Sebuah ojek online berhenti tepat di depan rumah Dina. Ojek online itu berpenumpang Tante Lina yang baru saja pulang kerja. Setelah membayar, Tante Lina langsung turun dengan langkah terburu-buru.
Saat itu sudah pukul 12 malam. Tante Lina membuka pintu perlahan. Langkah kakinya begitu pelan seperti orang yang takut menginjak bom di tanah. Tentu saja hal itu dia lakukan demi tidak membangunkan Dina dan Syaqila yang mungkin sudah terlelap.
Tante Lina lalu menuju kamar miliknya yang terletak di sebelah kamar Dina. Sebelum masuk ke kamarnya, ia sempat mengintip kamar keponakannya yang sedang tidur berpelukan. Ia mendekat ke ranjang mereka dan menatap dengan perasaan penuh cinta.
"Tante sayang kalian. Sekolah yang benar yah." Kecupan dari bibir Tante Lina yang masih ada gincu merah membekas di kening Dina dan Syaqila.
Tante Lina memang sangat menyayangi dua keponakannya itu. Bukan hanya karena memiliki hubungan darah dengan ayah Dina dan Syaqila. Ia juga sangat berhutang kepada ayah mereka berdua. Dulu, saat berusia lima tahun, Tante Lina ditinggal orang tuanya akibat kecelakaan. Oleh karena itu ia harus tinggal bersama sang kakak, ayah dari Dina dan Syaqila. Ayah Dina-lah yang yang membiayai sekolahnya selama ini, bahkan sampai ia tamat kuliah dengan gelar Sarjana Ekonomi. Sampai akhirnya ia mendapat pekerjaan di salah satu butik di mal tiga tahun lalu yang membuat ia berhenti tinggal di rumah kakaknya itu dan memilih tinggal di apartemen. Alasannya tentu karena ia tidak ingin merepotkan kakaknya terlalu jauh.
"Tante mau kerja dulu yah." Setelah mengucapkan itu. Tante Lina lalu membenarkan posisi selimut kedua ponakannya kemudian melangkah keluar kamar.
Ia pun teringat dengan niat awalnya, ia langsung masuk ke dalam kamarnya dan membuka lemari. Memeriksa pakain-pakaian dan memilah-memilah. Setelah merasa telah menemukan pakaian yang cocok. Ia lalu mengganti pakian yang ia kenakan sebagai pegawai di butik dengan dress pendek berwarna hijau tua. Sekilas ia melihat penampilannya di cermin.
Setelah merasa pakaian yang ia gunakan sudah pas. Ia kemudian me-make up dirinya beberapa saat sebelum akhirnya sebuah pesan WhatsApp masuk melalui handphoen-nya.
Bang Idham : Lina cepat. Ada yang sudah menunggu.
***
Dina berdiri di balik meja sambil menekan beberapa tombol. Ia lalu mengambil secarik kertas yang keluar dari mesin di hadapannya dan memberikan secarik kertas itu ke seorang pria sembari menyunggingkan senyum.
"Terima kasih sudah datang," kata Dina sambil menyeringai semanis mungkin.
Hari ini adalah hari ketiga Dina bekerja di tempat yang ia dan Anisa diskusikan beberapa waktu kemarin. Ia bekerja sebagai kasir di sebuah Kafe yang diberi nama Velino Caffe.
Nama yang cukup familiar bagi Dina dan sangat familiar bagi Anisa. Ya, ini adalah kafe milik ayah Aril Velino.
Selain menyediakan kopi, kafe itu juga menyediakan berbagai jenis yang minunan. Mulai dari Smoothie, Macchiato, Latte, Fruit Yogurt, Cocktail, dan minuman khas kafe lainnya.
Kefe itu baru dibuka satu bulan yang lalu. Namun, masih kekuarangan pegawai dibagian kasir sehingga membuat ayah Aril yakni Adhitama Velino membuka lowongan pekerjaan di bagian tersebut.
Aril yang berpacaran dengan Anisa kemudian menceritakan hal itu kepada Anisa. Untungnya bagian kasir belum ada yang menempati sehingga Anisa menawarkan agar Dina ditempatkan sebagai kasir di kafe milik ayah Aril itu.
Aril pun membicarakannya dengan sang ayah. Akhirnya ayah Aril setuju mempekerjakan Dina sebagai pegawai paruh waktu dengan bayaran yang cukup lumayan.
KAMU SEDANG MEMBACA
How The Love Works
Teen FictionHow the love work. Bagaimana cara cinta bekerja? Mudah saja, kadang ia memisahkan pasangan paling romantis di dunia. Kadang pula, ia menyatukan musuh dalam satu ikatan.