Aril membasuh pelipis Anisa yang sedikit merah akibat hantaman tangan Miranda.Perkelahian tadi menyebabkan kehebohan. Bukan hanya karena aksi tonjok-tonjokan yang Anisa dan Miranda tunjukan melainkan riah-riuh para muridlah penyebabnya.
Akibat hal itu pula sehingga membuat Anisa, Miranda dan Dina harus masuk ke ruang BK. Bagi Anisa dan Dina, masuk ruang BK adalah hal pertama yang mereka rasakan. Berbeda dengan Miranda, si anak pemilik yayasan yang sudah sering masuk keluar ruang BK tapi tidak pernah benar-benar dihukum.
Seperti tadi. Miranda hanya dihukum membersihkan toilet dan Dina dibebaskan karena terbukti tidak bersalah.
Sementara Anisa harus terbaring lemas di ruang UKS karena pertengkaran itu.
Tubuh Anisa yang lebih pendek dan kecil dari Miranda membuat ia kewalahan, walau tadi sempat dibantu Dina.
Mau tidak mau, hasil perkelahian itu mengasilkan luka lebam di pelipis Anisa. Dan di sini Anisa sekarang. Di ruang unit kesehatan sekolah.
Murid-murid yang lain sudah ke kelas masing-masing termasuk Dina. Di ruang UKS itu hanya tersisa Anisa dan Aril---Aril segera datang setelah mengetahui Anisa celaka. Untung hari ini ia sedang latihan persiapan lomba sehingga tidak disuruh untuk belajar. Tadinya ada penjaga UKS, tapi ia sudah keluar untuk buang hajat.
Saat ini, Aril masih mengenakan pakaian latihan silat.
"Miranda emang kaya gitu. Keras kepala dan sombong," kata Aril. "Tapi aku bersyukur kamu hanya sedikit bengkak di sini." Lanjut Aril sambil mengusap pelan pelipis Anisa menggunakan handuk yang dibasuh air hangat.
"A ... au. Pelan-pelan," keluh Anisa.
Aril hanya mengulum senyum. Jarak wajah keduanya begitu dekat, sampai-sampai Anisa bisa mendengar deru napas Aril.
"Bagaimana dengan Dina, apa dia baik-baik saja?" tanya Aril lagi.
"Dia baik-baik saja. Tadi aku tersulut emosi gara-gara mulut bule sialan itu nggak bisa dijaga."
Aril mengangguk paham. Bagaimanapun, sahabat sejati adalah orang yang paling pertama yang mambantu kita menghadapi segala masalah, walau harus beradu fisik sekalipun.
"Kamu benar-benar berani." Kalimat itu keluar beriringan dengan usapan lembut di kepala Anisa.
Anisa hanya tersenyum menatap perlakuan Aril kepadanya. Seketika ia bertekad tidak akan membiarkan siapapun merebut Aril darinya.
***
Bu Nita sedang memaparkan materi geografi Indonesia kepada murid kelas 11 IPS C. Kelas di mana Dina berada.
Bu Nita yang terkenal galak membuat semua siswa yang ada di kelas diam seribu bahasa. Mereka hanya bersuara ketika dimintai pendapat atau izin ke toilet. Selain itu, mereka dilarang mengeluarkan sepatah kata pun saat Bu Nita memaparkan materi.
Kali ini materi yang disampaikan adalah mengenai letak geografis pulau Jawa. Bu Anita nampak sangat serius menjelaskan ditail yang harus diketahui oleh murid-muridnya.
Saat semua siswa menatap dengan seksama apa yang dijelaskan Bu Nita di depan. Berbeda dengan Dina. Ia malah kembali terbayang peristiwa saat jam istirahat tadi. Peristiwa yang menghebohkan.
" ... Dasar anak yatim piatu ...."
Kata-kata yang keluar dari mulut Miranda masih berdengung di telinga Dina yang dibalut hijab.
Mata hitamnya yang berada dibalik kaca mata seketika melelehkan air mata. Pedih sekali rasanya saat Dina mengingat kalimat itu. Bagaimana tidak? Hal-hal sensitif seperti itu harusnya tidak pernah diucapkan oleh mereka yang punya keluarga lengkap.
KAMU SEDANG MEMBACA
How The Love Works
Teen FictionHow the love work. Bagaimana cara cinta bekerja? Mudah saja, kadang ia memisahkan pasangan paling romantis di dunia. Kadang pula, ia menyatukan musuh dalam satu ikatan.