15. Gemuruh

6 1 0
                                    

Dina kembali ke rumah setelah selesai mengikuti semua kegiatan belajar mengajar pada hari ini. Ia pulang menaiki angkot berwarna biru tua.

Setelah dari sekolah, akan banyak aktivitas yang mengantri untuk diselesaikan. Pertama ia akan pergi ke kafe untuk bekerja, kemudian menemani Aril untuk menjalankan rencana mereka; kejutan ulang tahun untuk Anisa, sahabatnya yang telah menjauh. Dina harap, dengan pesta kejutan ini, ia akan mendapat maaf dari Anisa dan hubungan mereka bisa kembali seperti semula.

Setelah angkot yang ia tumpangi tiba, ia kemudian membayar dan hendak masuk ke dalam rumah. Namun langkahnya terhenti saat Gilang menyapanya.

"Hai, Din,"

Dina menoleh. "Hai, Kak."

"Baru pulang, Kak?" tanya Dina pada Gilang yang sedang duduk di atas motor gede-nya yang mesinnya masih menyala.

Gilang menyunggingkan senyum. Ia merasa senang karena perubahan ekspresi yang Dina tunjukan kali ini. Sangat berbeda dengan kemarin, walau tidak ia pungkiri kalau rasa kecewa dan kesal itu masih bersemayam di dalam hati Dina.

"Iya baru pulang. Kamu mau cokelat?" tanya Gilang sambil mengelurkan cokelat batangan dari dalam tasnya.

"Mau---"

"Punya Qila mana, Kak Gilang?" Tiba-tiba Syaqila berlari dari dalam rumah yang pintunya telah Dina buka. Ia melongos melewati Dina begitu saja, lalu menengadahkan tangannya ke arah Gilang sambil tersenyum.

"Punya Qila? Ini punya Qila." Gilang menyerahkan cokelat itu ke tangan Syaqila.

Setelah menerima cokelat itu, Syaqila langsung berlari memeluk Dina yang masih di posisinya. Syaqila lalu mendongkak menatap wajah Dina yang bibirnya menyungingkan senyum.

"Kak Dina mau?" tanya Syaqila polos.

"Kak Dina nggak butuh cokelat yang manis kayak gitu. Kak Dina kan, udah manis." Malah Gilang yang menjawab pertanyaan Syaqila dengan usil.

Dina menggeleng seraya terkekeh kecil. "Ini buat Qila aja." Dina mencubit hidung mungil Syaqila kemudian mensejajarkan tubuhnya dengan tinggi badan Syaqila yang hanya setinggi pinggangnya.

"Qila nggak kursus bahasa Inggiris?" tanya Dina akhirnya.

Syaqila menggeleng. "Qila hari ini libur. Ini kan, hari jum'at."

"Oh ... terus, kenapa nggak main sama Arkan?"

"Nanti aja. Sekarang Qila mau temanin Tante Lina masak. Ayok, Kak, masak bareng sama Tante Lina. Kata Tante Lina dia mau bikin brownis cokelat spesial, loh," ujar Qila penuh semangat. Matanya terus menatap intens bola mata Dina.

Dina sedikit terkejut. Kenapa Tante nggak berangkat kerja? Tumben dia mau masak, biasanya beli makan di luar. sinis Dina dalam hati. Ia memang bertengkar hebat dengan Tante Lina, tapi Syaqila tidak pernah tahu akan hal itu. Tentu saja karena Syaqila masih kecil dan Dina tidak ingin membuat Syaqila merasakan apa yang ia rasakan.

"Qila masuk dulu yah. Nanti Kakak nyusul." Kecupan di kening Syaqila mengakhiri kalimat Dina. Dan Syaqila langsung kembali ke dalam setelah menerima kecupan itu.

"Aku juga mau dong di kecup," celetuk Gilang yang masih tetap berada di atas motor.

Dina menoleh. "Enak aja! Bukan muhrim," kilah Dina salah tingkah.

"Hehe. Iya iya. Eh Din."

"Iya, Kak?"

"Besok malam ada acara nggak."

Dina diam sebentar, berpikir.

"Ada, Kak. Kenapa emang?"

Dina memang ada acara besok, acara yang tidak mungkin ia tunda atau batalkan. Ini demi persahabatnya dengan Anisa. Karena acara itu adalah acara ulang tahun Anisa. Dan ia dan Aril sudah merencanakan hal itu kemarin malam.

How The Love WorksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang