berdiri untuk melihat Riri lebih dekat lagi, Artha menatap Riri dengan debaran jantungnya yang berpacu cepat dan menatap Riri intens. Lalu mata Artha menatap layar monitor yang menunjukkan garis yang bergelombang itu bergelombang dengan normal layaknya detak jantung yang normal.

"Sayang!" Panggil Artha lembut sambil mengusap kepala Riri lembut dan bisa merasakan bahwa Riri balik menggenggam tangannya.

Debaran jantung Artha semakin berpacu cepat saat matanya melihat mata Riri yang bergerak-gerak menandakan akan bangun. Artha masih saja berdetak kencang hingga senyum bahagia dan penuh rindu terbit dari bibirnya saat melihat Riri membuka matanya dengan perlahan hingga Artha bisa menatap manik mata Riri yang ia rindukan.

You're Mine, Riri [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang